Semenjak kejadian minggu lalu. Seiring berjalannya waktu, Yechan mulai menjauhi Seeun. Ia tidak ingin hal itu kembali terjadi.
Jika ia berjalan di taman yang kemudian bertemu dengan Seeun, ia akan putar arah lalu pergi menjauh. Begitu pula saat di kafe.
Yechan rasa, ia melakukan semuanya demi sang bundanya. Rasa suka dan cintanya kepada Seeun terus-terusan menghantui hatinya. Tak bisa ia hindari, Yechan sudah terlanjur cinta.
Benar, cinta itu rumit. Restu orang tua lebih rumit. Bundanya hanya meminta Yechan untuk belajar, belajar, dan belajar. Jika nilainya turun, maka Yechan harus siap untuk mendapatkan sanksinya.
Ponselnya terus berdering sejak minggu lalu. Seeun tak mendapatkan kabar apapun dari Yechan. Yechan-nya hilang begitu saja.
Seeun sudah mengirimkan pesan lebih dari 10 kali dalam sehari. Setidaknya Yechan menjawab pesannya, namun ini tidak. Yechan tak membalasnya, membaca pesannya saja tidak.
Kebahagiaannya hilang begitu saja. Sosok Yechan yang pendiam kembali semenjak itu. Mulai sering mengurung dirinya di kamar. Tak bisa berhenti memikirkan Seeun.
Yechan menatap pesan yang baru saja Seeun kirimkan tadi pagi. Hanya menatap, namun tak dibalas. Yechan takut rasa sukanya semakin dalam.
Ia merebahkan dirinya di kasur. Menatap langit-langit kamarnya. Wajah Seeun kembali terbayang, senyum manisnya, perilaku manisnya, semuanya.
Yechan rindu Seeun, namun ia terus-terusan menghindari Seeun. Bundanya menghancurkan semuanya.
Di sisi lain, Seeun terduduk di sudut kamarnya, menunggu balasan dari Yechan namun hasilnya nihil. Frustrasi, tentu saja. Yechan baru saja bersikap manis kepadanya, dan hari ini, hilang begitu saja.
Seeun beranjak berdiri untuk menemui Yechan di tempat biasanya, kafe. Walaupun Seeun sudah menunggu berjam-jam tetapi Yechan tak kunjung datang, ia akan kembali mencoba.
Dirinya sudah menunggu Yechan selama 1 jam. Terus memperhatikan sekelilingnya, terus berharap Yechan akan datang.
Sosok imut itu terlihat di matanya, berjalan menuju kasir untuk memesan sesuatu. Seeun dengan cepat menghampirinya, menepuk pundaknya lalu memeluknya.
"Seeun ... " lirihnya. Seeun melepas pelukannya, tersenyum lembut kemudian. Ia mengeluarkan kartu kreditnya "Pesanlah, aku akan menunggu di sana," ucap Seeun sembari menunjuk tempat duduknya.
Seeun beranjak pergi kembali duduk, menatap kesayangannya yang sibuk memesan menu.
Beberapa saat kemudian, ia kembali untuk duduk bersama Seeun.
"Apa kabar?" tanya Seeun dengan senyuman di wajahnya "Aku baik. Kamu?" Seeun mengangguk sebagai jawabannya "Mengapa kau terus menghindariku, Yechan?" Seeun langsung menembak dengan pertanyaan yang selama ini menghantui pikirannya.
Yechan menghela nafasnya, sulit ... "Aku takut bunda marah. Maaf ... " ujar Yechan. Sesungguhnya, Yechan merasa bersalah telah menghiraukan dan menghindari Seeun selama seminggu ini.
Ini bukanlah solusi. Dengan Yechan menghindari Seeun bukanlah sebuah solusi.
"Aku ingin hidup bersamamu. Namun, bundaku tidak. Bunda ingin aku untuk terus belajar, belajar, dan belajar. Apa kau ada saran? Aku benar-benar ingin bersamamu," kata Yechan kemudian menyeruput latte-nya.
Ini sulit untuk dikatakan, namun inilah satu-satunya saran yang terus berutar di otaknya.
"Kau bisa tinggal di rumahku".
Yechan hanya terdiam, tak menunjukkan reaksi apapun "Bagaimana dengan orang tuamu?" tanya Yechan yang menyenderkan tubuhnya "Tenang, aku tinggal sendirian," jelas singkat Seeun.
Sejenak Yechan berpikir. Untuk bisa tinggal di rumah Seeun adalah dengan kabur. Kabur melalui jendela. Itu ... ide yang bagus.
"Baik. Aku akan kabur," ucap Yechan tiba-tiba. Seeun mengangkat bahunya, itu keputusan Yechan, jadi terserah apapun yang Yechan inginkan.
Seeun menggeser kursinya mendekati Yechan, menggenggam tangan Yechan sembari menatap matanya. Ia rindu dengan momen romantis ini.
Entahlah, setelah seminggu lebih Yechan menghindari Seeun, jantungnya berdebar dengan sangat kencang tak seperti biasanya. Perlahan ia menutup matanya, jantungnya berdebar semakin kencang dibuat Seeun.
Seeun terkekeh kecil melihat reaksi menggemaskan dari Yechan, pipinya yang memerah membuatnya lebih menggemaskan.
"Mengapa kau menutup matamu? Kau malu?" tanya Seeun yang membuat Yechan membuka matanya malu-malu "Berhenti ... " ucap malu dari Yechan.
Pipi embul Yechan yang memerah membuat satu kecupan mendarat di sana. Yechan terpaku diam setelah apa yang Seeun lakukan.
"Kau masih sama saja, menyebalkan!" ketus Yechan. Seeun rindu ucapan ketus dari Yechan, makanya ia melakukan itu. Setelah seminggu lebih tak bertemu, akhirnya kembali setelahnya.
Hanya untuk sementara.
Setelah hari itu, Yechan kembali hilang. Terus-terusan Seeun menghubungi Yechan namun tak ada balasan.
Tapi, itu bukan berarti Yechan menghindar, bukan?
Ya, Yechan sedang menyusun bajunya. Sibuk menyusun bajunya.
Sesuai dengan yang ia rencanakan. Yechan akan pergi melalui jendela. Terdengar gila namun itulah satu-satunya cara agar bisa bersama Seeun selamanya.
Pukul 8 malam nanti Yechan akan meminta alamat Seeun, lalu pergi pada pukul 11 malam kemudian. Rencananya benar-benar matang.
Sempat terlintas keraguan di hatinya. Apa ia benar-benar akan melakukan ini? Ini ide gila, konsekuensi harus ia tanggung nantinya.
Tunggu, ini semua demi Seeun. Si manusia aneh yang awalnya tak ia sukai malah berubah ingin bersamanya selamanya.
Dasar Lee Yechan.
+
KAMU SEDANG MEMBACA
PSYCHE || SEEUN & YECHAN
RomanceHidup telantar, namun tetap dibiayai masalah persekolahannya dan hanya diminta untuk menjadi sangat pintar, melebihi yang lain. Jangan lupakan mentalnya yang lemah dan hancur karenanya. Bertubuh lemah, namun semua berubah ketika bertemu dengannya. N...