#8

114 18 1
                                    

Sejenak Yechan terdiam, ia menatap lamat-lamat pantulan dirinya di cermin. Apa secara tidak langsung Seeun telah mengubah kepribadian 'tidak ramah'-nya itu menjadi pribadi yang lebih manis, sama seperti dulu?

Lupakan, mari kembali fokus dengan kegiatan belajar anak itu. Tumpukan buku di meja belajarnya membuat sosok imut itu menjadi lebih stres dari yang kemarin. Jika saja ibunya membelikan buku-buku pelajaran yang tebal lainnya, Yechan lebih memilih kabur saja. Pikirannya sudah sangat penuh, sangat sulit untuk berpikir secara matang.

Yechan menutup buku, ia ingin menyudahi kegiatannya itu, dan lebih memilih keluar malam-malam mencari udara sejuk.

Tepat pukul 10 malam Yechan keluar rumah. Udara malam hari memang sejuk, namun itu tak membuat pikirannya sejuk. Bahkan saat sudah beberapa menit ia berjalan untuk menyejukkan pikirannya, itu masih saja tak berhasil.

Pikirannya tak penuh dengan pelajaran lagi, namun dengan Park Seeun.

Lagi-lagi Park Seeun. Sosok aneh dan konyol namun manis dan hangat di dalamnya. Bagaimana Yechan bisa berhenti memikirkan Seeun jika si aneh itu terus berperilaku manis dan hangat akhir-akhir ini. Seeun membuatnya benar-benar gila.

Senyum hangat di wajahnya terlukis indah, kemudian langkahnya terhenti, dan ia melambai-lambaikan tangannya. Sosok yang ia pikirkan muncul di waktu yang tepat.

"Halo, bayi. Malam-malam begini ngapain keluar? Nanti masuk angin loh," ucap hangatnya "Tidak ... aku hanya butuh udara sejuk," balas Yechan sembari tersenyum "Oh ya? Bukan untuk mencariku?" Yechan terkekeh mendengarnya "Tidak, Park Seeun bodoh. Aku benar-benar ingin mencari angin setelah seharian belajar di kamar. Lagi pula aku tak punya niatan untuk bertemu denganmu."

"Dan secara tak sengaja kita bertemu di sini, bayi. Sepertinya kita jodoh," kata Seeun sembari sedikit menggoda sosok kecil di sampingnya "Jodoh, jodoh! Urusin dulu sana bengkel ayahmu!" ucap Yechan dengan nada yang merajuk.

Terkadang Seeun berbicara yang tidak-tidak, contohnya seperti tadi. Tapi mungkin karena Yechan sudah mulai mengenal Seeun lebih jauh dan merasa nyaman dengan Seeun, ia memakluminya. Namanya Park Seeun, pastinya seperti itu.

"Bayi, memangnya kau mau jalan ke mana?" tanya Seeun dengan penasaran karena Yechan berjalan tanpa arah "Ke mana saja, aku bosan di rumah dan belajar terus," jawab Yechan, dengan tatapan yang masih menatap lurus ke depan "Kalau begitu, ayo pergi ke kafe saja. Kita sudah lama tidak berbincang-bincang dengan topik aneh di sana."

"Itu kau, Park Seeun. Aku mana pernah menanggapi topik anehmu itu," ucap Yechan dengan ketus, yang membuat Seeun tertawa lepas "Benar juga, terkadang sikapmu yang tidak ramah malah membuatku semakin mendekatimu. Apa kau menggunakan pelet sehingga aku bisa menyukai sosok tak ramah sepertimu?".

Seketika Yechan mencubit perut Seeun "Pelet apa? Ha? Aku saja tidak menyukaimu! Waktu itu ... ".

"Jadi sekarang kau menyukaiku dan menggunakan pelet agar aku menyukaimu juga kan?".

Yechan mencubit kembali perut Seeun, dengan kekuatan yang berbeda, dan membuat sosok tinggi itu meringis kesakitan "Berhentilah! Dasar orang aneh!" Yechan mempercepat langkahnya, meninggalkan Seeun yang kesakitan sendirian seakan dirinya marah terhadap Seeun.

Menyadari Yechan pergi meninggalkannya duluan dengan aura yang berbeda, Seeun dengan cepat mengejar sosok kecil menggemaskan itu.

"Yechan ... !" panggil Seeun, namun tak membuat Yechan menoleh dan berhenti. Seeun dengan cepat meraih pergelangan tangan Yechan dan menariknya "Apa lagi?" tanya Yechan dengan nada yang kesal "Maafkan aku, bayi" Seeun menggoyangkan tangan Yechan untuk membujuk sosok bayinya itu "Aku janji tak akan mengulanginya lagi!".

Yechan tak dapat menahan tawanya, melihat wajah Seeun yang begitu lucu menurutnya "Mengapa kau tertawa ... ? Aku serius, bayi ... " rengek Seeun karena Yechan tertawa "Wajahmu sangat lucu! Kasihan sekali Park Seeun yang satu ini" Yechan mencubit gemas pipi Seeun "H-hentikan ... " lirih malu Seeun yang membuat Yechan kembali tertawa "Ayo jalan lagi, kita pergi ke kafe yang kau inginkan."

Ajakan Yechan membuat Seeun menggaruk tengkuknya, ia benar-benar malu setelah Yechan mencubit pipinya. Yechan menghentikan langkahnya, berbalik badan karena Seeun tak bergerak "Tak mau? Ya sudah, aku pulang." Yechan melanjutkan langkahnya.

"Ayo! Aku siap untuk mentraktirmu!" ucap Seeun yang tiba-tiba sudah berada di sampingnya sembari merangkul bahu Yechan "Baiklah, kali ini aku terima" jawab Yechan dengan senyuman manisnya.

Tak seperti biasanya, malam ini Yechan menerima traktiran dari Seeun. Karena ia merasa lebih dekat dengan Seeun lah Yechan menerima traktirannya, bahkan dengan senang hati ia menerimanya.

"Bayi, kau mau pesan latte kan?" tanya Seeun yang sudah duduk berhadapan dengan Yechan "Tidak, kali ini aku ingin memesan sesuatu yang manis-manis. Bisakah kau memilihnya untukku?" Seeun seketika mengangguk "Tentu, aku akan melakukannya untukmu, bayi."

+

PSYCHE || SEEUN & YECHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang