7 | Tahun baru & Ulang tahun

128 8 0
                                    

Sabtu 1 januari

Pelan-pelan Yusoo membuka ganggang pintu kamar Arum, kepalanya menengok lebih dulu—menelisik kondisi sang Adik yang ternyata sudah berbungkus selimut, tengah berbaring dalam posisi menyamping membelakanginya.

Lanjutlah, lamat-lamat Yusoo berjalan mengendap-endap seperti maling.

Saat langkah mulai masuk, seirama dengan tangan yang menutup pintu. Netra hanya menangkap kegelapan sebab lampu diruangan tersebut yang telah mati dipadamkan sang pemilik ruang.

Gelapnya ruangan itu ditemani cahaya bulan, remang-remang tampak lebih sendu terpancar lewat jendela besar di hadapannya.

Tirai tak ditutup menerima pula sapuan angin malam tahun baru ini, memperlihatkan indahnya langit gelap diluar sana yang berhiaskan kembang api.

Bersama kedua tangan yang masih setia mengepal—menyembunyikan sesuatu dibelakang punggung. Yusoo memutar badan ke kiri, tancap gas memanggil-manggil nama adiknya.

"RUM!" Duarrr... Duarrrr...

Panggilan keras Yusoo dan suara keras kembang api berkombinasi, membangunkan Arum yang sebenarnya sedari tadi belum tidur terlelap.

"Hhhmm, apa." Suara paraunya membalas malas. Dia tergerak sedikit memperlihatkan ciri-ciri kehidupan.

"Hari ini tahun baru lhoo! Lo nggak pengen keluar gitu?"

"Nggak males, nggak ada yang spesial juga." Balas Arum, malah semakin ngumpet menutupi kepalanya dengan selimut.

"Gaada yang spesial?" Omongannya terjeda dua detik. Keningnya berkerut nggak habis Fikri, "hari ini ulang tahun lu lho?!"

"Ya, terus?"

"Serius nggak spesial..."
"Gua punya hadiah buat lu nih. Yakin nggak mauuuu..." Goda Yusoo, moncongnya manyun lebih mirip ikan buntal.

Endingnya demi tidak menyia-nyiakan kesempatan, tiba-tiba bocah yang awalnya dianggap akan senantiasa berbaring malas itu tanpa disangka berubah kembali semangat. Terbangun dengan kecepatan yang mirip laju cahaya. Lagi pula siapa juga yang tidak  tergoyah kalau sudah diiming-imingi hadiah?

Yang bener aja? Rugi dong!

Kemudian Arum beranjak dari kasur dengan tatapan sigap menghadap kearah wajah Kakaknya.

"Apa?" Matanya berbinar, harapannya terlanjur terlambung tinggi dengan hadiah yang lagi diumpankan.

Yusoo mengulurkan sebucket bunga tulip putih sebagai hadiah. Konon katanya bunga ini memiliki simbol ketulusan cinta amat mendalam serta kesucian.

Ruangan itu bagai di taburi kelopak bunga tulip, seakan disuguhi wanginya suasana Belanda yang jauh disana. Baunya harum menenangkan, sedap di relung dan menghasilkan semerbak hawa sejuk yang tenang lewat aspek mana saja.

"Selamat ulang tahun Adik kecil, nih gua beliin bunga kesukaan lu. Baunya harum sama kayak nama lu."

"Gua apresiasi usahamu, tapi hadiah utamanya mana?"

"Hahahahaha," tawa kencang terdengar "Ngarep!"

Seketika Arum Memicingkan mata, ingin sekali mencabik-cabik tubuh Si kakak yang malah meledeknya!

Kakak laknat, gitu gemasnya.

Ceklek

Tapi belum sempat mengeplak-ngeplak tubuh Si kakak, suara pintu dibuka lebih dulu mengalihkan atensi siapa saja.

Ayahnya masuk dari pintu kamar membawa sebuah kue yang lilinnya nyala bertuliskan angka 17 tahun. Selain itu beliau juga terlihat menenteng tas di lekukan tangannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Business Connection Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang