Kelopak mata milik Leon mengerjap lalu perlahan terbuka, ruangan dengan dominasi nuansa putih dan bau khas obat-obatan menyapa indranya.
Seorang suster yang melihat pasien VIP nya terbangun langsung bergegas memanggil dokter untuk segera diperiksa.
Bersamaan dengan itu mata dengan iris bewarna hitamnya bertemu dengan wajah yang sangat ia kenali, ibunya Eva menatap dengan wajah khawatir.
Setelah seorang dokter selesai melakukan pemeriksaan pada tubuhnya dan berbica pada ibunya yang sayangnya tak dapat ia dengar.
Setelah itu sang ibu masuk dan duduk disampingnya.
Meraih tangan kekar milik Leon dan mengelus nya pelan. "Kamu baik baik saja kan sayang? " suara lembut itu menyapa indra pendengaran nya.
"Vino... Vino dimana mom? " suara itu terdengar lirih. Hembusan nafas terdengar dari sang ibu.
Tangan putih itu dengan lembut mengelus tangan kekar milik Leon"Untuk sekarang... Tolong fokuskan dirimu dalam pemulihan terlebih dahulu ya. " ucapnya lembut.
"Gk.... Aku mau Vino bawa Vino kesini maa. " ucap Leon dia mulai memberontak air matanya bahkan keluar.
"Shh... Leon.. Nak... Vino pasti kembali. " kata sang ibunda menenangkan.
"Gk mungkin... Ini udh berapa hari dia gk balik ma." ucapnya semakin menjadi - jadi dia semakin memberontak bahkan berusaha untuk bangun.
"Perusahaan sedang kacau, kamu bolos selama seminggu. Tidak mengangkat telfon siapapun jadi perusahaan menelfon mommy. Mommy kaget dan benar saja kamu tergeletak sakit di lantai rumah yang kotor. Pecahan piring dan segala macam ada. Sekarang lihat dirimu... Kacau tak jauh beda dengan situasi perusahaan dan rumahmu. Apa kamu masih memaksa untuk bertemu dengan Vino dalam keadaan memalukan seperti ini? Kamu mau dipandang lemah? ". Deretan kalimat panjang yang di ungkapkan oleh sang ibunda membuat Leon tersadar.
Isak tangis mulai terdengar di bibir Leon wajahnya memerah karena menangis pemandangan ini sungguh diluar nurul tidak masuk haykal bagi Eva.
Sebagai seorang ibu dari Leon ini baru pertama kalinya ia melihat sang anak begitu lemah dan cengeng.
" apa Vino akan kembali? " tanyanya disela isak tangisnya.
Mendengar itu sang ibu berkata "jika ia tak datang padamu maka kamulah yang harus datang kepadanya. " ucapan itu terhenti tepat setelah telfon masuk dari ponsel miliknya.
Setelah Selesai menerima telfon itu. Eva mengelus rambut Leon perlahan "mommy akan menggantikan kerjaan kamu sampai kamu sembuh, setelah itu kembalikan kondisi perusahaan menjadi normal dan jika sudah matang datanglah untuk mencari Vino dengan kondisi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Kamu harus tetap terlihat kuat seperti singa, sang raja, walau dalam kondisi seperti apapun, karena begitulah aku membesarkan mu selama ini Leon. " ucap sang ibu lalu setelah itu ia pergi meninggalkan sang anak untuk kembali bekerja.
Setelah kepergian sang ibu, tekat Leon kembali datang. Ia menghembuskan nafasnya perlahan dan memenangkan pikirannya.
"Ya... Aku harus sembuh, aku akan mencarimu sampai dapat Vino. Lalu setelah itu kamu akan tetap disisiku. " ucapnya.
Tiba tiba otaknya kembali me-record saat ia membentak Vino mengatakan sumpah serapah dan mengabaikan nya. Padahal dulu ialah yang terus mengejar Vino sampai tentangan dari sang ibunda pun ia lawan.
Tapi sekarang ia malah mencampakkan Vino. Ia selalu mengira Vino adalah benalu dihidupnya. Ia selalu mengira Vino lah yg tak bisa hidup tanpanya. Sekarang ia menyadari, setiap kegiatannya setiap langkahnya bahkan awal dari mulainya kesuksesannya Vino lah orang yang selalu berada disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OCCASIO [End]
Non-FictionLeon selalu menganggap Vino adalah benalu yg tidak bisa hidup tanpanya dan selalu memperlakukan Vino dengan kasar seolah ia tidak berguna dihidupnya, hingga suatu hari ia sadar bahwa dialah yg tidak bisa hidup tanpa Vino *ini cerita bxb yg gk suka...