8. 🍇🔞

159 21 3
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)!
.
.
.
.
.
.

Daffa sekarang lebih sering bersama Marco karena sekarang Marco udah kaya itik yang doyan buntuttin emaknya, Dimana dan kapanpun Daffa berada, pasti ada Marco yang selalu mantau Daffa diem-diem, ya ga diem-diem juga si, tapi yang jelas selalu ngikutin Daffa sampe Daffa frustasi.

Hingga suatu hari, Daffa merasa muak, Ia sedang berjalan menuju kantornya dengan buku dan tempat pensil di tangannya. Saat Daffa terus berjalan ia tiba-tiba berhenti di tengah jalan yang membuat Marco kebingungan. Marco menatap ke arah pria cantik di depannya, saat ia hendak berbicara tiba-tiba Daffa berbalik untuk menghadap ke arah Marco, dengan penuh kekesalan dan frustasi, Daffa berbicara.

"Marco Evandro! berhenti mengikuti saya terus!"

"Kenapa, hm?? ga suka kalau saya ngikutin kamu? atau malu di liat orang lain?"

"Apa maksudmu??? Berhentilah mengikuti saya, ini tidak lucu, Marco. kau membuat orang-orang salah paham."

Bukannya kesal atau sakit hati, Marco justru tertawa terbahak-bahak hingga membuat gendang telinga Daffa ingin pecah. Tanpa perlu aba-aba, tiba-tiba Daffa mengeluarkan penggaris plastik yang ia pegang, dan tak ragu-ragu di gunakan untuk memukul lengan Marco. Pukulannya tak terlalu keras sehingga tak menyakiti Marco, namun marco tetap terkejut.

"Bangsat! aduh, kenapa lo mukul gue?!"

"Ya itu salah kamu karena mengikuti saya dan mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal."

"Cuma itu?? salah ya kalo gue ngikutin guru gue yang montok ini, hm?"

"Jaga bicara kamu, Marco!"

"What if I don't want to??"

Daffa mengepalkan tangannya, ia merasa terhina dan malu. Saat Daffa hendak menjawab, tiba-tiba Marco mengangkatnya ala karung beras di pundaknya dengan mudah dan membawa Daffa ke gudang sekolah yang dimana memang berada di ujung sekolahan sehingga jarang di kunjungi dan sepi.

Marco menutup pintu di belakangnya dan menahannya dengan meja sebelum ia membaringkan Daffa di matras yang penuh debu disana.

"Lo ga tau betapa horny nya gue saat ini... muka lo yang marah itu bikin kontol gue ngaceng."

Ucapan Marco membuat Daffa terkejut dan marah, namun ia juga malu. Bagaimana bisa muridnya terangsang hanya karena melihat wajahnya? apa dia gila? wajah Daffa memerah saat Marco tiba-tiba melepaskan kancing kemeja Daffa dengan rasa tak sabar dan nafsu yang sudah tak bisa di tahan lagi. Daffa bisa merasakan nafas Marco yang panas dan terengah-engah, detak jantungnya yang berdetak lebih cepat.

Saat Daffa benar-benar telanjang bulat disana, Daffa segera memalingkan wajahnya, ia sangat malu... tapi ia tau bahwa tak ada gunanya melawan Marco yang tubuhnya yang tinggi darinya. Setelah menelanjangi Daffa, Marco segera melepaskan resleting celananya dan menunjukkan penis nya yang sudah tegang dan berdiri paripurna. Melihat Daffa yang memalingkan wajah nya, Marco segera meraih dagunya, memaksa Daffa untuk menatapnya. Mata marco memandangi tubuh cantik Daffa di bawahnya dan bagaimana penis Daffa berdiri tegak.

"Jangan menatap saya seperti itu, Marco."

"Lo ngaceng di depan gue seolah lo minta di ewe sama gue..."

Bisik Marco dengan nada menggoda, suaranya yang berat dan serak karena nafsu membuat tulang punggung Daffa merinding. Tanpa peringatan apapun, bahkan tanpa melakukan pemanasan atau melebarkan hole Daffa terlebih dahulu, Marco tiba-tiba memaksakan penis nya masuk ke dalam hole sempit itu yang membuat Daffa terkejut dan menggerang kesakitan.

Guru BK [ BxB | On going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang