#1. Hari pertama.

8 1 0
                                    

                                   .
                                   .

Pricilla Geara Nickie. Nama yang terpasang rapi di seragam, namun tertutup oleh jasnya.

Geara selalu siap dengan rutinitas setiap pagi, menelan satu persatu bagian sandwich nya. 

Notifikasi handphone mampu menarik perhatian Geara, ia mendekatkan hp nya.

Daero:
Ra, gue udah dibawah. Buruan turun apa gue susul?

Geara:
Gue masih sarapan. Jangan lo susul ! bentar lagi gue turun.

Geara menutup hp nya, lalu mempercepat pergerakan mulutnya dalam mengunyah.

Daero Andrian Atmadja, nama kebanggaan yang diberikan oleh sang romo kepadanya.
Kini ia tetap berada di atas motornya, setelah melihat pesan terakhir dari Geara. Matanya melirik ke atas, menatap langit kebiruan.
"Cerah, gue yakin gak akan hujan." Gumam nya.

"Dar!." Suara nyaring itu membuat Daero mengalihkan pandangannya.

"Gue gak lama kan?." Tanya Gea.

"Lo mau telat di hari pertama? buruan naik."

"Jelas gak lah, by the way gue naik ya." Gea membenahkan posisi duduknya dibelakang Daero.

Daero menarik kedua tangan Gea melingkari pinggangnya, "Pegangan, kalau lo jatuh gue gak mau balik lagi jemput lo." Nasehatnya.

"Kejam banget, sekali-kali coba bersikap baik ke gue dong."

Daero tak menjawab, segera motornya dijalankan dengan kecepatan tinggi. Pegangan tangan Gea pada pinggangnya semakin erat, secara reflek ia melirik ke bawah.

Daero mengalihkan kembali pandangannya ke depan, fokus ke perjalanan mereka menuju sekolah.

Sepanjang itu, Gea cuman bisa berdoa dalam hati. Karena pertama kali baginya dibonceng dengan kecepatan setinggi ini. Walaupun sudah dilindungi oleh kaca helm, ia masih tetap menutup matanya.

Bahkan Gea tak sadar kalau motor yang mengangkutnya itu sudah berhenti.

"Turun ra." Daero melepaskan kedua tangan Gea, lalu melepaskan helmnya. Diikuti oleh Gea sendiri.

"Dar, gue belum tau ruangan kepseknya. Anterin ya."

Daero segera menarik tangan Gea, menuntun perempuan itu menuju ruangan kepala sekolah.

"Dar, kenapa mereka semua ngeliatin gue? ada yang salah ya?." Bisik Gea.

"Biarin aja."

"Make up gue menor ya?." Tanya Gea sekali lagi.

"Gak ra, itu karena lo cewe pertama yang gue gandeng di sekolah." Jawab Daero, ia mempercepat langkah kakinya.

"Jangan lupa permisi." Nasehat Daero, di depan ruang kepala sekolah, "Gue tinggal." Ujarnya pamit.

Gea mengangguk paham, dan masuk. Tak lupa dengan permisi seperti yang dikatakan teman laki-laki nya.

Daero tak langsung ke kelas, namun ke kamar mandi. Ia memposisikan dirinya didepan wastafel, mendekatnya tangan kirinya dengan indra penciumannya.

Wangi khas yang disukai Daero memasuki hidungnya, wangi parfum milik Geara.

Geara selalu menyemprotkan parfumnya ke tangan, wajar saja jika ia meninggalkan wangi ditangan Daero karena telah berpegangan dengannya.

                                   
                                    .

Terimakasih sudah membaca chapter ini.

Jangan lupa berikan feedback sebagai bahan bakar cerita ini.

Moonglew

ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang