{2}

807 35 1
                                    

Setelah pulang dari mal, suasana menjadi hening. Mona terus diam selama perjalanan. Mungkin dia masih memikirkan hal tadi. Nayra khawatir.

"Mon"

"Gua tau lu butuh waktu jadi gua akan biarinin lu sendiri dulu... kalo lu mau sharing, lu bisa chat gua atau ke yang lain. Oke?"

Mona mengangguk pelan.

"Alright. See you tomorrow. Bye!"

Nayra pergi bersama jemputannya.

Mona membuka pintu rumah. Lampu dalam mati semua, berarti belum ada yang pulang.

Di rumah, Mona tinggal bersama tantenya, Bella. Bella adalah adik dari almarhum Ibunya. Sebelumnya, Mona hidup bersama sang Ibu selama 12 tahun hingga Ibunya meninggal karena kecelakaan dan pindah ke rumah Bella.

Dia tidak memiliki sosok Ayah. Bahkan dia tidak pernah mengetahui siapa ayahnya. Jika ada yang bertanya siapa ayahnya? Dia akan mengatakan dia yatim, tambah piatu.

Bella sangat menyayangi Mona. Umur mereka berjarak 10 tahun, tapi dia sudah menganggap Mona seperti adiknya sendiri. Dan juga Bella adalah orang pertama yang mengetahui hubungan Mona dan Arzhel sejak awal mereka PDKT.

Sebelumnya mereka baik-baik saja, sampai ada orang yang tidak menyukai hubungan mereka dan mulai meneror Mona dengan berbagai hal dari surat ancaman, dihadang saat jalan pulang, dan dia selalu merasa akan ada yang mendorong kapan saja disaat dia sendiri, makanya dulu dia selalu meminta pulang bersama temannya. Semua hal itu dilakukan agar ia putus dengan Ajel.

Ketika tahu permasalahan ini, Bella lah yang pertama mengajukan pindah rumah dan juga meminta untuk mengakhiri hubungan mereka. Bella tahu Mona sudah terlanjur sayang, tapi dia tidak mau Mona tersakiti lagi karena masalah ini.

Mona membanting tubuhnya ke atas kasur. Hari ini terjadi hal yang tak terduga. Dia menatap langit-langit kamarnya yang gelap lalu memejamkan mata. Dia sangat lelah.

Sekilas dalam kepalanya tertampang wajah seseorang sudah lama dia lupakan. Dia ingat ekspresi laki-laki itu. Dia terlihat seperti marah, tapi bingung dan khawatir.

"Ga ada yang berubah ya..."





Nayra bergegas pergi ke kantin setelah bel pulang. Dia berdiri didepan kantin, menarik nafasnya perlahan karena dia habis lari. Hanya ada beberapa orang saja yang ada di kantin. Mona masih duduk disana. Sepertinya dia baik-baik saja, dari luar.

Nayra berjalan dengan tenang dan duduk disamping Mona. "Ekhem. Jadi—"

Mona masih diam.

"Gimana rencana lu sekarang?"

Perlu waktu hingga Mona menjawab, "gatau"

Nayra berdehem kecil tapi kemudian dia kembali berpikir, "dari kelakuan dia kemaren, kayaknya bener dia masih nyari lu"

"Udah mau setahun, Nay. Masa masih nyari gua juga"

"Udah obsesif kayaknya", cetus Nayra.

Mona terkekeh meledek, "apa juga yang diobsesiin dari gua. Banyak cewe yang ngantri depan mata, seenggaknya ada satu atau dua yang nyantol. Siapa itu yang dulu? Shela—sela—sila apalah itu, dia katanya yang paling deket."

"Mon"

"Ga cuma dia kok, banyak cewe yang gua kenal dan ngasih tau kalo mereka lagi deket sama dia. Setelah gua kasih mereka kesempatan, seharusnya salah satu dari mereka ada yang nyantol kan?"

"Lu berharep apa sama orang kayak Ajel..."

"Tinggal pelarian aja, siapa tau ada beneran yang cocok"

"Tapi lu masih sayang kan?"

"Ngga!"

"Kalo gitu, kenapa nomornya ga langsung diapus, IG ga diunfol tapi malah blokir doang? Name kontak masih sama lagi".

"..." Mona membuang muka.

"Ga usah banyak alesan buat denial. Gua tau"

"Lu liat sendiri gimana gua dulu, Nay. Hidup gua ga tenang sama dia..." Mona menjeda, "gua ga mau jatuh untuk kedua kalinya"

Sangat susah untuk membuat Mona jujur setelah masalah itu. Saat Mona mengatakan dia sudah putus, dia tak hentinya menangis. Nayra langsung tahu, Mona sangat menyayangi Ajel. Dia hanya tidak ingin Mona memendam perasaannya karena itu lama-lama akan sesak dan menjadi sakit.

"Bajingan..." Umpat Nayra, "gue hubungin Runa." Lanjutnya.

"Runa? Buat apa?"

"Dia doang dari cirkelan kita yang di Alba"

Mona mengangkat sebelah alisnya.

"Sebagai mata-mata kita lihat laporannya"

R. Anjeng
Today

Woy laporan masuk|

|Ha
|Oh
|Lapor pak
|Suspect mengejar

————————————————————————
"Bahasa lu kenapa njir", cetus Mona setelah membaca chat. "Diem aja"
————————————————————————

|Gua dh bilang kalo kita semua pada lost kontak. Tp dia ga percaya kayaknya, terus nanya lagi, dimana sekolahnya? Gua jawab gatau tp kekeh nanya itu lagi emg bgst. 'Mona sm nayra kemaren, masih kontakan kan lu sama dia' gua jawab aja gua ganti hp dan kontak lu pada ilang, sebelum dia nanya lagi gua gas lagi sosmed nonaktif semua tp itu ril bukti nyata kita semua ganti akun. Dan abis itu dia pergi
|Kayaknya dia cape nanyain gua gabakal ketemu jawaban wkwkwk

Oke bagus|
Kabarin klo ada info baru|

|Siap

Nayra meletakkan ponselnya. "Kemungkinan dia tau sekolah kita... sebentar lagi"

Mona menutup wajahnya, "gua ga mau balik lagi"

Nayra merasa sedih jika melihat sahabatnya seperti ini. "I know, Mon. I know. Gua juga ga bakal bikin kejadian dulu terulang lagi. Udah cukup gua menyesal sekali".

Tangan Nayra merangkul tubuh Mona, seakan menyalurkan energi tak kasat mata agar Mona bisa tenang.



3 hari ini Mona menjadi was was keluar karena takut tiba-tiba 'mantan'nya itu sudah berada di depannya. Udah kayak setan, tapi Mona siap siaga jika hal itu terjadi karena mengetahui kebiasaan laki-laki itu yang selalu cepat mengetahui lokasinya dimana pun dia berada.

Sebelum mereka putus, Mona selalu berpikir apa badannya dipasang pelacak atau penyadap dibarang-barangnya.

Sore ini, Mona berencana pergi ke minimarket karena persediaan kulkas tinggal sedikit. Tante Bella juga sudah memberikannya uang belanja. Jarak rumah ke minimarket tidak begitu jauh, biasanya juga dia jalan kaki.

Tapi kali ini dia lebih menutup diri. Memakai hoodie, celana training, masker, dan kacamatanya jangan lupa.

Mona bernafas lega setelah sampai di minimarket. Selama di jalan tadi dia selalu melirik ke samping, jika ada pengendara atau orang yang lewat, kakinya akan melangkah lebih cepat.

Keranjangnya sudah hampir penuh, tapi Mona masih sibuk memilih bumbu dapur.

Dari jauh terdengar suara pintu terbuka, menandakan orang masuk. Mona tidak mengubris. Hingga berkali-kali suara itu terdengar dan di dalam minimarket kian meramai. Dan Mona masih belum sadar akan hal itu.

"Saos, kecap, lada... kayaknya udah semua".

Selesai mengecek semua kebutuhannya ada, dia mengangkat keranjangnya dan menuju kasir.

Tapi belum melangkah satu kaki, tubuh Mona mematung ditempat setelah melihat segerombolan laki-laki didepan.

Untungnya dia mengenakan masker, jika tidak wajah terkejutnya yang tidak bisa ditutupi terlihat. Mona bertanya-tanya dalam hati, sejak kapan mereka ada disana?

"Kayak ga asing..." Dia memeriksa dari tempatnya berdiri.

Oh benar saja. Mona mengenal tanda jaket yang dikenakan salah satu dari laki-laki disana.

Fak. Ryogen sialan.


>>>

My Obsessive ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang