6. The Light in DayLight

537 52 7
                                    

☕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


[20 November 2023]

SEPTEMBER, Oktober, November juga Desember adalah bulan di mana kota tempat Sunoo tinggal sudah memasuki musim hujan dengan intensitas tinggi.

Langit cenderung kelabu walau matahari yang mengintip di balik awan bersikeras untuk menyebarkan cahayanya. Bahkan, saat malam tiba awan gelap ikut menyembunyikan bulan dan bintang-bintang.

Sedikit banyak Sunoo merasa senang dengan kehadiran musim ini. Sebenarnya, Sunoo mudah kedinginan karena ia sensitif terhadap suhu dingin. Tetapi ia lebih benci berkeringat. Bagi Sunoo musim panas itu sangat menyebalkan terlebih ketika musim panas kemarin menjadi musim terpanas dengan suhu tinggi yang melebihi tahun-tahun sebelumnya. Bahkan sepanjang musim panas kemarin, Sunoo harus membawa baju cadangan saat bekerja karena ia terus berkeringat. Kini, penderitaan Sunoo sudah berakhir. Pemuda itu hanya perlu membawa payung atau jas hujan kesayangannya jika harus keluar rumah.

Hujan juga turun hari ini, tidak deras namun cukup membuat siapa saja basah kuyup jika bepergian tanpa payung. Sunoo yang akan berangkat kerja memastikan semua barang bawaannya tidak ada yang tertinggal. Ponsel, dompet, parfum, charger dan lain-lain. Pemuda tersebut keluar dari kamarnya dan melangkah menuju pintu depan.

"Won, aku gak sempat beli tisu toilet kemarin. Kamu yang pergi beli, yah," ucap Sunoo pada Jungwon–sang roommate–yang sibuk menyuap sereal sambil menonton televisi dengan tubuh yang tertutup selimut tebal. Sunoo hanya bisa menggeleng pelan melihat kelakuan Jungwon. Waktu menunjukkan pukul 4 sore dan pemuda yang baru bangun tidur itu justru makan sereal. "Makan yang bener, Won. Masa sore-sore makan sereal?"

"Iya, aku 'kan lagi sarapan, Noo. Kalo baru bangun tidur 'kan namanya sarapan," jawab Jungwon acuh.

"Ya, suka-suka kamu lah. Tolongin yang tadi ya, uangnya aku taruh di atas meja di kamarku. Masuk aja."

"Siap, bos."

Sunoo memakai sandal jepit kesayangannya yang berwarna kuning karena tak ingin sepatunya basah, memakai masker, lalu keluar dari apartemen studionya, "Aku berangkat, Won. Hati-hati di rumah."

"Hati-hati, Noo!"

Sunoo melangkahkan kakinya dengan santai menuju kafe tempat ia bekerja sebagai Barista. Tangannya terulur untuk menampung rintik-rintik gerimis yang turun. Pemuda itu memilih menggunakan jas hujan yang juga berwarna kuning untuk melindunginya dari hujan.

Sunoo atau nama lengkapnya Kim Seonwoo adalah seorang pemuda berusia 26 tahun yang memiliki kepribadian ceria dan bebas. Sunoo adalah anak rantau yang mencari peruntungan di ibu kota. Berbekal niat dan tekad yang bulat, Sunoo meninggalkan kota asalnya.

Sejak kecil Sunoo terkenal dengan senyum manisnya yang menggemaskan. Senyum manis yang dimilikinya selalu berhasil membuat orang-orang yang melihatnya ikut tersenyum. Ditambah dengan pembawaannya yang ramah dan ringan tangan dalam membantu orang lain, Sunoo selalu berhasil mengambil hati siapa saja. Sunoo senang sekali berteman dan mengenal orang baru. Sunoo justru merasa bahagia saat ia bisa mendapatkan teman baru walaupun orang itu hanya seorang pelanggan di kafe. Sunoo tertarik mendengarkan cerita dari orang lain dan ia pun suka bercerita pada orang lain. Kemampuan sosialisasinya yang baik itu pula yang membuat Sunoo bertahan di kafe tempatnya bekerja selama 6 tahun ini. Kalau kata Wonwoo dan Soonyoung, sepasang suami pemilik kafe tersebut, Sunoo adalah keberuntungan dan pembawa rezeki untuk usahanya. Sunoo yang ramah, Sunoo yang supel juga hangat menjadi daya tarik bagi orang-orang untuk datang ke kafe tersebut lagi dan lagi. 

CAFE WRITERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang