"Apa aku boleh cerita?."
Tanya Yechan dengan sedikit keraguan di hatinya "Ya ... kau bilang kau ingin aku menceritakan masalahku," ucap Yechan dengan malu-malu, dan disusul dengan tawaan kecil dari Seeun "Ceritakan saja, aku akan mendengarkan."
Begitu tulus kalimat yang Seeun katakan, sampai-sampai membuat hati Yechan sedikit luluh dengan Seeun. Hanya saat sisi Seeun yang tidak aneh ini, membuat Yechan bercerita dengan nyaman tanpa tatapan aneh dari Seeun.
Setidaknya, hati Yechan sedikit lega setelah menceritakan semua masalahnya kepada Seeun. Selama ini Yechan tidak ada teman untuk curhat atau bercerita tentang masalah hidupnya.
Memang bisa dibilang, itu adalah aib keluarga. Tapi yang namanya Yechan, ia mana peduli. Yechan butuh teman curhat, pikirannya sudah penuh, perlu mengeluarkan semua keluh kesahnya dengan bercerita.
Yechan bisa bertanya seperti itu karena ia sudah muak dengan semuanya. Yang ia butuhkan hanyalah teman yang mana mereka bisa mendengarkan semua cerita Yechan, baik suka maupun duka. Hanya itu, dan tidak lebih.
Yechan juga butuh seseorang yang mendukung hobinya dengan baik dan memberikan kasih sayang yang selama ini hilang setelah orang tuanya bertengkar hebat untuk pertama kalinya.
Pendengar yang baik juga itu yang sangat Yechan butuhkan. Percuma jika mereka memberikan dukungan terhadap hobinya dan memberikan kasih sayang kepada Yechan, namun tanpa mendengarkan semua cerita yang sudah susah payah Yechan ceritakan.
•••
Yechan seketika mendengus kesal setelah melihat begitu ramainya suasana pasar malam yang ia kunjungi. Bagaimana pun dan di mana pun, pasar malam memang akan selalu ramai.
Tapi ini adalah Lee Yechan, anak yang sudah berubah menjadi Yechan yang anti social. Yechan tidak suka keramaian.
"Seeun ... ini sangat ramai ... ," ucap Yechan kepada Seeun yang sudah siap bermain dan memenangkan setiap permainan "Aduh anak bayi yang satu ini. Namanya saja pasar malam. Di mana-mana yang namanya pasar malam pasti ramai," Seeun memijat keningnya setelah mendengar keluhan Yechan yang tidak suka dengan keramaian.
"Nikmati saja, bayi," ujarnya lalu menarik Yechan untuk pergi ke salah satu kios permainan "Kau mau hadiah yang mana? Biar aku menangkan, aku sangat jago bermain ini!" Seeun dengan semangat bertanya kepada Yechan yang linglung karena di sana sangat ramai.
Yechan mendengus pelan lalu berkata "Aku bisa bermain sendiri. Kau santai saja," jawab Yechan, namun Seeun malah tertawa lalu mencubit gemas pipi Yechan "Anak bayi seharusnya menunggu mendapatkan hadiahnya. Anak bayi tidak perlu susah-susah mendapatkan hadiahnya, serahkan saja kepadaku."
Yang benar saja, Seeun barusan mencubit gemas pipinya? Sangat memalukan.
"Hei, pipimu merah!" Seeun menunjuk pipi Yechan yang tanpa pemiliknya sadari sudah memerah "A-anu ... ah! Sudahlah, aku ingin yang itu," dengan cepat Yechan menunjuk salah satu boneka menggemaskan yang terpajang di sana.
"Siap, anak bayi tunggu saja."
Yechan memutar bola matanya malas, ia lebih memilih diam dan menunggu Seeun di sebelahnya. Yechan akui Seeun sangat pandai dalam permainan ini, jelas saja dia sombong.
Entah berapa menit terlewat, namun Yechan rasa baru saja tiga menit lewat, Seeun sudah berhasil mendapatkan hadiah yang Yechan inginkan.
"Eih? Sangat cepat," kata Yechan yang heran mengapa Seeun selesai dengan sangat cepat "Aku ini Park Seeun, aku bisa segalanya," ucapnya dengan sombong, membuat Yechan menghela napasnya "Iya, iya. Kau memang yang paling hebat di sini."
Seeun memberikan bonekanya lalu kembali menarik Yechan ke kios berikutnya "Pilih kau mau hadiah yang mana," Seeun tampaknya benar-benar sudah siap untuk kembali memenangkan permainan ini. Yechan dengan pasrah menunjuk boneka imut lainnya yang memang sudah terpajang di rak-rak "Baiklah, anak bayi, kau tunggu di sini."
Yechan menunggu tepat di sebelah kanan Seeun yang sibuk bermain. Sempat beberapa kali tubuhnya tertabrak orang-orang asing di sana, Yechan benci itu. Bahkan ada yang sampai membuatnya hampir terjatuh. Nyaris Yechan mengumpat karenanya, untung ia dengan cepat memegang lengan Seeun.
"Ada apa?," tanya Seeun yang baru saja selesai bermain "Orang gila. Bisa-bisanya dia menabrakku sampai aku hampir terjatuh!" gerutu Yechan yang kesal karenanya "Siapa yang menabrakmu sampai hampir terjatuh? Katakan ciri-cirinya," dengan cepat dan tegas Seeun meminta Yechan menyebutkan ciri-ciri orang yang membuatnya hampir jatuh "Aih ... Sudahlah, tidak apa-apa."
Seeun mengangkat bahunya, lalu menerima hadiahnya "Ini hadiahmu, anak bayi," ucapnya dengan senyuman yang tidak aneh, melainkan senyuman biasa saja "Kau yang bermain, seharusnya hadiah ini untukmu," kata Yechan sembari mengangkat alisnya.
"Anak bayi lebih pantas menerimanya, ambil ini," Seeun benar-benar memaksa Yechan untuk menerima boneka itu.
Untuk terakhir kalinya, sebelum keduanya berpisah pulang ke rumahnya masing-masing, Seeun mengajak Yechan untuk naik biang lala. Energi Seeun tidak ada habis-habisnya. Bahkan Yechan saja sudah kelelahan, Seeun masih saja berceloteh yang tidak jelas.
•••
Yakinlah, mereka tidak peduli Yechan pulang pukul berapa. Sampai malam pun mereka tidak akan pernah peduli dengan Yechan, mereka terlalu sibuk dengan pertengkaran yang hebat di antara keduanya.
Pukul 22.30, Yechan baru pulang ke rumah. Tidak ada yang menyambut, ataupun setidaknya menyapa Yechan yang baru saja pulang.
Setelah menceritakan semuanya kepada Seeun, Seeun mengajak Yechan untuk bermain di pasar malam. Hanya sebagai penyejuk pikiran. Walaupun sangat ramai, tapi Yechan akui ia sedikit menikmatinya.
Seeun bilang hanya sebentar, nyatanya sampai larut malam Yechan baru pulang.
Hari ini, hari di mana Yechan dan Seeun resmi berteman. Tanpa ada unsur paksaan sekali pun, Yechan mencoba seperti itu.
Yechan benar-benar jujur dan mengakui bahwa Seeun itu orang yang asik dan menyenangkan. Seakan pandangan Seeun yang aneh di mata Yechan hilang begitu saja setelah melihat sifat asli dari Seeun.
Anak yang ternyata menyenangkan ini selalu memilih untuk menyerahkan hadiahnya kepada Yechan yang ia sebut dengan 'anak bayi'.
"Ada apa dengan anak bayi? Memangnya aku mirip anak bayi?," tanyanya sembari memperhatikan dirinya di pantulan cermin.
Apanya yang mirip bayi?.
+
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHE || SEEUN & YECHAN
RomanceHidup telantar, namun tetap dibiayai masalah persekolahannya dan hanya diminta untuk menjadi sangat pintar, melebihi yang lain. Jangan lupakan mentalnya yang lemah dan hancur karenanya. Bertubuh lemah, namun semua berubah ketika bertemu dengannya. N...