Suara gemercik air menenangkan suasana hati Sasuke, membersihkan diri memang pilihan yang tepat setelah mengalami banyak hal yang membuat pikiran terasa berat.
Seperti pagi ini, suasana hati rusak karena kehadiran si gadis penghianat, Konan.
Sialan.
Setelah rutinitasnya selesai di kamar mandi, kini Sasuke memilih baju yang cocok untuk dipakai hari ini, dan juga cocok untuk menemui Hinata.
Si gadis polos yang akan segera menjadi miliknya, budak cinta untuk Sasuke.
Mengingat wajah memerah Hinata akibat ciuman singkat kemarin, sedikit membuat mood Sasuke membaik.
Apa gadis itu tidak pernah berciuman ?, yang benar saja.
Hinata begitu mudah tersipu karena omong kosong tentang cinta, tapi justru ini adalah hal yang bagus, itu artinya langkah untuk memiliki Hinata semakin dekat.
"Hinata", gumaman rendah Sasuke, sambil ia mengancingkan kemeja hitamnya dan memandang pantulan dirinya pada cermin.
Setelah dirinya siap, kini Sasuke keluar dari kamar, Sasuke harus menemui Itachi dan memberikan obat yang Itachi titipkan padanya kemarin.
Sebenarnya ini sangat terlambat, tapi tidak masalah, Itachi pasti tidak akan marah padanya, Itachi adalah lelaki tersabar yang Sasuke kenal didunia ini.
Sosok kakak terbaik.
Sasuke mengetuk pintu kamar Itachi berulang kali, tapi sepertinya Itachi belum bangun, karena Itachi tidak memberikan respon apapun.
Baiklah, biarkan saja, sebaiknya obatnya diletakkan ditempat biasa.
Sebelum berangkat ke kantor, pagi ini Sasuke memutuskan untuk menikmati secangkir kopi hangat.
Saat tangannya mengaduk kopi, sekilas teringat lagi tentang Konan, Sasuke tersenyum sinis.
Perempuan tidak tahu malu, begitulah pikirnya. Pagi ini perempuan itu benar-benar menyedihkan.
Seharusnya sedari awal Konan sadar, bahwa hanya Sasuke lelaki terbaik yang ada di dunia ini.
Baiklah ini terlalu berlebihan, tapi faktanya Konan datang lagi seperti pengemis cinta.
Rasanya Sasuke ingin mengumpat di depan wajahnya, tapi karena Konan seorang perempuan, maka Sasuke tidak akan melakukan itu.
"Ck", decakan Sasuke membuat pikirannya mengenai Konan terhenti.
Pandangan Sasuke kini tertuju pada Itachi, rupanya Itachi sudah berpenampilan rapi dan duduk diruang tamu sambil membaca beberapa berkas, pantas saja Itachi tidak merespon saat Sasuke mengetuk pintu kamarnya, Sasuke tersenyum hangat.
"Niisan, obatnya sudah ditempat biasa", Itachi merespon hanya dengan anggukan.
"Itu berkas apa niisan ?", Sasuke mendudukkan dirinya sambil menatap Itachi, setelah ia meletakkan kopi hangatnya diatas meja.
"Tentu saja berkas tentang permasalahan di perusahaan kita Sasuke", Sasuke hanya mengangguk mengerti.
"Naruto sepertinya bisa menyuntikkan dana jika kita butuh bantuannya", Sasuke meminum kopi hangatnya.
Itachi tampak berpikir, kemudian tersenyum hangat.
"Meskipun itu benar, tapi kita tidak boleh bergantung pada Naruto, meskipun dia sahabatmu, tapi niisan tidak ingin mengambil risiko jika suatu saat persahabatan kalian berantakan, dan Naruto menuntut semua bantuannya pada kita". Itachi berkata dengan serius, sedangkan Sasuke justru tertawa receh.
"Persahabatan kami itu sejati niisan, jadi itu tidak mungkin terjadi", Sasuke menunjukkan wajah sombongnya di depan Itachi, seolah mengejek Itachi.
"Tidak ada yang tahu masa depan Sasuke", Sasuke kehilangan kata-katanya.
