"Kau mau putus?"
"Ya."
"Kenapa?"
"Aku sudah lelah."
Hinata terbangun keesokan harinya dengan sakit kepala yang luar biasa. Melirik jam yang berada di nakas, itu menunjukkan pukul tiga pagi, waktu dimana sudah pasti orang lain masih terlelap di alam mimpi.
Sejenak, perempuan itu terdiam, memejamkan mata sembari berharap bahwa sakit kepalanya yang terasa menusuk otak akan segera berhenti, yang sayangnya hanya harapan kosong tanpa hasil.
Sakit kepala itu semakin menjadi-jadi.
Ingatan tentang malam kemarin terngiang di pikiran Hinata seperti sebuah kaset rusak. Itu adalah saat dimana ia mabuk berat karena terlalu banyak meminum alkohol. Hinata ingat jelas bagaimana ia yang terlalu banyak meracau tentang betapa buruknya hidupnya harus bertemu dengan masa laluku yang belum usai, menari di lantai dansa seperti orang kesetanan bersama Ino, dan berakhir dengan Sai yang menarik mereka berdua kembali ke lantai dua.
Itu ingatan yang agak memalukan.
Tapi anehnya, mengapa ia mendadak berada di kamarnya sekarang?
Bahkan meski Hinata memaksa untuk mengingat apa yang terjadi setelah Sai menyeret mereka pergi kembali ke lantai dua, Hinata tidak menemukan apapun selain kenangan kosong yang hilang.
Artinya, ia benar-benar tidak ingat bagaimana ia bisa pulang dengan selamat tadi malam.
Merasa bahwa sakit kepalanya tidak akan hilang dengan hanya berdiam diri, Hinata memilih untuk turun dari ranjang, berniat pergi ke dapur untuk mengambil minum sebelum akhirnya, mata sewarna lavender miliknya menemukan sosok Sasuke yang kini tengah berkutat dengan laptopnya di ruang keluarga.
Awalnya, Hinata ingin melewatinya begitu saja, tapi sayangnya, putri sulung Hyuuga itu tertangkap lebih dulu.
Sasuke kini sedang menatapnya, dengan senyuman tipis di bibirnya, kacamata bulat bertengger di hidungnya yang mancung, wajahnya yang putih bersih tampak lelah, dan ada kantung mata hitam dibawah matanya seolah mengatakan bahwa lelaki itu belum tidur sejak tadi malam.
"Kau sudah bangun?" Tanyanya kepada Hinata yang dibalas dengan anggukan pelan. "Duduklah disini sebentar." Pintanya.
Awalnya, Hinata enggan bergerak. Namun, begitu Sasuke berdiri dan berjalan menuju ke arah dapur, perempuan itu mengikuti intruksinya karena sakit kepala yang menyerangnya mendadak bertambah menyakitkan.
Tidak butuh lama bagi Sasuke yang berada di dapur kembali ke ruang keluarga dengan segelas air lemon ditangannya.
"Minum itu, kepalamu pasti sakit,"ujarnya, sebelum kembali menyibukkan diri dengan laptop kerjanya.
Jemari Hinata meraih minuman yang dibuat Sasuke tanpa basa-basi, sesekali melirik ke arah dapur untuk sekadar melihat apakah ada hal berbahaya terjadi sejak Sasuke memutuskan untuk datang ke dapur beberapa saat yang lalu.
Kemudian, seolah tahu apa yang ada di pikiran perempuan di hadapannya, lelaki itu tertawa kecil sembari melihatnya.
"Aku tidak membakar dapur atau apapun. Jadi, jangan khawatir."Mendengarnya, Hinata kemudian mengangguk singkat, menghabiskan minuman itu dengan cepat hingga tandas. Seharusnya setelah ia meminum air lemon yang Sasuke buatkan untuknya, ia kembali ke kamar, bersiap untuk kembali tidur mengingat ini masih terlalu pagi untuk mulai beraktivitas. Namun, alih-alih bertindak demikian, perempuan itu kini malah berdiam diri duduk di sofa, sembari mencengkram gelas kosong ditangannya dengan perasaan gelisah.
Entah karena apa, ia tidak ingin bergerak untuk sementara waktu.
Rasanya, ada sesuatu yang perlu ia tanyakan,
KAMU SEDANG MEMBACA
Unperfect
FanficSejak Hinata dan Sasuke memilih untuk mengakhiri hubungan mereka yang lama-kelamaan seperti benang kusut, mereka berdua sudah berhenti untuk saling menghubungi satu sama lain. Satu Tahun Dua Tahun Tiga Tahun Empat Tahun Lima Tahun Waktu untuk mereka...