Prolog.

10 2 1
                                    


"Lo itu kaya kupu-kupu ra, terkejar namun tak tergapai. Gue jadi pengen ngemilikin lo seutuhnya."

Gemercik air hujan meredam suara yang ditujukan kepada Geara. Perempuan itu terus tersenyum menatap pemandangan kota dari balkon apartemen nya. Ia mengalihkan pandangannya kesamping.

"Apa dar? lo ngomong apa? gak kedengaran."

"Lo." Daero menjeda kalimatnya, menatap netra Gea, "Selalu cantik, gue suka."

"Apa sih? ngomong apaa?." Gea memasang muka masam, mungkin baginya ia terlihat seperti harimau yang sedang mengincar mangsanya.

Namun tidak di sisi Daero. Ia tersenyum, senyuman khas yang jarang diperlihatkan membuat Gea mematung.

"Lo tadi senyum ya?." Tanya Gea, ia tersenyum tak percaya dengan tangan yang antusias menunjuk ke arah lawan bicara.

"Gak ada." Jawab Daero singkat.

"Bohong! gue tadi liat lo senyum! ayo senyum lagi!." Rutuk Gea, ia menggoyang goyangkan tubuh Daero.

"Gak mau." Daero membalikkan badan, meninggalkan Gea sendirian. Walaupun dari lubuk hatinya ia masih ingin menemani perempuan itu.

"Ngeselin lo!." Teriak Gea.

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang