7. Chocolova

405 36 7
                                    

☕

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"KAK Noo. Please ... kali ini aja. Pulang sama gua, ya? Gua gak gigit, sumpah!"

Yang Jungwon memberi tatapan memohon pada sosok yang berdiri sambil membawa nampan di hadapannya. Kini ia sedang berada di cafe milik pamannya, Yang Jeongin, Glacè. Cafe bernuansa manis dan sejuk yang di dominasi oleh paduan cokelat dan hitam, serta hijau yang didapat dari tanaman yang tersebar di tiap sisinya.

Sudah merupakan rutinitas sehari-harinya untuk mampir ke cafe ini. Mungkin bisa tiga sampai empat kali seminggu tiap sore atau malam hari. Tentu saja bukan hanya sekadar memuaskan kebutuhan glukosa dalam tubuhnya, namun guna mendapatkan hal manis lain yang lebih candu daripada gula mana pun. Iya. Sosok di hadapannya ini yang ia maksud.

"Maaf banget, Won. Beneran gak bisaa. Kakakku jemput hari ini," tolak sosok itu dengan senyuman tipis menawannya.

Jungwon menghela napas. Mengempaskan punggungnya pada sandaran kursi. Penolakan yang kesekian kalinya ia dapatkan dari seorang lelaki dengan paras bak rubah yang melenggang kembali ke bilik konter, untuk melayani pengunjung lain setelah menaruh sepotong choco cake with vanilla ice cream miliknya ke atas meja. Mata kucingnya memancarkan kekecewaan tanpa mengalihkan pandangannya pada sosok berapron cokelat tersebut.

Oh, tentu saja Yang Jungwon tahu jika kakak tingkatnya itu hanya beralasan untuk menolak ajakannya. Sepengetahuannya, lelaki itu hanya tinggal dengan mamanya. Terima kasih pada Om-nya yang notebene merupakan pemilik cafe, hingga memudahkannya untuk mendapat informasi tentang Kim Sunoo—lelaki yang membuatnya tak pernah berpaling sejak pertama kali melihatnya di penerimaan mahasiswa baru tahun lalu.

Tepatnya Yang Jungwon jatuh cinta pada pandangan pertama kepada pemilik senyum manis secerah mentari dengan pipi tembam nan menggemaskan, Kim Sunoo.

"Nyerah aja, dah. Dia gak akan pernah mau dianter pulang sama lu, Won. Apalagi sampai diajak jadian." Jungwon mengalihkan atensinya pada sosok yang mendudukkan diri di sampingnya tanpa permisi. Ia mendelik kesal mendengar tawa meledek dari pria yang memiliki lesung pipi serupa dengannya. "Lu tuh harusnya dukung gua buat dapetin Sunoo lah, Om! Lu gak lihat apa perjuangan gua buat deketin doi? It's been a year!"

Jungwon menarik napasnya dalam-dalam sebelum melanjutkan keluhannya. "Coba lu liat gua. Gua kurang apa coba? Ganteng, jelas. Pinter? Jangan ditanya. Duit? Gua bisa beli apa aja yang dia mau. Apa lagi alasan yang buat dia nolak cowok keren macem gua gini?"

Yang Jeongin kembali meledakkan tawanya, tangannya menepuk-nepuk pundak sang ponakan yang usianya terpaut tiga tahun darinya itu. "Lu terlalu agresif kali, macem kucing oren. Jadinya dia takut, dah." Jungwon memicingkan matanya tanda tak terima dengan jawaban Jeongin.

"Lagian setahu gua, dia terlalu sibuk buat ngurusin masalah percintaan. Dia juga gak suka tipe bocil yang macem lu gini. Tapi coba kalau lu tunjukin sisi dewasa lu, mungkin dia bakal tertarik. Just try it!"

CAFE WRITERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang