Pagi menjelang suara alarm yang terus berbunyi mengusik tidur Leon. Matanya mengernyit terganggu dan merubah posisi bantalnya berada diatas kepala.
Namun itu tetep tidak meredam kebisingan dari suara alarm yang sangat menganggu pendengarannya. Dengan kesal dia meraih alarm tersebut dan mematikannya.
Ia terbangun dengan ekspresi kesal di wajahnya melihat sekeliling. Biasanya suara lembut itu yang membangunkannya dengan guncangan pelan di bahu miliknya.
Tapi kenapa pagi ini malah suara bising dari benda laknat itu yg membangunnya?
Tak mau berlama akhirnya dia masuk kedalam kamar mandi bersiap untuk mandi.
Namun wajah tampan itu kembali membuat kerutan bingung kala bath up yang biasanya sudah tersedia air hangat nyatanya kosong.
Merasa ada yg tidak beres ia pergi keluar kamarnya sambil meneriakkan nama Vino
"VINO." panggilnya sedikit ngegas.
Ia turun dari tangga dan melihat kearah dapur. Tempat yang biasa Vino hinggapi saat pagi untuk memnyiapkan sarapan setiap hari.
Namun pagi ini dapur itu kosong bahkan semua tersusun rapi tanpa ada sedikit pun barang yang terlihat sudah terpakai.
Kembali wajah tampan itu membuat raut kebingungan. Ia jalan menuju kamar milik Vino dan menemukan bahwa kamar itu kosong dengan kasur yang tertata rapi.
Ia membuka lemari dan laci - laci untuk melihat barang milik Vino apakah masih ada atau tidak. Ternyata semuanya kosong.
Leon sedikit termenung saat melihat kondisi kamar yang rapi tersebut. Ada rasa mengganjel dihatinya menyadari bahwa Vino benar benar pergi meninggalkannya.
Namun wajah datar itu langsung tersenyum sinis dan mendengus remeh "Humph... Haha sial lucu banget dia beneran pergi hanya membawa barang - barang tidak berguna itu?... Aku jamin sebelum makan malam nanti juga dia bakalan balik. Apa yang bisa dia lakukan selain bergantung pada ku? " dengusnya kasar.
Setelah itu ia mandi untuk segera pergi ke kantor nya karna jam sudah menunjukkan jam 8 lewat walau telat siapa yang berani memarahinya?
Selesai berpakaian ia kesusahan saat memasang dasi, ekpresi kesal terukir diwajahnya. Memasang dasi adalah hal yang paling ia benci karena kesabaran miliknya hanya setipis tanggung jawab DPR
Akhirnya ia memilih untuk tidak menggunakannya dan membuangnya asal - asalan.
Turun dengan sedikit tergesa karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi. Ia bahkan belum sarapan.
Sesampainya didapur ia berdecak kesal karena ia baru ingat Vino tidak ada berarti tidak ada sarapan dan kopi.
Kopi... Ia tidak masalah untuk tidak sarapan tapi dia tidak bisa meng-skip untuk morning cofeenya.
Dengan kesal ia membuat kopinya sendiri. Saat merasa sudah dia meminum nnya dan "bleh.. bangsat anji*ng." kasarnya saat merasakan kopi tidak enak miliknya.
Brakk...
Geprakan meja terdengar. Ya dia sudah mulai kesal. Semuanya berantakan, ia terlambat, tidak bisa memasang dasi, sekarang ia kelaparan dan tidak dapat menikmati morning cofeenya.
"Anj*ing anj*ing awas aja lu Vino. Pulang nanti lu pasti bakal dapet hukuman yang berat lihat saja. " ucapnya penuh penekanan disetiap kalimatnya.
Ia berfikir bahwa Vino akan kembali dan memohon kepadanya untuk diterima lagi.
Setelah itu akhirnya ia memilih untuk pergi, ia akan membeli kopi di sebuah cafe saja. Meninggalkan dapur dengan kondisi yang kotor.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCCASIO [End]
Non-FictionLeon selalu menganggap Vino adalah benalu yg tidak bisa hidup tanpanya dan selalu memperlakukan Vino dengan kasar seolah ia tidak berguna dihidupnya, hingga suatu hari ia sadar bahwa dialah yg tidak bisa hidup tanpa Vino *ini cerita bxb yg gk suka...