Happy Reading!
•
•
•"Michael."
Sebelum pemuda itu sempat menginjakkan kaki keluar rumah, suara berat milik sang ayah menghentikan langkahnya. Michael menoleh. Dalam hati, ia meringis ketika melihat wajah tanpa ekspresi itu tercetak di muka ayahnya.
Ia berada dalam masalah besar.
"Ya, Dad?"
"Ikut ayah." Tanpa menjelaskan lebih detail, Rafael membalikkan badan dan berjalan menuju ruang kerjanya.
Terpaksa, Michael pun mengikuti ayahnya. Ia memasuki ruang kerja sang ayah, terkejut mendapati keberadaan ibunya di sana. Sang ibu telah duduk di sofa tunggal yang ada di ruangan tersebut, menambah kegugupan Michael.
Rafael menghampiri istrinya. Pria itu duduk di lengan sofa, sebelah tangannya secara reflek bermain dengan helai-helai rambut sang istri.
"Duduklah."
Mematuhi perintah dari sang ayah, Michael duduk di sofa panjang, kedua tangannya ia letakkan di atas lutut, telapaknya berkeringat karena gugup.
"Dad ingin mengatakan sesuatu?" tebak Michael.
"Hanya menanyakan beberapa pertanyaan," kata Rafael. "Akhir-akhir ini kau menyelinap pergi dari rumah. Pulang larut malam. Menolak untuk dijemput Ian. Boleh ayah tahu ke mana kau pergi?"
Michael meringis, lalu merutuk diri dalam hati. Apa yang harus ia katakan? Yang sebenarnya? Bahwa ia berteman dengan seseorang seusia ayahnya dan bekerja pada pria itu secara diam-diam? Tidak. Dia tidak bisa. Itu sama saja dengan bunuh diri!
Alih-alih mengatakan yang sebenarnya, ia malah menjawab, "Aku... um, pergi ke rumah Chase," kata Michael.
Sebelah alis Rafael sontak terangkat tinggi. "Begitu? Apakah kau mempunyai teman lain yang bernama Chase? Karena ayah sudah bertanya pada sahabatmu, Chase Harrison, dan dia menjawab kalau dia hampir tak pernah bermain denganmu lagi selama satu minggu ini," ujar Rafael, setengah menyelipkan sebuah sindirian pada kata-katanya.
Mati aku, ringis Michael dalam hati. Pemuda itu kini bungkam, tak mampu membalas ucapan ayahnya.
"Jawab dengan jujur, Micha," kali ini ibunya yang bersuara. "Apa kau menyembunyikan sesuatu dari kami?"
"Ma, aku hanya--"
"Kami tidak akan memarahimu jika kau mau mengatakan yang sebenarnya, Michael," potong Rafael. "Ke mana kau pergi? Apa yang kau lakukan di luar sana?"
"Aku mendapatkan tawaran untuk menjadi bintang sponsor dari sebuah toko servis komputer," Michael memulai, tak mampu menyimpan rahasia itu lebih lama lagi. Baik Mia mau pun Rafael tak menyela, menyuruh pemuda itu untuk melanjutkan.
Michael menceritakan perihal Dexter yang membantunya menghentikan percobaan penculikan malam itu. Pemuda itu juga menceritakan alasan kenapa ia merahasiakan hal tersebut dari semua orang. Bahwa ia ingin membuktikan pada diri sendiri, terlepas dari nama keluarga Davis, Michael mampu menggapai kesuksesannya sendiri tanpa bantuan sang ayah.
Penjelasan tersebut mampu meluluhkan amarah yang dipendam orang tuanya.
Akan tetapi, Michael masih berpikir bahwa mereka marah padanya karena sudah menyelinap keluar rumah tanpa pemberitahuan dan merahasiakan kegiatannya di luar rumah. Pemuda itu tak mampu mengangkat pandangan. Kepalanya tertunduk dalam, menunggu omelan dari kedua orang tuanya yang tak kunjung bersuara.
Suara nada dering yang berasal dari ponsel Rafael mengejutkan Michael. Pria baya itu mengumpat lirih, memaki si penelepon yang sudah berani menginterupsi perbincangan keluarganya.
![](https://img.wattpad.com/cover/312979910-288-k615622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Of The Past [END]
Novela Juvenil⚠️ BUDAYAKAN FOLLOW DAN TINGGALKAN VOTE SEBELUM MEMBACA ⚠️ ㅤㅤ [ BOOK TWO OF TWISTED FATE ] ㅤㅤ Semua orang menyukai Michael Davis. Ia pemuda yang ramah pada setiap orang yang ditemuinya, merupakan salah satu murid cerdas di sekolahnya, dan memiliki s...