Part 4

1.1K 48 3
                                    

Grey hanya menatap datar ke arah liona, sedangkan liona masih dalam keterkejutannya.  Sedangkan grey hanya diam dan duduk di samping azyla

"kalian sudah saling kenal?" tanya azyla yang di angguki oleh grey yang sudah duduk di samping ibunya

"Sudah bun, grey dosen liona"

"Yasudah, liona ini adik grey namanya gabriel" liona menjabat tangan laki-laki yang tidak kalah tampan dari grey, liona heran bagaimana bisa keluarga ini memiliki visual yang tidak biasa.

"Gabriel"

"Liona Ayuningtyas"

"Elang" ucap elang memperkenalkan diri setelah adiknya, elang menatap lamat gabriel karena merasa familiar dengan wajah tampan di depannya.

"Kita pernah ketemu sekali, saat melawan cyber 3 tahun lalu"

"aah iyaa" elang baru ingat bahwa gabriel adalah pendiri geng motor yang elang ketuai pada saat SMA.

"Melawan cyber? Kamu melibatkan gabriel dalam urusan geng gak jelas kamu itu?" Tanya arkan sedikit dengan nada emosi.

"Om yang om maksud geng gak jelas itu saya pendirinya" ucap gabriel membuat arkan diam tidak bisa berkata apapun. Melihat suasana yang canggung azyla mencoba mencairkan dengan menyiapkan makanan.

"Ntar dulu ngomongin geng-gengnya kita makan terlebih dahulu kasihan makanannya udah mulai dingin sama kayak sikapnya mas" ucap azyla dengan sedikit senyuman, yang di ikuti oleh gama sedangkan grey menghela nafasnya

"Bun..." liona menahan senyumannya karena merasa lucu dengan sikap grey begitu berbeda pada saat di kampus yang garang, tidak ada toleransi dan menyebalkan.

"Sudah, sudah ayo makan. Pak,bu, liona, elang ayo di makan" 

"Ahh iya om" mereka memulai acara makannya dengan selingan membicarakan bisnis antara ravindra, grey, gabriel dan arkan, sedangkan rania dan azyla membicarakan berlian mahal, dan barang-barang mahal lainnya sedangkan gama sedang sibuk dengan makanannya. Liona menghela nafasnya.

"Ah iya nak grey di kampus liona baik kan?" tanya rania yang begitu tiba-tiba membuat liona tersedak dengan pertanyaan rania. Liona menatap ke arah grey memberi kode agar grey tidak memberi tahu orang tuanya tentang dia selama di kampus. 

"Maaf tante, tapi sepertinya saya harus memberi tahu tante dan om tentang liona selama saya mengajar" liona menghela nafasnya liona pasrah jika grey memberi tahu kelakuannya selama dikampus.

"Liona selalu telat di jam mata pelajaran saya, saya gak tau bagaimana liona di rumah sampai-sampai selama seminggu saya mengajar tidak pernah datang tepat waktu. Saya mengatakan ini semata-mata agar tante sama om bisa mengawasi liona lagi" arkan yang mendengar laporan grey memberikan tatapan tajam ke arah liona sedangkan liona hanya diam menatap piring yang sudah kosong. 

"Maaf ya mas, nanti saya akan ajarkan liona lagi" ucap arkan dengan nada tenang namun tidak membuat liona tenang sama sekali. Setelah 2 jam lebih mereka mengobrol walaupun lebih mirip dengan meeting tentang projek mereka.

"Kalau begitu kami pamit dulu ya pak, dan terimakasih atas jamuannya semoga kerjasama kita bisa berjalan dengan lancar" 

"Terimakasih kembali pak arkan" mereka saling berjabat tanga lalu arkan dan keluarga meninggalkan ravindra dan keluarga. 

"Grey ke toilet dulu bun" ucap grey sedikit terburu-buru, entah kenapa grey merasa memiliki perasaa sesuatu yang buruk akan terjadi.

"Pah sakit..."  grey menghentikan langkahnya saat melihat arkan menarik tangan liona dengan kasar. 

"Kamu itu selalu bikin malu saya" 

"Pah udah liona kesakitan" ucap elang yang berusaha menarik tangan liona agar menjauh dari arkan namun arkan malah tambah marah dengan mendorong elang.

"Kalian berdua sama saja, tidak tau di untung saya sudah mengeluarkan banyak uang hanya untuk kalian, tapi kalian melah mempermalukan saya di depan ravindra dan keluarganya" Grey mengepalkan tangannya karena emosi melihat  seorang ayah yang kasar dengan anak-anaknya, dan melihat sang mama sedang sibuk menelfon dengan teman sosialitanya. 

"Mah.. kamu ajarin anak kamu" 

"Pah apaan sih mereka udah gede" ucap rania yang masih sibuk dengan telfonnya tidak menghiraukan mereka. 

"Masuk cepat!"

"Enggak pah lio gak mau hikss"

"MASUK! Kamu gak masuk saya tambahin hukuman kamu" 

"PAH LIO SAMA AKU!!" Elang mulai berteriak membuat beberapa security mendekat ke arah mereka. Di saat keributan sedang terjadi seseorang menarik tangan liona. Arkan, Elang menatap ke arah seorang laki-laki. 

"Grey" 

"Iya om, tante. Liona biar saya yang nganter ada yang harus saya bicarakan dengan liona boleh kan tan, om?" gabriel yang ingin menghampiri grey dan menarik tangan grey kembali di tahan oleh ravindra. Sebenarnya sejak tadi mereka sudah melihat yang terjadi.

"Biarkan masmu"

"Tapi yah gak harus ikut campur urusan orang lain kan" 

"Mas mu sudah dewasa gab, Dia tau apa yang harus dia lakukan" gabriel mengehela nafasnya jika azyla sudah berbicara maka tidak ada satupun yang berani melawan. 

Di sisi lain setelah meminta izin grey membawa liona masuk ke dalam mobilnya, grey membiarkan liona menangis menuangkan semua emosinya. Grey melepas jasnya lalu memakaikannya di tubuh liona. 

Liona turun dari mobil BMW milik grey, dengan sedikit ketakutan liona masuk kedalam ruamh mewah bercat putih. 

"Bapak ngapain bawa saya kesini" 

"Masuk dulu" 

"Bapak gak mau macem-macemin saya kan?"

"Gak macem-macem kok cuma satu macem" ucap grey dengan smirk membuat bulu kuduk liona berdiri melihat senyuman grey.

"Saya mau pulang" 

"Yasudah silahkan pulang, tapi jangan salahkan saya kalo di jalan kamu di apa-apain ya"

"Saya bisa telfon ayu buat jemput saya" grey mengendikan bahunya lalu membiarkan liona berdiri di depan pintu masuk rumah mewahnya. 

Liona mencari-cari telfonya, namun kesialan sedang ada pihaknya karena liona meninggalkan hp dan tasnya di mobil milik ayahnya. Grey sejak tadi memperhatikan liona dari jendela menyunggingkan senyumannya melihat gadis manja di depannya kebingungan

"Gak mau masuk aja?" Tanya grey dari ambang pintu, Liona terpaku sejenak melihat penampilan grey, dengan kemeja sedikit berantakan dengan lengan kemeja yang di gulung dan memasukan tanganya ke saku celananya menambah ketampanan laki-laki di depannya.

"Enggak"

"Yakin disini banyak hantunya loh Kuntilanak, po..." belum selesai grey melanjutkan omongannya liona sudah berlari masuk ke dalam rumah mewah milik grey. 

"Katanya tadi gak mau masuk"

"Yaaa kan saya kedinginan, saya juga kasian liat bapak ngemis-ngemis buat saya masuk" grey tersenyum mendengar jawaban liona yang mencari alasan.

"Yaya terserah kamu, duduk yang benar saya obatin" ucap grey yang sudah meminta maid menyiapkan air es untuk kompres tangan liona. Grey menarik tangan liona lalu mengompres tangan liona dengan handuk kecil yang sudah di basuh dengan air es.

"Sudah sering?" tanya grey saat melihat beberapa bekas luka di tangannya, Liona hanya diam dan menunduk. Liona enggan menjawab pertanyaan seputar keluarganya kecuali dengan ayu sahabatnya. Grey yang mengerti tidak bertanya lebih lanjut.

"Liona Ayuningtyas ayo menikah" 


Penghujung SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang