"Apa yang ingin kalian tanyakan?"
-------------
Gempa tersentak dan hampir terjatuh dan untung Hali dapat menahannya.
"Ah-- itu, em,- anu-- uhm..." Gempa berusaha merangkai kata-kata namun dia terlalu gugup dan takut karena ditatap oleh 'Beliung' tersebut.
"Kalian ingin bertanya apa aku mengenal seseorang yang kalian anggap mirip denganku, bukan begitu?" Tanya si 'Beliung' sambil menghembuskan asap rokoknya. Dan lagi-lagi itu membuat Gempa terkejut.
"Aku ingatkan untuk pertama dan terakhir kalinya, aku bukanlah 'orang yang kalian cari' dan aku tidak ada hubungannya dengan apapun. Maaf aku tidak bisa membantu dan tidak akan pernah membantu sampai waktu yang telah ditentukan."
Setelah mengatakan hal itu, Beliung berjalan meninggalkan Gempa dan Hali yang belum sama sekali menanyakan apa yang ingin mereka tanyakan kepada Beliung namun telah terjawab seluruhnya.
Siapa sangka ada orang yang begitu peka? Astaga mereka benar-benar bertanya-tanya. Mungkin jika aku menjadi mereka berdua sudah pingsan sih, haha.
"Bang Hali... ba-bagaimana ini..?" Gempa bertanya dengan sedikit lirih dan kecewa. Petunjuk pertama mereka telah hilang dan tidak akan bisa lanjut ke petunjuk selanjutnya.
"Entahlah gem, biarkan aku berpikir terlebih dahulu." Jelas sekali dia harus mencerna seluruh perkataan Beliung itu terlebih lagi tentang 'waktu yang telah ditentukan'.
.
.
.
.
.Beliung berjalan kearah tong sampah untuk membuang puntung rokoknya.
"Kau sebaiknya tidak menguping perkataan orang lain, untung saja kedua abangmu itu tidak tau jika kau menguping percakapannya atau mungkin saja kau akan dimarahi oleh abangmu yang bermanik merah itu."
Sosok yang berada di belakang pohon mangga besar terkejut dan akhirnya keluar menampakkan dirinya.
'Beliung' itu terdiam dan menatap sosok itu lamat-lamat, seperti ada sesuatu yang sangat amat mendalam dari tatapannya tersebut sehingga dia terdiam lama.
"Maafkan saya bang, saya tidak bermaksud untuk menguping percakapan kalian.." Ice, dia menundukkan kepalanya merasa sangat bersalah, namun mau tidak mau dia harus menguping percakapan mereka bertiga karena dia juga ingin tahu apakah 'Beliung' adalah Taufan?
"Tidak mengapa, yang penting jangan kau ulangi lagi," Beliung mengusap rambut Ice, dan sang empu sedikit terkejut, "namun maaf, apapun yang ingin kau tanyakan padaku jawabanku tetap sama."
Ice tersenyum pahit dia mengangguk, tidak masalah, lagipula kepergian abangnya itu adalah harga yang pantas untuk mereka semua yang telah menyia-nyiakannya.
Beliung kembali berjalan meninggalkan Ice seorang diri, dia merasa sangat bersalah, namun dia tidak bisa, dia tidak bisa mengungkapkannya sampai waktu yang telah ditentukan.
Kehidupan keluarga Amato yang hanya tersisa 6 orang itu kembali berjalan seperti biasa, namun dengan kehadiran 'Beliung' membuat Ice sedikit bersemangat, karena dia mau menggantikan sosok abangnya yang hilang tersebut.
Seperti pada masanya, mereka adalah keluarga penyelamat bumi atau lebih sering disebut sebagai super hero. Namun siapa sangka bahwa Beliung juga memiliki kekuatan? Yang seharusnya hanya dimiliki oleh keturunan keluarga berambut sedikit putih.
-------------
"Abang Icy, apa kita akan menemui abang Beliung?" Thornie, atau Thorn memegang tangan Ice dengan erat.
"Iya, tapi berjanji jangan menangis ya? Soalnya dulu saat abang bertemu dengannya pertama kali, abang sedikit menyusahkannya." Ice mengingatkan Thorn, sekuat apapun mereka berdua menghadapi saudara mereka yang lain namun tidak terkecuali mereka akan menangis ketika melihat sosok Taufan didiri orang lain.
Selama 2 tahun mereka merasa kehilangan sosok abang yang amat mereka sayangi, terasa sangat perih ketika mereka harus melihat orang lain yang memiliki sifat yang mirip seperti abangnya. Namun mau bagaimana lagi, mereka harus menguatkan hati mereka, harus bersama saling menghibur dan harus ada untuk satu sama lain.
Itu tidaklah mudah untuk anak seusia mereka, terlebih lagi saudaranya baru merasa kehilangan sekitar 2 atau 4 bulan yang lalu, mereka baru merasakan kehilangan abang yang ceria, perhatian dan sangat peduli dengan adik-adiknya. Mereka baru merasa hilang baru-baru ini, dan baru tidak pernah lagi memarahi sifat Thorn dan Ice yang mereka anggap seenaknya itu.
"Iya-iya, Thornie janji gabakal nangis," dia memelankan suaranya, "sepertinya.."
"Hadeh, udahku duga." Ice menepuk dahinya.
Setelah berjalan selama 45 menit, mereka sampai didepan rumah(?) Yang lumayan bagus, mereka mulai mengetuk pintu rumah tersebut dan tentu saja langsung dibuka oleh sang tuan rumah.
"Ah, aku sudah menunggu kalian cukup lama. Ayo Ice, Thorn silahkan masuk." Beliung tersenyum manis, dia menyambut mereka dengan senang.
Apa Beliung tersenyum? Tentu saja hanya berlaku pada Ice dan Thorn, tidak pada kalian maka dari itu berkecil hati saja ya! Aku bercanda. Sungguh hanya bercanda kok..
Cukup lama Ice dan Thorn untuk masuk kedalam rumahnya Beliung, karena Ice harus membuat Thorn untuk tidak menangis.
"Sudah abang bilang jangan menangis."
"T-tapi, hiks abang juga, nangis tuh!" Thorn mengusap air matanya, tidak terima dikatakan hanya dia yang menangis.
Ice yang mendengar itu langsung buru-buru mengusap air matanya.
Beliung melihat tingkah mereka berdua menahan untuk tidak tertawa, 'aku tidak akan melanggarnya jika hanya sebatas ini, kan?'
'Ya, tidak. Namun lebih baik kau membatasi dirimu, jangan sampai menggagalkan semuanya.'
'Aku tidak akan menggagalkannya, dan tidak akan mungkin.' Dia tersenyum pahit.
'Aku benar- benar tidak akan menggagalkannya, Bel. Tidak akan.
Bahkan Aku berjanji dengan taruhan nyawaku sendiri.'
------------------------
TBC--
maaf semuanya baru lanjut sekarang, dan terimakasih sudah setia menunggu kelanjutannya. Sekali lagi maaf yaa :(
KAMU SEDANG MEMBACA
'Do U Miss Me?' [BoBoiBoy Taufan]
FanfictionSlow-updated>> >>>>>>>>>>><<<<<<<<<<< •[Boboiboy Taufan FanFic Story]• Kenapa semuanya membenci aku? Kenapa aku dibilang anak pembawa sial? Kenapa mereka memarahiku karena aku ingin menyelamatkan Blaze? Kenapa tidak ada yang menginginkan keberad...