14 - This is The End..?

347 35 6
                                    

TW // Mention of Death, Lost of Hope

Happy reading!
.
.
.
.
"Hao-ssi.. Hari ini sudah acaranya, tolong.."

"Maaf-maaf, aku benar-benar tidak fokus, aku.. Maaf.." pada akhirnya ia menyerah. Sangat tidak profesional...

"Kita istirahat sebentar, kita akan mulai 10 menit lagi. Setelah itu, kita berangkat bersama ke Grand Venue." deklarasinya singkat sebelum meletakkan mic pada tempatnya.

Zhang Hao menatap lurus ke bawah, ke arah tangannya yang tengah memegangi biola kesayangan yang akan selalu ia banggakan.

Seumur hidup Zhang Hao memainkan biola untuk audience. Ini pertama kalinya ia kacau dalam memainkan sesuatu yang ia sudah mahiri bukan main.

"Hao.." panggil pria paruh baya itu.

"Ah, ada apa ahjussi? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Zhang Hao selagi memberikan hormat kepada pria itu.

Ia hanya menggelengkan kepalanya dan menepuk-nepuk pundak Zhang Hao. "Hao lagi kena masalah ya?"

Zhang Hao terdiam, "Bisa dibilang begitu." jawabnya. Sepertinya tetap terlihat entah sebagaimana pun ia menutup-nutupinya. Ya.. karena pria itu hanya sekedar rekan kerja baginya, jadi.. tidak ada salahnya kan kalau ia memutuskan untuk jujur dengan perasaannya?

"Hao selama ini menjauhi teman-teman Hao ya?" Zhang Hao bahkan tidak mau mempertanyakan bagaimana pria tersebut mengetahui detil masalahnya. Tapi apa boleh buat? Zhang Hao hanya menganggukkan kepalanya, tanda ia membenarkan perkataan pria itu.

Pria itu menghela nafas dan tersenyum, "Kalau Hao dapat masalah, tidak seharusnya Hao pendam. Semua orang butuh kebahagiaan, begitu juga dengan mu.." jelasnya.

"Bisa saja.. Yang tidak seharusnya terjadi malah terjadi karena kamu selalu berpikir kalau kamu tidak pantas mendapatkan kebahagiaan.. Iya 'kan?"

Melepas tangannya dari pundak Zhang Hao, "Ahjussi masih ingat sekali ekspresi Hao ketika lagi ngobrol sama teman Hao. Entah ketika telepon maupun ketika teman mu itu selalu menjemputmu di sini."

"Ahjussi kangen Zhang Hao yang itu.. Zhang Hao yang hidup bebas tanpa tertekan meskipun prioritas dan tanggung jawab nya banyak." Jelasnya selagi mengangkat kembali biola yang Zhang Hao letakkan di lantai barusan.

"Mungkin ini pertama kalinya juga bagi Hao untuk mengacaukan penampilan setelah selama ini tampil dengan sukses. Tapi hal itu baik-baik saja karena.. Kegagalan adalah suatu hal yang wajar."

"Jadi.. Cheer up!"

Zhang Hao terkekeh dan menerima biola yang diberikan oleh pria paruh baya itu.

"Ini nyemangatin aku biar nikahan anaknya ga kacau atau beneran mau nyemangatin?" sinisnya santai sambil tertawa.

"Yang pertama sih.. Hahahaha canda-canda, ahjussi tulus kok nyemangatin kamu. Soalnya melihatmu seperti ini jadi teringat masa muda ahjussi. Dulu ahjussi tidak ada yang membantu dan jujur itu susah banget. Karena ahjussi ga mau Hao jadi seperti itu, jadi ahjussi kasih tau ne?" jelasnya selagi merangkul pundak Zhang Hao.

Yang dirangkul pun mengukirkan senyuman ter-ringan yang pernah ia keluarkan selama ini. Ia menghargai nya, sungguh.

"Jha, tuh sudah mau mulai lagi. Semangat ya.." finalnya sebelum pergi meninggalkan Zhang Hao untuk memonitor kerja yang lainnya.

Zhang Hao hanya terdiam dan merenung. Setelah mendengar nasehat darinya, ia merasa lega, sedikit.

Zhang Hao merasa kalau ia bisa sedikit kembali ke dirinya yang dulu, yang belum amburadul karena perasaannya yang bodoh. Jadi.. kalau Zhang Hao bisa sedikit lebih memaksakan dirinya sendiri, untuk terakhir kalinya, supaya penampilannya hari ini lancar tanpa halangan.

My Other Half [HAOBIN/ BINHAO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang