Bagian 5

134 9 0
                                    

AU PART 18-19

Avan menghela nafas kesal setelah melihat lagi kolom komentar Talishia. Ada satu komentar laki-laki yang mencurigakan karena tidak sekali ini berkomentar di kolom media sosial Talishia. Setelah Avan cari tau, ternyata laki-laki itu adalah mantan pacar Talishia. Avan hanya perlu waktu beberapa menit untuk tau karena melihat postingan di beberapa sosial medianya. Bahkan laki-laki bernama Dion itu masih belum menghapus fotonya dengan Talishia saat SMA.

Avan sudah membalas komentarnya dengan sarkas. Entah kenapa tubuhnya terasa panas karena melihat komentar itu. Tangannya juga gatal untuk membalasnya.

Satu pesan masuk, Avan pikir laki-laki itu membalas lagi komentarnya, ternyata dari Talishia. Gadis itu sepertinya menyangka Avan cemburu atau marah padanya. Ya, Avan akui itu memang benar. Tapi bukan Avan kalau tidak bisa mengendalikan ketikannya untuk Talishia agar gadis itu tenang. Avan tau Talishia pasti otomatis panik jika tau Avan cemburu padanya.

Avan tersenyum saat mengetik panjang, memberikan kelas ceramah pada Talishia. Jadi ingat ucapan Pak Imam beberapa hari lalu. Bahkan Avan pun mendapatkan ujian yang sama. Nabilla tiba-tiba lagi muncul dalam jangkauannya, memberikan pesan mengejutkan pula padanya.

Talishia memberondongnya dengan pesan. Namun, Avan enggan membalas. Lebih baik keluar saja dengan teman-temannya untuk ngopi. Lagipula, biar sesekali Talishia merenung.

**

"Argh!" Talishia meredam teriakannya dengan bantal. Gadis itu sudah mencak-mencak karena membaca komentar dari Avan di media sosialnya kemarin. Pria itu membalas komentar Dion. Talishia kontan saja mem private akun medososnya. Avan belum dia follback omong-omong.

Talishia pikir Avan akan marah padanya, ternyata tidak. Talishia tidak yakin 100 persen. Tapi mungkin saja, kan, dia marah. Apa iya tidak cemburu? Apa iya biasa saja melihat laki-laki lain merayu tunangannya? Sialnya Avan sama sekali tidak membalas pesan Talishia selama semalaman.

Kemana perginya? Apa iya, Avan dugem? Mustahil, batin Talishia.

Talishia kembali mengirim pesan pagi harinya. Dibalas untungnya.Avan sudah tidak marah, malah memberikan wejangan padanya. Memang menuju pernikahan, akan banyak ujian. Contohnya saja mantan yang tiba-tiba datang. Dion maksudnya.

Ini yang membuat Talishia kagum dan beruntung karena Avan adalah tunangannya. Pria itu sangat dewasa dan sangat mengayomi Talishia. Selain bisa menjadi dosen pembimbing skripsi, Avan memang bisa menjadi pembimbing dunia dan akhirat. Hm... Talishia jadi kembali memikirkan sosok Nabilla. Jika dipikir-pikir, mereka mungkin akan sangat serasi.

Talishia sedikit berjingkat ketika mendengar ponselnya berdering. Mikha menelepon, mengatakah bahwa mereka harus berangkat ke kampus. Ketiganya sudah berjanji akan mengerjakan skripsi bersama di perpustakaan. Biar lebih semangat dan mudah karena banyak contoh skripsi kakak tingkat di sana.

Talishia menghela nafas, bangkit dengan enggan untuk mengambil handuk dan mandi setelah mengabari tantenya jika dia harus pergi. Harus ada seseorang yang menjaga papanya di rumah selagi dia pergi, kan?

"Papa... Talishia ke kampus, ya. Ada Tante di sini. Kalau butuh apapun, Papa panggil mereka ya? Bunyiin loncengnya kalau gak kuat bicara. Okay?"

Pria yang berbaring di ranjang itu mengangguk. "Iya," katanya lirih.

"Hati-hati. Salam untuk Avan," imbuhnya. Meski tak jelas, tapi Talishia paham apa yang diucapkan oleh papanya.

"Nanti Talishia sampaikan salamnya untuk Pak Avan, ya?"

Kemudian Talishia mencium kening ayahnya sebelum pergi.

Gadis itu berpamitan pada wanita yang ada di rumahnya. "Tante, Talishia ke kampus, ya? Titip Papa sebentar."

Pasangan HalalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang