"Semuanya, perkenalkan saya Pricilla Geara Nickie."
Pandangan Gea tertuju pada bangku belakang, siapa yang menyangka ia akan satu kelas bersama Daero.
Sedangkan yang ditatapnya hanya menyimpulkan senyuman kecil.
"Baiklah Pricilla, silahkan duduk di bangku kosong belakang. Dekat nak Daero."
"Geara Bu. Sebelumnya mata saya agak bermasalah, boleh duduk dibangku tengah itu?." Tanya Gea.
Pernyataan mata yang bermasalah itu bohong, matanya murni sehat. Hanya saja ia yakin akan bosan jika terus berada di dekat lelaki itu, makanya Gea menghindar.
Mereka sudah bersama sejak kecil, ini kesempatan bagi Gea agar bisa berbaur dengan teman yang lain.
"Baiklah Geara, sementara kamu bisa duduk disitu. Sepertinya anaknya gak hadir hari ini."
Gea mengangguk paham dengan penjelasan gurunya, ia menuju tempat duduknya.
Daero hanya menatap ke arah Gea, tak lama. Lalu kembali fokus kepada pelajaran.
Beberapa waktu dihabiskan Gea untuk melamun, ia baru sadar setelah ditegur seseorang didepannya.
"Halo ge, lo dipanggil guru."
Gea hanya menatap bingung ke depan.
"Ayo Geara, coba kerjakan soal di depan ya. Jangan mau kalah sama Leona dan Daero ."
Leona Agashia Amber, siswi kompetitif dengan peringkat paling tinggi di kelas. Tentu tak mudah bersaing dengannya.
Tepat dibawah Leona, peringkat Daero selalu saja sama. Ia sudah berkali-kali mencoba menggeser posisi Leona dengan memenangkan beberapa olimpiade, namun hasilnya tetap saja tak berubah.
Geara maju dengan lunglai, hari pertama saja ia sudah terpanggil. Bagaimana dengan kehidupannya disekolah hari-hari selanjutnya?
Gea berdiri sejajar dengan Daero, namun berjarak.
"Dar, bantuin gue ya. Lo tau rumusnya gak?." Bisik Gea.
"Pake rumus yang gue ajarin kemarin ra."
"Hah, rumus yang mana?." Tanya Gea sekali lagi, tetap dengan nada yang lirih.
Belum sempat bagi Gea untuk bertanya lagi, seseorang membuka pintu kelas dari luar.
"Lingga! darimana saja kamu? jam segini baru datang."
Kalingga Adeva Navares. Bagian nama lah yang disorot Gea pertama kali. Lelaki dengan pakaian yang berantakan, bahkan jasnya saja tidak dipakai.
Lihat, kini dengan beraninya ia mengabaikan omelan guru.
"Aish kamu ini! Gantikan Gea mengerjakan soal didepan, setelah itu baru boleh duduk. Kalau tidak mau, nilai pelajaran matematika kamu saya kurangi." Ancam Bu Regina.
Lingga memutar bola matanya malas, berdecak dalam hati. Dengan segera mengambil alih tempat Gea didepan demi keamanan nilai Matematika nya. Walaupun penampilan nya cukup urakan, ia terbilang cukup mementingkan peringkatnya di kelas. Buktinya pada tahun lalu ia mampu beranjak naik dari peringkat sembilan menjadi peringkat tiga.
Gea yang diperlakukan seperti itu segera kembali ke tempat duduknya, dengan perasaan senang. Ia lolos dari soal Matematika sialan itu. Baginya, hari pertama masuk sekolah harusnya digunakan bersenang senang terlebih dahulu bukan?
.
Terimakasih sudah membaca chapter ini.
Jangan lupa berikan feedback sebagai bahan bakar cerita ini.
- Moonglew
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Teen Fiction"Dar, lo tau gak? kupu-kupu itu butuh proses supaya jadi cantik." "Iya ra, lalu?." Daero menatap netra Geara lekat-lekat. "Bukan cuman kupu-kupu, manusia juga iya. Perempuan itu butuh proses supaya jadi cantik. Makasih ya lo selalu ada buat lind...