Kini sudah 6 bulan berlalu. Kondisi perusahaan milik Leon kembali pulih, begitu juga dengan kondisi tubuhnya. Walau terlihat jelas bahwa pancaran cahaya di wajah miliknya meredup.
Jadi orang-orang sekitar tak dapat memandangnya dengan binar mata penuh puja malahan memandangnya dengan mata ketakutan karena aura yang dikeluarkan seakan-akan memberi sinyal untuk tidak mengganggu nya.
Mengenai lexie, setelah Leon keluar dari rumah sakit dia tiba-tiba saja muncul dengan ekspresi wajah sok kwatir-nya. Membuat Leon jijik, bahkan ia tidak dianggap sama sekali oleh Leon.
Tetapi memang dasarnya djalang lexie seakan-akan acuh dengan perilaku Leon padanya dan dengan angkuh nya datang ke perusahaan Leon dengan tujuan ingin meluruskan masalah sebelumnya.
Dengan tak tahu malu ia masuk begitu saja ke dalam ruangan kebesaran Leon mengacuhkan peringatan dari sekretarisnya.
Mendapati perilaku tidak sopan lexie, Leon murka dan mengusirnya dengan tidak hormat. Leon memanggil satpam dan menyeretnya keluar perusahaan dengan dipenuhi tatapan tatapan dingin serta mengejek dari seluruh karyawan/i yang ternyata juga muak dengan sifat angkuh miliknya.
Lexie itu sebenarnya hanyalah benalu. Sedari kecil ia hidup dengan keluarga yang tak utuh. Ia tak tahu siapa ayah kandungnya. Setiap hari ibunya pulang bersama pria yang berbeda-beda.
Karna itu juga ia menjadi wanita yang menempel pada pria kaya tak perduli jika pria itu memiliki istri atau pasangan. Asalkan ia mendapatkan pria yang bisa membuat nya merasakan hidup mewah itu sudah cukup.
Awal melihat Leon ia sama sekali tak tertarik karena hanyalah asisten manager dari sebuah restoran. Tetapi setelah lama tidak bertemu lexie cukup terkejut melihat Leon yang ternyata sudah memiliki perusahaan yang besar dan pastinya ia kaya raya.
Mendapati hal itu lexie pun beralih untuk mendekatkan Leon. Bukan perkara yang sulit baginya untuk membuat seseorang tertarik padanya. Hanya dengan bermodalkan tubuh yang sexy ia pasti dapat memikat pria lain.
Dan kejadian itu sudah 4bulan berlalu, semenjak itu lexie tak pernah lagi muncul di hidup Leon.
.
.
.Saat ini jam makan siang, Leon memakan makanan yang ia beli melalui kantin dengan wajah yang sama sekali tak terlihat menikmati makanannya.
Matanya fokus kearah bingkai foto yang terpajang disamping layar komputer nya.
Foto Vino
"I miss you. " lirihnya
"Apa yang sedang kau lakukan? Apa kau tak merindukan ku.. Vino? " suara itu mengalun dengan lirih. Jari telunjuknya mengelus wajah Vino yang tercetak di bingkai itu.
Lamunannya buyar ketika telfon dari seseorang yang ia tunggu - tunggu. Seorang yang sudah ia bayar untuk mencari dimana Vino berada.
.
.
.
.
.Dan disni lah Leon berada. Di depan sebuah cafe yang cukup besar. Perlahan tangan itu membuka pintu cafe yang terlihat ramai karna banyak mahasiswa yang baru pulang dari kampus untuk mengerjakan tugas atau hanya sekedar nongkrong bersama teman.
Deg...
Jantungnya berdetak lebih kencang dari sebelumnya saat ia melihat seseorang yang sangat ia rindukan selama ini. Matanya tak dapat berbohong, terlihat jelas kilatan rindu tercetak disana.
Vino..... seseorang yang saat ini ia lihat, menjadi seorang kasir melayani setiap pelanggan dengan sangat ramah, tidak lupa senyuman serta suara yang sangat sangat sangat dirindukan olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCCASIO [End]
Non-FictionLeon selalu menganggap Vino adalah benalu yg tidak bisa hidup tanpanya dan selalu memperlakukan Vino dengan kasar seolah ia tidak berguna dihidupnya, hingga suatu hari ia sadar bahwa dialah yg tidak bisa hidup tanpa Vino *ini cerita bxb yg gk suka...