Idiot

169 24 1
                                    


Cuaca di luar hampir reda, tapi rintik hujan masih berjatuhan. Sampai akhirnya hujan benar-benar reda, Ranpo dan Y/N pun berkeliling kota. Pria itu lupa untuk membeli permen dan makanan lainnya, sementara Y/N menikmati sore dan tanah basah setelah hujan.

"Kau ini bodoh sekali, ya?" tanya Ranpo sambil menarik tangan Y/N.

Y/N hanya menundukkan pandangannya, sambil mengamati jalan trotoar yang basah.

"Ya, begitulah. Kau boleh memakiku, tidak ada yang tersisa dalam diriku" jawab Y/N sambil tersenyum pasrah.

Ranpo berhenti di tengah jalan, ia menghadap Y/N lalu mengamati gadis itu secara seksama.

"Pasti ada alasan kenapa kau di usir, katakan sesuatu padaku!" pinta Ranpo.

Y/N hanya diam.

"Aku tidak tahu" singkat Y/N.

"Hah?".

"Aku tidak tahu!" seru Y/N menggelengkan kepalanya "Bahkan aku tidak yakin namaku adalah namaku".

"Apa itu bukan namamu?" tanya Ranpo lagi.

"Aku tidak yakin, aku tidak tahu" jawab Y/N.

Mereka terdiam sejenak, dan saling menciptakan keheningan. Lalu Ranpo memecahkan keheningan tersebut.

"Kalau begitu temani aku beli permen!" ajak Ranpo dengan gembira.

"Permen?".

Sekali lagi Y/N di tarik Ranpo pergi, mereka berlari di antara genangan air sisa hujan. Mereka berbelanja di salah satu toko permen, selain ramune, Ranpo juga membeli coklat dan permen kecil-kecilan. Setelah itu mereka duduk di salah satu bangku taman, hanya Ranpo dan memakan permen sementara Y/N menemaninya.

"Maaf jika aku pelit, aku sangat menyukai permen" ucap Ranpo.

"Tidak apa-apa, lagipula aku tidak suka permen" jawab Y/N dengan tidak enakkan.

"Lebih tepatnya, aku tidak tahu permen itu apa atau siapa" ucap hati Y/N sebenarnya.

"Benarkah?" tanya Ranpo.

Y/N menangguk, ia sangat kehilangan penggambaran untuk keadaan seperti ini. Lalu dengan paksa Ranpo memasukkan permen yang baru di buka ke mulut Y/N, gadis itu lantas terkejut.

"Cobalah! Setelah ini kau akan mengatakan jika permen itu manis" ucap Ranpo memaksa lalu ia sibuk dengan permennya sendiri.

"Ini manis, pantas kau menyukainya" ucap Y/N.

Mau tidak mau Y/N hanya memakan permen pemberian Ranpo, keduanya menghabiskan permen masing-masing. Sampai menyisakan batang permen yang bersih.

"Y/N-san, kau ini bodoh sekali ya?" tanya Ranpo.

"Mungkin kau benar, aku seperti bayi baru lahir tadi sore" jawab Y/N.

"Sudah berapa lama sejak kau di usir?" tanya Ranpo menoleh ke Y/N.

"Seminggu yang lalu kurasa, aku hanya duduk di kursi itu saat sudah tidak ada yang peduli" jawab Y/N.

"Dalam waktu yang lama? Tanpa tidur atau makan?" tanya Ranpo lagi.

Y/N mengangguk.

"Aku hanya minum air hujan, dan terjaga tanpa rasa kantuk" lanjut Y/N.

"Aneh".

"Kau benar, aku mayat yang tidak di bakar. Kenapa tidak ada yang menyadari jika aku mayat, ya?" tanya Y/N, ia berbicara seolah dirinya benar.

"Aku juga tidak tahu" ucap Ranpo "Dan luka di lenganmu?".

"Aku mendapatkannya sebelum aku di usir, orang-orang mengerikan itu melukaiku tanpa maksud" jawab Y/N sambil mengingat.

"Kau lemah" maki Ranpo.

"Aku memang lemah" jawab Y/N sambil tersenyum kaku.

Ranpo terpana pada senyuman Y/N, meski menceritakan kisah yang kelam. Ia tetap tersenyum seolah tidak ada yang perlu di khawatirkan, baginya gadis itu sangat kuat.

"Ranpo-kun? Ternyata benar itu kau!".

Ranpo dan Y/N menengok ke asal suara, seorang pria tinggi menghampiri mereka berdua.

"Oh, Poe-kun? Kau sedang apa?" tanya Ranpo kepada pria itu.

"Hanya jalan-jalan, aku kehabisan tinta untuk menulis" jawab Poe, lalu ia mengalihkan pandangannya ke arah Y/N "Siapa gadis ini?".

"Dia Y/N, asisten ku" jawab Ranpo.

"Asisten? Kupikir kau bisa memecahkan kasus sendirian" ucap Poe mengira.

"Bukan! Bukam asisten yang seperti itu, tapi yang selalu membantuku setiap saat, dan imbalannya aku sendirilah yang merawatnya" jelas maksud Ranpo.

"Seperti hewan peliharaan?" tanya Poe.

"Iya, seperti Karl mu. Tapi milikku seorang manusia" jawab Ranpo dengan bangga.

Poe pun memilih diam setelahnya.

"Omong-omong, salam kenal, Y/N" ucap Poe.

Y/N menangguk diam.

"Tunggu, kau tahu namaku?" tanya Poe penasaraan.

"Iya, dari Ranpo-san saat memanggilmu" jawab Y/N "Namamu Poe 'kan?".

"Wah, ingatanmu sangat kuat" puji Poe dengan kagum.

"Tapi dia bodoh" sela Ranpo.

"Kenapa kau bisa mengatakan itu?" tanya Poe.

"Karena dia lupa nama aslinya sendiri" jawab Ranpo.

Mereka pun saling diam, tidak ada yang berbicara lagi. Dan diam-diam Poe mengamati Y/N dengan seksama, tanpa di sadari gadis itu.

"Kalau begitu aku harus pulang" ucap Poe.

Pria tinggi itu pun pergi meninggalkan mereka berdua di bangku, sampai akhirnya sosoknya tak terlihat lagi.

"Dia orang yang aneh" ucap Y/N memberi kesan kepada Poe.

"Tidak ada bedanya denganmu 'kan?" timpal Ranpo sambil menumpang wajahnya pada telapak tangannya.

Tak lama, Y/N tertawa rendah. Ranpo menoleh untuk memperhatikan Y/N, sampai akhirnya gadis itu tertawa normal.

"Jangan tertawa, tidak ada yang lucu!" seru Ranpo.

Y/N mengabaikan titah Ranpo, ia malah tertawa semakin keras. Dari tawa Y/N, Ranpo mulai menyadari kemunculan emosi Y/N.

"Berisik!" seru Ranpo.

Ranpo dengan cepat menyuapkan permen kepada Y/N agar gadis itu berhenti tertawa.

"Apa kau sengaja tertawa kencang agar aku memberikanmu permen?" tanya Ranpo dengan nada kesal.

Y/N mulai diam, ia menarik permen dari mulutnya dan memegangnya.

"Tidak, bukan begitu. Aku tertawa tanpa sebab" jawab Y/N "Rasanya, seperti ada komedi di kepalaku".

Ranpo hanya mengamati sinar yang muncul dari Y/N saat gadis itu tertawa.

"Dia... Cantik juga" ucap Ranpo dalam hati.

"Ano... Ranpo-san" panggil Y/N.

"Ya?".

"Apa itu detektif?" tanya Y/N.

Ranpo hanya diam saat mendengar pertanyaan Y/N.

"Bodoh" sebenarnya itu kata yan ingin di lontarkan Ranpo, tapi justru terhenti di tenggorokkan.

"Suatu hari kau juga akan tahu" ucap Ranpo.

Y/N pun mengeluh, ia sangat kecewa dengan jawaban Ranpo.

"Ayo pulang!" ajak Ranpo sambil berdiri.

Lalu mereka pulang bersama menuju kantor agensi.









Date bab :
28 June 2023

Stup!d Love [ Ranpo × Readers × Poe ] ENDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang