{3}

727 43 3
                                    

Telapak tangan Mona mulai berkeringat hingga membuat tangannya dingin. Dia ingin segera keluar dari sini. Ia melangkahkan satu persatu kakinya hingga akhirnya sampai di depan kasir. Tapi ada satu laki-laki yang menyelaknya.

"Wes, cewe dulu bro. Nyelak bae lu!" Ucap salah satu laki-laki mencegah temannya yang menyelak.

"Eh sorry sorry. Silahkan duluan, mba". Orang yang menyelak Mona itu memberi jalan agar dia bisa lewat.

"Makasih..." Mona bersuara sangat pelan.

"Bawa kantong belanjanya mba?" Ucap penjaga kasir itu. Tanpa berbicara apa-apa, Mona langsung memberikan totebag yang dia simpan didalam hoodie-nya.

Mona ingin sekali membantu penjaga kasir itu karena gerakannya sangat lama, sedangkan dia sangat amat terburu-buru untuk pergi. Rahangnya sudah mengeras, geregetan melihat penjaga kasir itu. Dan akhirnya barang terakhir masuk, Mona segera memberikan uang kepada penjaga kasir setelah melihat nominalnya.

Mona membawa belanjaannya dan berjalan mengarah pintu. Hampir saja dia bertabrakan dengan orang yang baru masuk. Tapi lebih mengejutkannya lagi, orang yang baru masuk itu, Mona mengenalnya. Ia adalah Haekal, sahabat Arzhel.

Ketika keluar, Mona melihat banyak sekali motor yang terparkir didepan minimarket. Dia tahu tanda itu, dan makin jelas lagi dengan keberadaan Haekal yang bisa disebut kapten divisi dalam geng mereka.

Ryogen hanya lah perkumpulan anak muda. Arzhel merupakan salah satu pencetusnya. Tapi semakin lama, anggota mereka semakin banyak. Tujuan mereka baik, bukan untuk tawuran tapi mencegah kejahatan. Sangat mulia bukan tugas mereka.

Tapi! Kembali lagi. Jika digunakan hanya untuk mencarinya, itu sangat keterlaluan.





Sampai dirumah, Mona langsung menghubungi Nayra dan tentu gadis itu membalas dengan reaksi yang histeris.

"Bangsat!"

Mona menghela nafas mendengar umpatan Nayara.

"Bisa-bisanya dia keluarin curut-curutnya buat ini doang! Berlebihan banget ih!"

"Lu udah ketemu mereka?"

"Belum...tapi menurut gua mereka udah tau posisi gua."

"Maaf ya, Nay. Lu jadi ikutan ketarik."

"Huft...ibarat lu minum racun gua juga harus minum racun...gua ga akan ninggalin lu sendiri, Mon. Kita bakal cari jalan keluarnya, entah sesusah apapun itu masalahnya."

"Makasih, Nay. Gua sayang banget sama lo."

"Dih sayang lo sama gue?"

"Serius, monyet. Lu selalu salah menafsirkan kasih sayang gue ke lu."

"Tiap hari keknya gua dikasarin mulu."

"Haha...salah sendiri. Lu itu bikin orang kesel."

"Gua ini anak baik-baik loh! Wajah gua aja lemah lembut."

"Tai lu lemah lembut."

"Ga sopan anda."

Nayra akan selalu menemani Mona. Itu janji yang ia pahat dalam hati. Dan Mona sangat bersyukur akan kehadiran Nayara sebagai sahabat, saudara dan keluarga untuknya.






Mona baru saja selesai melakukan kerja kelompok bersama teman sekelasnya.

"Mona, pulang naik apa?" Tanya salah teman perempuan yang sudah naik motor.

"Naik goj*k."

"Ohh gua tungguin dah. Nanti diculik lagi lu."

My Obsessive ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang