[ p o s i t i f : 04 ]

557 32 0
                                    

vote dan komen, wajib!!!

"Vir, vanilla late ya satu."

"Oke kak."

Hari ini adalah hari pertama Vira mendapat shif malam. Setelah membuat pesanan milik pelanggan, Vira menata vanilla late dan croissant coklat itu di sebuah nampan.

"Ini kak, udah."

"Vir, tolong panggilin pemesannya ya, gue mau ketoilet dulu kebelet banget nih."

Vira mengangguk, "pesanan atas nama kak Cleo, pesanan atas nama kak Cleo."

Seorang laki-laki bermata sipit dan berkulit putih datang menghampirinya. Semakin dekat langkah laki-laki itu, semakin berdebar pula dadanya.

Ya, Vira mengingatnya. Tatapan laki-laki itu sama seperti tatapan ayah dari anak yang dikandungnya. Vira ingat sekarang, tapi dia tidak tau harus melakukan apa, semoga saja laki-laki didepannya ini tidak ingat dengannya.

"Vanilla late dan croissant coklat," ucap Vira lirih dengan wajah tertunduk.

"Ya."

Setelah mengambil nampan itu, laki-laki berkulit putih ini berbalik namun baru saja selangkah kakinya berjalan dia berhenti dan memutar balik kearah Vira.

"Maaf, sebelumnya kita pernah bertemu?"

Vira langsung menggeleng, "nggak. Mungkin kamu salah orang."

Laki-laki itu mengangkat bahunya lalu pergi dari hadapan kasir. Dia duduk dibangku indoor dekat jendela. Mengeluarkan laptop dan mulai disibuk dengan urusannya.

Vira masih berusaha menenangkan dirinya, dia benar-benar takut kalau laki-laki itu mengingatnya. Vira takut, laki-kaki bernama Cleo itu menyuruhnya mengaborsi janin yang ada dikandungannya.

Yang sebenarnya terjadi dimalam itu, mereka berdua sama-sama mabuk tapi Vira masih sedikit sadar. Vira masih sangat ingat tubuh dan wajah orang itu. Tapi dia ragu, makanya dia bilang ke temannya kalau dia tidak ingat dengan ayah biologis janin yang ada dikandungannya.

Pukul setengah satu pagi, Vira baru selesai membersihkan cafe bersama karyawan lainnya. Dia sudah bersiap-siap akan pulang. Vira sibuk mencari kunci motor didalam tasnya. Saat sudah ketemu, dia dikejutkan oleh suara yang sangat tidak asing ditelinganya.

"Gue yakin kalo itu lo."

Tuk.

Kunci motor itu terjatuh, dengan cepat Vira mengambilnya tapi dia kalah cepat dengan laki-laki didepannya ini.

"Kembaliin kunci motor gue."

"Jawab dulu, kita pernah ketemu disalah satu club malam kan?"

"Nggak, bukan. Kamu salah orang."

"Nggak mungkin, gue masih sadar kok waktu itu."

"Ada masalah apa Vira?" Tanya kak Ryan, pemilik cafe tempatnya bekerja.

"Nggak ada apa-apa kak, sini kembaliin kunci gue. Gue mau balik, capek, ngantuk."

Dengan raut tidak ikhlasnya, Cleo memberikan kunci motor itu ke Vira.

Bel apartemen milik Clara berbunyi berkali-kali. Vira menghela nafas lelah, jujur saja dia masih sangat mengantuk dan sekarang baru saja pukul delapan pagi.

"Duh siapa sih, nggak mungkin Clara kalau dia kan bisa langsung masuk. Apa bang Mail ya?"

Vira membuka pintu apartemen, dia terkejut melihat Cleo lah tamu yang datang tanpa diundang.

"Mau apa lo?!"

"Kita perlu bicara!" Ucapnya dengan sangat tegas.

"Nggak, gue nggak mau. Kita nggak kenal, lo jangan macem-macem ya."

Laki-laki yang Vira ketahui bernama Cleo itu memegang tangannya lalu menggeretnya pelan turun menuju mobilnya.

"Berani lo keluar, siap-siap menanggung resikonya!"

Setelah itu Cleo menutup pintu mobil dan memutari mobilnya.

"Kita mau kemana?"

"Resto, gue tau lo belum sarapan."

"Sok tau, gue udah sarapan kok."

"Lo baru bangun tidur, nggak mungkin langsung sarapan iler lo aja masih nempel."

Vira langsung mengusap-usap bagian mulut sampai pipinya. Tiba-tiba Cleo tertawa, dan itu membuat Vira kesal. Dia refleks memukul pelan lengan kiri Cleo.

Setelah kejadian itu, mereka jadi diam.

Vira merasa ini kesempatan yang bagus untuk dirinya menambah gizi. Tapi sebelum memesan Vira memastikan terlebih dahulu kalau laki-laki dihadapannya mau membayar semua pesanannya.

"Lo yang bayar kan?"

"Iya."

"Buset mahal amat," batin Vira.

"Gue pesen ini, ini, ini, ini, sama ini, dan itu."

"Apa? Lo nggak sanggup sama pesanan gue?" Tanya Vira.

"Emang lo sanggup habisinnya?"

Vira mengangguk semangat, "habis lah, ini aja setiap porsinya dikit banget."

Vira benar-benar menghabiskan semua makanan dan minuman yang dipesannya. Dia memegang perutnya yang kekenyangan.

Kini keduanya sudah berada dimobil. Cleo melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

"Kita mau kemana? Ini kan bukan arah keapart temen gue?"

"Berisik, kita mau ke rumahsakit."

"Ih ngapain?! Gue gak hamil ya!"

"Siapa yang bilang lo hamil? Gue cuma mau cek lo bersih apa enggak?"

"Maksud lo apa ngomong gitu?! Lo kira gue sering gonta-ganti main sama cowok gitu? Gue waktu itu aja baru pertama kali."

"Dan sialnya, gue hamil anak lo!" Batin Vira.

Vira langsung membuang muka kearah jendela. Dia benar-benar tersinggung dengan perkataan laki-laki itu.

"Sorry, gue nggak bermaksud tapi akhir-akhir ini gue sering pusing dan nggak enak badan."

"Turunin gue! Gue mau pulang."

"Nggak, kita harus periksa dulu."

"Pulang! Gue mau pulang, hiks."

Cleo menepikan mobilnya.

"Oke, kita nggak akan ke rumahsakit sekarang. Gue bakal anter lo pulang, tolong ketik nomor ponsel lo biar gue gampang ngehubunginnya."

Cleo menyodorkan ponselnya, dengan terpaksa Vira mengetikkan nomor ponselnya.

"Thanks sarapannya."

"Ya, lusa gue bakal jemput lo dan kita bakal periksa."

tebece.

selasa, 4 juli 2023.

Positif | ChenleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang