(TheOvertunes - Sayap Pelindungmu)
Tidak tahu arah tujuan, tidak tahu mau kemana, Minjeong terus mendorong roda pada kursi rodanya, dia ingin bebas, dia ingin berpergian tanpa harus takut pada orang sekitar, dia ingin menjadi manusia normal yang bisa kesana kemari sendirian.
Sudah sekitar satu jam Minjeong berada di luar rumah, dia berharap saat pulang nanti mama nya masih tertidur nyenyak.
Selama satu jam di luar, Minjeong mengunjungi Sekolah di dekat rumahnya. Saat Minjeong tiba, bel pulang sekolah pun terdengar, Minjeong tersenyum senang dan pergi pulang bersamaan dengan anak-anak sekolah. Dia ingin merasakan bagaimana rasanya pulang dari Sekolah dan pulang ke rumah sambil mengeluh capek karena banyaknya tugas.
Setelah itu Minjeong pergi ke taman dan diam di bawah pohon sambil makan cemilan yang sengaja ia bawa dari rumah. Bepergian menggunakan kursi roda sendiri, ia harus mendorong sendiri menggunakan dua tangannya; sungguh itu tidaklah mudah.
Banyak yang melihatnya, ada juga yang merasa kasihan padanya, Minjeong berusaha untuk tidak perduli dan melanjutkan perjalanannya. Tidak jauh dari taman, telinganya mendengar suara musik yang mengundang rasa penasarannya, Minjeong pun pergi ke sana.
Di lapangan basket ada beberapa gadis yang sedang menari, tidak hanya itu, ada juga dua orang yang merekamnya menggunakan kamera mahal. Lalu banyak juga yang menonton, termasuk Minjeong sekarang yang sedang menatap kagum keempat gadis yang terlihat bahagia sambil menari.
Semakin banyak orang yang menonton, Minjeong kesusahan untuk melihat, entah bagaimana dia sekarang berada di belakang, banyak lelaki tinggi di depannya.
"Maaf, saya mau lihat." Katanya Minjeong sambil menarik pelan kaos lelaki tinggi di depannya.
Lelaki tinggi di depannya itu berdecak kesal dan melepas paksa tangan Minjeong dari kaosnya, lalu menghadap ke depan kembali.
Minjeong merapatkan bibirnya, lalu dia mundur ke belakang, namun secara tidak sengaja kursi rodanya menabrak anak kecil yang berlari, ibu dari anak itu memarahi Minjeong karena tidak hati-hati.
Berulang kali juga Minjeong meminta maaf, namun ibu itu semakin memarahinya karena anaknya menangis.
"Mana penjaga mu? Kok malah di biarin sendirian sih, ganggu orang aja." Katanya ibu itu.
"Saya penjaganya, lagi pula itu salah ibu juga, ibu tidak memperhatikan anak ibu dengan baik, coba saja jika tadi ibu memperhatikan anak ibu dengan baik, kejadian tadi tidak akan terjadi."
Minjeong yang sudah sangat ingin menangis itu menatap ke arah orang yang membelanya, itu Jimin. Gadis tinggi itu terlihat kesal.
"Jika kamu menjaga dia dengan baik, maka anak saya tidak akan menangis." Balas ibu itu.
Jimin menggelengkan kepalanya, dia pun memberikan permen lolipop kepada anak yang menangis sambil tersenyum lebar, "jangan menangis lagi ya adik manis, kakak beliin permen manis buat kamu." Katanya, dan itu berhasil membuat anak kecil yang tadinya menangis menjadi tersenyum.
"Lihat? Harusnya ibu menenangkan anak ibu, bukan malah marah-marah terlebih dahulu."
Ibu itu dengan kesal pergi begitu saja membawa anaknya. Jimin pun menghela nafasnya lalu berbalik dan jongkok depan Minjeong, dia tatap gadis yang nekat pergi sendirian itu, kedua tangan Jimin mengelus lutut Minjeong. "Ayo, pulang."
Minjeong menurut, dia pun mengangguk.
Jimin mendorong pelan kursi rodanya, sambil memperhatikan dalam diam Minjeong yang terlihat murung. Sepertinya gadis Kim itu masih sedih karena dimarahi oleh orang asing tadi. Maka dari itu Jimin berhenti dan kembali jongkok depan Minjeong, kali ini kedua tangannya memegang kedua tangan hangat Minjeong.
"Apa?" Tanya Minjeong pelan.
Namun Jimin hanya tersenyum sambil menatapnya lembut, tatapan yang membuat Minjeong ingin mengadukan semua hal jahat yang dia alami tadi, dia ingin berkeluh kesah pada seseorang di depannya ini.
"Semuanya seperti harimau." Katanya Minjeong.
"Bahkan yang salah pun bisa menjadi tidak bersalah karena dia pintar berbicara, sedangkan yang menjadi korban hanya diam saja karena tidak diperbolehkan membuka suaranya. Manusia di disini sangat seram-seram, seperti harimau." Lanjutnya.
Masih dengan senyuman di wajahnya, Jimin membawa Minjeong ke dalam pelukan, dia elus punggung gadis itu sambil berkata, "tenang aja, kan masih ada aku."
"Hm?" Minjeong menaikkan kedua alisnya.
"Kamu engga perlu takut, semua manusia tidak selalu mirip dengan harimau."
Minjeong membalas pelukan, padahal awalnya dia sangat anti dengan seseorang yang dia sebut mesum itu, namun sekarang rasanya dia ingin mengadu tentang semuanya pada Jimin.
"Kamu tau? Aku ingin sekali menari, menari sambil bernyanyi. Tapi kenyataan yang pahit ini bikin aku sadar kalau itu hanya sebatas khayalan aku aja. Jadi, setiap melihat orang yang sedang menari seperti tadi bikin hatiku senang."
Jimin terdiam. Pasti banyak sekali mimpi-mimpi yang ingin sekali Minjeong wujudkan, pasti banyak sekali yang ingin Minjeong lakukan.
Minjeong harus tau semuanya, Minjeong harus tau bagaimana rasanya bebas dan menjadi manusia yang berani. Jimin dengan yakin mengambil kedua tangan Minjeong, "Minjeong." Panggilnya.
"Apaaaa?"
"Izinin aku buat jaga kamu, izinin aku buat ngenalin kamu sama dunia ini, izinin aku buat ngasih tau kamu apapun tentang hal yang pengen kamu tau, izinin aku ada di samping kamu, Minjeong."
Cukup lama Minjeong menatap gadis di depannya itu, ini pertama kalinya ada orang yang meminta izin kepadanya untuk menjaga dan mengenalkan dunia yang menurut Minjeong sendiri sangat menakutkan. Tapi disisi lain Minjeong juga penasaran, tapi dia takut jika harus sendirian.
"Kamu engga sendirian." Kata Jimin, dia seperti peramal yang bisa membaca pikiran orang.
Minjeong tersenyum kecil dan mengulurkan jari kelingkingnya, "janji engga akan ninggalin aku sendirian?"
Kelingking mereka bertaut, Jimin juga ikut tersenyum. "Janji."
Kapanpun mimpi terasa jauh,
Oh ingatlah sesuatu,
Ku akan selalu jadi sayap pelindungmu.To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Savior
Romance→_→ When you're with the right person, every plece is a right plece. Grey, 2023 (inspired by; Josee, the Tiger and the Fish) slow update 🐢