*🕊 *
𝚊𝚙𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚙𝚊𝚗𝚝𝚊𝚜 𝚔𝚞 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚔𝚎𝚔𝚊𝚜𝚒𝚑?
-𝐂𝐋𝐀𝐑𝐄𝐓𝐓𝐀 𝐂𝐇𝐄𝐋𝐒𝐄𝐀 𝐀𝐑𝐄𝐍𝐃𝐑𝐀
*🕊 *
Letta berjalan menyusuri koridor sekolah nya dengan matanya yang sembab. Beberapa murid disana menoleh
"Abis nangis semaleman kali ya, sampe begitu matanya"
Bisikan salah satu siswi disana yang masih bisa di dengar oleh nya. Ia terus berjalan menghiraukan bisikan si tukang gosip itu.
"Etdah mata lu uda kaya mata panda" Celetuk Adel heran, yang di hiraukan oleh Letta
Letta duduk di kursinya lalu menatap Adel dan membuang nafasnya gusar
"Kenapaa si taa? lo nangis semaleman? Siapa yang buat lo nangis begini hah? Lo di apain sama dia ta? Jawab ta" tanya Adel bertubi tubi
"Gimana mau jawab, lu ngomong ga ada spasinya"
"Gue liat kak Al berdua an sm cewe di caffe sebranng toko buku kemaren" jelasnya
"Lah anjir, ga mungkin!" Bantah Adel tak percaya
"Orang dia bucin akut sama lo"
"Tapi aku liat pake mata aku sendiri del!" Suara Letta mulai terdengar tinggi, ia menggertakan giginya menahan tangis tapi yahh terlambat, air matanya telah menetes sempurna di pipinya
"Ehh taa" Adel segera memeluk sahabatnya itu
"Ssttt tenang dulu yahh"
"Gue juga udah chat dia tadi malem" kata nya sambil nangis tersedu sedu
Letta menyodorkan hp nya pada Adel "Tuh banyakan kan katanya" Adel masi berusaha menenangkan sahabatnya itu
"Mana adaa, aku liat mereka duaan doang" Adel kembali memeluk Letta.
...
Kini ku berjalan tanpa alas kaki menyusuri pantai, tempat yang sering ku datangi bersama Alvar kekasihku.
Sebentar, apa masih pantas ku sebut kekasih? Ahh tentu saja dia masih miliku, belum ada kata putus yang keluar dari mulut kita. Dan jujur saja aku masih sangat sangat mencintainya.
Mungkin aku perlu waktu sendiri, maka dari itu sepulang sekolah tadi aku langsung pergi ke tempat ini, tempat favorit kita, Aku dan dia.
Aku duduk di atas pasir pantai tanpa alas menunggu matahari terbenam. Sayup sayup terdengar tawa seorang perempuan, aku menoleh ke samping kananku. Dari kejauhan aku melihat sepasang remaja sedang bercanda tawa tanpa memperhatikan sekitar mereka.
Deg
Aku terpaku saat itu juga, tubuh ku gemetar menahan tangis, rasanya jantungku berdetak lebih cepat. Aku tak sangkup lagi, air mata ku lolos ketika menyadari laki laki yang sedang bersama gadis itu adalah kekasih ku, Alvar.
Aku meremas pasir pantai, rasanya aku ingin berteriak sekencang kencang nya disana. Sesak, dadaku terasa begitu sesak saat itu.
Kalian pikir aku akan menghampiri mereka dan menampar lelaki itu? Jawaban nya tidak, untuk melihat mereka lebih lama saja rasanya aku tak sanggup.
Aku berlari meninggalkan pantai tanpa alas kaki, berhenti di salah satu halte bus di sana. Berharap masih ada bus yang akan berhenti disana. Seorang nelayan menghampiri ku
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARIO
Teen FictionSeorang gadis lugu yang bertemu seorang leader dari sebuah geng motor yang merupakan musuh dari sepupu nya sendiri. Lalu bagaimanakah kelanjutan ceritanya?