{5}

606 39 4
                                    

Disaat Arzhel dan Mona kejar-kejaran. Lagi. Teman-teman mereka dibelakang hanya diam ditempat karena sudah lelah. Lelah dengan masalah mereka yang tidak ada usainya.

"Kalian udah lama disini?" Tanya Jema kepada para laki-laki.

"Belum lama," Regi menjawab dan melanjutkan, "kita tadi lagi jalan ke atas tiba-tiba si Ajel turun kebawah...ya kita ngikutin tapi makin lama jalannya makin cepet dan akhirnya malah lari"

"Ngeri banget temen lo", celetuk Nayra.

"Sumpah tadi gua hampir mau kabur juga kalo engga ngeh itu dia", Rae jadi mengerti kenapa Mona selalu kabur jika melihat Arzhel.

Semenakutkan itu dikejar manusia—khususnya Arzhel.

"Ga lu doang, kita juga takut sama dia. Apalagi kalo lagi badmood, dahla kelar hidup lo", pernyataan Dapi disetujui teman-temannya.

Diantara mereka, tidak ada yang bisa mengalahkan Arzhel. Walau mereka seumuran, tapi mereka tahu Arzhel berbeda dari yang lain dan itu membuatnya lebih unggul dari mereka. Tapi Arzhel tidak pernah menganggap dirinya seperti itu. Dia ingin teman-temannya juga merasa bahwa dia sama dengan mereka. Dia tidak ingin ada batasan yang membuatnya tidak bisa berbaur dengan yang lain. Terutama kepada orang-orang terdekatnya.

"Haa...kapan si ini bakal selesai?", rajuk Rae.

"Selama ga ada yang ngalah, ini bakal terus berlanjut", jawab Haekal.

Semua terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing sampai Dapin membuka suara.

"...gue boleh nanya sesuatu ga?"

"Nanya apa?" Sahut Nayra.

"Gua tau ini agak sensitif, tapi gua gabisa nahan buat penasaran tentang kejadian 'itu'. Apa Mona cerita ke kalian?" Ujar Dapi.

"Ah iya bener. Gua—sebenernya kita semua, mau tahu tentang kejadian waktu itu. Kita mau tahu dari perspektif Mona. Kita juga ga mau dibilang pandang sebelah mata tanpa bukti nyata. Kita berniat buat membantu, ga ada maksud lain", jelas Regi dengan jujur.

Para gadis menatap satu sama lain. Terlihat ada keraguan di mata mereka.

"Lo serius?" Tanya Jema.

"Terserah kalian mau percaya atau engga, tapi yang dibilang Regi itu bener. Kalian bisa pegang omongan gua", tegas Haekal.

Nayra menghela nafas berat, "oke, gua ceritain".






Nafasnya terengah-engah karena terus mengayuh sepeda tanpa henti. Mona tidak tahu sudah sejauh mana dia sekarang. Rasa takut kembali menguasai pikirannya. Yang terpikirkan olehnya hanya kabur. Apa semenakutkan itu dikejar seseorang? Yang kita bicarakan adalah Arzhel. Bagi Mona, Arzhel seperti binatang buas. Mungkin lebih buruk dari itu. Jika tidak bisa melawannya, maka mundurlah. Lebih baik kabur daripada harus berhadapan dengannya.

Dipertigaan jalan, Mona berhenti. Sialnya tidak ada tanda yang menunjukan kedua jalan ini akan mengarah kemana. Sebelumnya Jema sudah menunjukan tata letaknya, tapi dia lupa.

Sekarang dia diambang dilema. Sekali-kali dia melihat ke kanan lalu ke kiri lalu kembali ke kanan. Jalan mana yang akan dia pilih?

"Ah bodoamat deh!"

Mona hanya mengikuti jalan saja. Ternyata jalan ini habis sampai ke sungai. Ada jembatan disana tapi ditutup karena masih dalam renovasi. Mona langsung mengumpat dalam hati. Kemana dia akan pergi sekarang?

"Mona! Tunggu—"

Setelah Arzhel memanggilnya, gadis itu reflek turun dari sepeda. Dia asal menjatuhkan sepeda tersebut dan lari.

"Hey hey hey! Please wait—jangan lari. Oh my God".

Arzhel pun turut menjatuhkan sepedanya dan menyusul Mona.

Baru kali ini Mona kuat lari. Biasanya saat pelajaran olahraga dia paling malas lari. Apalagi keliling lapangan. Tapi kali ini adalah pengecualian. Dia sangat cepat bahkan Arzhel yang lebih atletis pun kewalahan mengejarnya.

Entahlah Arzhel merasa bersemangat walau hanya main kejar-kejaran dengan Mona.  Sedangkan Mona yang berada didepan ketakutan setengah mati. Takut dirinya akan tertangkap. Ingin sekali dia bersembunyi dibelakang Bella dan menjadikannya tameng. Tiba-tiba dia jadi kangen Bella.

Saat berlari, kaki Arzhel tersandung dan hampir terjatuh jika saja dia tidak berpegangan dengan pohon. Dia pun berhenti. Tapi anehnya Mona ikut berhenti dan menoleh kebelakang.

Selang beberapa detik mereka saling melihat, kemudian lanjut lari lagi.

Apa itu? Arzhel bertanya-tanya dalam hati. Jika memang berniat lari, kenapa dia berhenti disaat dirinya tersandung?

Apa...dia khawatir?

Memikirkannya saja sudah membuat laki-laki itu tersenyum senang. Dia semakin bersemangat lari. Arzhel menambahkan kecepatannya dan berhasil menyusul ke belakang Mona.

Mona yang merasakan posisi Arzhel yang semakin dekat dengan dirinya mulai panik dan histeris. Satu jengkal lagi tangan Arzhel akan meraih Mona.

Dan...

Mona pun tertangkap.

"Lepasin!"

"Mona, tenang sebentar nanti kamu jatoh"

"Lepas!"

Arzhel tidak tahu lagi dia harus apa agar Mona bisa tenang. Dia pun mendorong tubuh Mona ke pohon tapi tidak terlalu kuat karena dia tidak mau Mona terluka. Arzhel memposisikan tubuhnya didepan Mona.

"Look at me"

Mona berhenti memberontak setelah melihat ke mata itu. Rasanya dia ingin menangis. Menangis karena rindu akan mata itu yang selalu menatapnya dengan hangat dan lembut.

Tapi sekilas dia kembali mengingat memori itu.

"Kenapa lu harus balik lagi ke gua?..."

"Mona. Selama setahun ini aku bener-bener menyesal. Kenapa waktu itu aku biarkan kamu sendiri, kenapa dari dulu aku ga lebih perhatiin kamu, kenapa ga secepatnya aku nyingkirin para jalang itu. Let me fix this. Okay? I will take the responsibility. No matter the cost"

"Lu lupa atau emang amnesia? Gua udah ga ada hubungan apa-apa sama lo!"

"Mau kamu bilang berapa kali nyatanya perasaan aku masih nyangkut sama kamu"

"Damn, Arzhel"

Mona menundukan kepala dan menutup mata. Dia tidak mengerti mengapa laki-laki didepannya ini menjadi lebih keras kepala daripada yang dulu.

"Listen. I don't care if you hate me. Hate me as much you want, but one thing, just don't run away from me"

Langit berubah menjadi gelap menandakan akan segera turun hujan. Arzhel segera menyadarinya dari suhu yang mulai dingin.

"Ayo balik".


>>>

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 18 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Obsessive ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang