3

571 80 4
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Di sebuah ruangan bernuansa klasik nan mewah, dua sosok manusia tengah menyantap hidangan makan malamnya dengan khidmat, hanya ada dentingan pelan alat makan dari keduanya, di sampingnya masing2 terdapat sampanye yg sudah dituangkan sedikit kedalam gelas kaca yg cantik

"Seharusnya kita bertemu lebih awal, Gracia. saya bangga atas pencapaian kamu. selamat" Ucap seorang lelaki paruh baya dihadapan Gracia seraya tersenyum ramah dengan sangat tulus, hal itu juga dibalas senyuman yg tak kalah tulus dari Gracia

"Papa yg bantu dari awal aku meniti karir, aku malah berterima kasih sama papa. selalu ada di saat aku butuh bantuan, lihatlah.. berada di posisi saat ini, semua juga berkat papa" Jawab Gracia dengan tak kalah bangga disertai senyuman yg semakin mengembang

Lelaki itu menghela nafasnya sebentar, sebelum akhirnya meraih punggung tangan Gracia untuk di usap pelan dengan tatapan yg nanar "Kamu hebat.. kamu pintar dan pekerja keras, seandainya saya bisa memilih takdir, aku ingin anakku memiliki masa depan bersama orang sepertimu"

Gracia tersenyum kikuk mendengarnya, lalu orang yg disebut Papa itu terkekeh pelan sambil mengangguk kecil "Cepat menikah, nanti saya yg jadi wali untukmu..Cici kamu itu, susah sekali membuka hati untuk orang lain.. Papa sampe repot Gre, sampai kapan dia seperti ini?"

"Oh ya.. apa kamu udah ada calon? mana? kenalin sama Papa dong?" Lanjutnya sambil terkekeh ringan

"Pah.." Gracia menggantungkan kalimatnya, menatap penuh luka pada orang dihadapannya "Aku masih mencintai anakmu"















____

"Aku gak ngerti ya Gre, mau lo apasi?" Shani menghela nafas dengan frustasi, tatkala seseorang memeluknya dengan erat dari arah belakang saat ia sedang membereskan beberapa berkas dimeja kerjanya,namun atensinya tetap tak teralihkan dan masih fokus dengan aktifitas membereskan meja kerja miliknya. sementara Gracia sambil cekikikan dengan jahil mendusel2 manja di punggung Shani seakan tak menghiraukan siempunya yg tengah cemberut

"Ge udah Ge.. nanti Anin liat, dikira aku yg gatel ke kamu"

"Biarin" sahut Gracia dengan santai, sekali lagi Shani hanya menarik nafasnya panjang seraya menggeleng kecil, tak habis fikir lagi dengan kelakuan manusia satu ini

"Gracia!" teriak Anin yg sudah naik pitam di ambang pintu sana, (nahkan) seketika Shani memejamkan matanya merutuki diri sendiri. sementara Gracia hanya diam seraya melepas pelukannya dari Shani

"Masuk! gue mau ngomong" Teriak Anin lagi sambil menunjuk arah ruang kerja Gracia dengan dagunya, siempunya hanya menurut dan melangkah menuju ruang kerjanya

Anin menatap penuh benci pada Shani, namun tak mengucapkan sepatah katapun, ia hanya menarik napas berat lalu setelahnya pergi menyusul Gracia masuk kedalam ruang kerjanya. disisi lain Shani yg hanya bisa diam tanpa melakukan pembelaan berusaha untuk menahan air matanya agar tak sampai jatuh, entahlah rasanya seakan menyesakkan walaupun Anin sendiripun samasekali tak menegurnya secara langsung, namun ia juga merasa bersalah karena tak bersikap tegas terhadap atasannya itu.

Diruang kerja Gracia, nampak si bos muda satu itu bersandar pada sanggahan sofa seraya memijat pelipisnya dengan berat, matanya terpejam berusaha mengontrol emosi dalam dirinya

"Lo ya! udah gue bilang mendingan gak usah balik.. lo batu! gak akan bisa lo nahan diri Gre, lebih baik lo gak disini" Sewot Anin yg sudah sama2 tak bisa mengontrol amarahnya

"Lo bilang janji gak akan macem2, tapi apa? lo semakin kurang ajar.. Gracia plis! dimana fikiran kamu hah!" Anin semakin naik pitam, sementara Gracia lebih memilih memalingkan wajahnya tak mau menatap Anin

~Daisy Flower~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang