"Bang Beliung jangan melamun dong.."
------------------------
Beliung mengedipkan matanya berkali-kali, dan mulai memperbaiki senyumannya.
"Enggak kok, abang ga melamun. Oh ya kalian sudah makan? Mau di masakin apa?" Beliung bergegas berjalan ke arah dapurnya, mencoba menghindar agar tidak dicurigai oleh Thorn.
"Kami ikut abang aja."
"Bener! Thorn bantu boleh, ga?"
Beliung menganggukkan kepalanya, dia berencana untuk memasak sop daging ala-ala mamang restoran. Setelah menyiapkan bahan-bahan nya, dengan sigap Thorn memotong semua bahan-bahan tersebut.
Kalian bertanya apakah Ice membantu? Oh tentu saja hanya menonton, seorang pemalas itu tidak akan mungkin benar-benar rajin terlebih lagi dalam hal lain (tak ada sangkut pautnya dengan Taufan) sudah tentu setelan pabriknya muncul.
Setelah 50 menitan bergelut di dapur, akhirnya sop mereka telah jadi. Tercium sangat harum hingga membuat Ice terbangun dari tidurnya.
"Ice, ayo makan dulu, ntaran baru molor lagi."
"Hehe, iya bang. Maaf ya karena ga bantuin." Ice memainkan kedua telunjuknya dengan muka yang bersalah.
"Gapapa, lagipula abang juga cape karena tugas dari sekolahkan? Karena kurikulum merdeka jadi ada 10 tugas kerkom deh." Thorn menjelaskan dengan nada sedikit mengejek, ya, dia masih kurikulum 13 karena dia kelas terakhir (smp) jadi tanggung untuk merubahnya.
Ice hanya memutarkan bola matanya, malas menanggapi celotehan + ejekan adeknya.
---------------
"Apa abang belum mengerti juga?"
Sang sulung menoleh sambil mengernyitkan dahinya.
"Tentang hal itu, soal 'waktu yang telah ditentukan' itu." Dia mendekat ke arah si sulung.
"Dia sudah tau, namun kami masih ragu."
Seseorang menjawab pertanyaan tersebut dari arah pintu. Keduanya langsung mengarahkan tatapannya kepada sang bungsu.
"Apa maksudmu? Bukankah kau bilang itu adalah hal yang mudah?" Sosok abang lainnya itu terbangun dari sikap santainya.
"Ya, itu benar, abang, namun maksudku hal ini harus di cari tahu lebih lanjut. Secara logika ini sangat mudah, namun secara hal, tentu saja ada yang tersembunyi." Jawab sang bungsu, menerangkan hal yang nampaknya tidak di pahami oleh abangnya yang lain itu.
Sang sulung menghela nafas, "Bagaimana, Gem? Apa kita harus menyelinap ke rumahnya untuk mencari tahu lebih lanjut?"
Dia menggelengkan kepalanya, tentu itu bukan tindakan yang sopan, namun mereka bisa saja meminta tolong kepada kedua adiknya yang sedang berada disana, namun tentu saja mereka akan menutup mulut bahkan bisa jadi akan kembali memicu kebencian antarmereka.
"Tenang saja,"
Semua mata tertuju kepada si bungsu.
"aku sudah membuat rencana baru dan itu telah terlaksanakan, jadi mari kita menunggu." Dia tersenyum, tersenyum kemenangan.
-------------------
"Wahhh!! Sop buatan abang Beliung enak banget! Paling enak!"
Ice mengangguk setuju, sop itu benar-benar enak, benar-benar terasa seperti sop di restoran bintang 5.
"Haha, bisa saja kamu Thorn, padahal kamu juga membantu memasaknya." Beliung terkekeh atas pujian mereka berdua.
"Ih tapikan aku cuman ngebantu motongin bawang doang sisanya mah abang Bebel semuaa!"
"Tadi abang Liung, sekarang abang Bebel, ntar apa lagi thornie??" Ice sedikit menggelengkan kepalanya.
"Heheww am soriw"
Lagi-lagi Beliung dibuat tertawa karena perilaku mereka kedua. Dia sangat merindukan hal ini.
Sampai suatu ketika, dia melihat kelopak mawar miliknya berkurang, lagi.
"waktunya terus berjalan, jangan pernah kau melupakan apa rencana kita dan sebentar lagi, kita akan memulai segalanya."
-----------------------------------
TBC
heheww, update lagi dehh
selamat membacaaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
'Do U Miss Me?' [BoBoiBoy Taufan]
FanfictionSlow-updated>> >>>>>>>>>>><<<<<<<<<<< •[Boboiboy Taufan FanFic Story]• Kenapa semuanya membenci aku? Kenapa aku dibilang anak pembawa sial? Kenapa mereka memarahiku karena aku ingin menyelamatkan Blaze? Kenapa tidak ada yang menginginkan keberad...