"Jimin."
"Ya, cantik?"
"Bagaimana rasanya bekerja?"
Sore hari ini mereka berdua sedang berada di taman, memakan eskrim ditemani dengan percakapan ringan. Minjeong begitu penasaran bagaimana sih rasanya bekerja? Karena dia belum pernah merasakannya.
Sebaliknya, Jimin selalu saja bekerja, tiap hari. Dan Minjeong sangat berterima kasih karena Jimin masih bisa meluangkan waktunya untuk sekedar jalan-jalan, makan es krim, menonton film, dan kegiatan yang mereka lakukan bersama.
Jimin tersenyum. "Rasanya seru dan capek. itu juga tergantung bagaimana lingkungan kerjanya."
"Hmm, aku jadi ingin bekerja."
"Untuk apa? Yang harus kamu lakukan adalah diam di rumah, dan bersenang-senang. Bekerja adalah tugasku dan Tante Taeyeon."
"Kenapa? Karena aku cacat kah?"
Jimin menggeleng pelan. "Bukan begitu, cantik. Tetapi kerja di negera ini memiliki syarat."
"Contohnya?"
"Tinggi badan, berat badan, good looking, fashionable, dan masih banyak lagi. Kemarin saja bosku memintaku untuk mencari wanita yang dadanya besar untuk jadi kasir supaya para pembeli lebih tertarik."
"Sungguh??" Minjeong kaget mendengarnya.
"Ya, begitulah."
"Menyeramkan, tetapi aku ingin tetap bekerja."
Minjeong ingin merasakannya, ingin memiliki pengalaman dimana dia bisa mendapatkan uang sendiri dengan hasil kerja kerasnya sendiri. Dan menyiapkan diri jika hal yang buruk terjadi suatu hari nanti.
"Kamu harus meminta izin kepada mama mu terlebih dahulu."
"Dia pasti tidak akan memberikan izin. Kamu yang harus berbicara dengannya, mama selalu mengiyakan jika kamu yang meminta." Balas Minjeong.
Jimin tertawa mendengarnya, ia sudah dianggap seperti anak sendiri oleh Taeyeon dan dipercaya bisa menjaga Minjeong.
"Baiklah, sekarang waktunya jalan-jalan!"
"Aku mau pergi ke perpustakaan!"
"Perpustakaan, cantik? Okeyy, kita berangkat!"
~~~
Minjeong suka baca buku, begitu menghayati sampai dia merasa masuk ke dalam cerita yang ia baca.
Berbeda dengan Jimin, dia lebih suka mendengar cerita. Jadi setiap Minjeong selesai menamatkan novel, dia akan langsung menceritakan seluruh alurnya kepada Jimin.
Dan sekarang, Jimin sedang menemani Minjeong mencari buku yang menarik. Disaat bersamaan dia juga ingin buang air kecil, tetapi Minjeong tidak mau ditinggal karena takut, sendirian di tengah keramaian tanpa ada orang yang menemaninya, sangat seram! Bagaimana jika ada orang jahat?
Jadi, Minjeong pun ikut ke toilet, menunggu Jimin menyelesaikan urusannya. Setiap ada orang yang masuk ke dalam toilet, Minjeong segera menunduk, berpura-pura memainkan ponsel Jimin (padahal ponselnya mati) supaya dirinya tidak berkontak mata dengan siapapun.
Jimin pun keluar dengan helaan nafas lega, akhirnya. Dia tersenyum dan mulai mendorong kursi roda Minjeong keluar toilet.
"Apakah kamu sudah menemukan buka mana yang mau dibaca?" Tanya Jimin.
"Sudah!" Jawab Minjeong antusias.
Mereka berdua pun mengambil buku yang Minjeong inginkan. "Kamu, banyak sekali buku yang akan kamu pinjam." Ucap Jimin karena Minjeong membawa lebih dari 5 buku.
"Kenapa? Memangnya tidak boleh?"
"Tidak boleh, cantik. Kita hanya akan meminjamnya, bukan membeli. Jadi ada batasan untuk meminjam buku disini." Jelas Jimin sembari mengusap lembut kepala Minjeong, memberi pengertian kepada si gadis Kim supaya tidak meminjam banyak buku.
"Jadi harus berapa buku yang boleh aku pinjam?"
Jimin menunjuk papan peraturan yang dipajang dekat jam dinding besar. "Mereka hanya memperbolehkan maksimal 3 buku untuk dipinjamkan. Jadi, kamu harus berpikir untuk meminjam yang mana."
Minjeong sangat keberatan. Masalahnya 7 buku yang ia pegang sekarang sangat menarik untuk dibaca. Dia pun mulai berpikir keras, dan Jimin menunggu dengan sabar.
Seorang gadis datang menghampiri mereka, menyapa dengan ramah dan senyuman manisnya. "Hai, kamu sepertinya suka sekali membaca buku."
Minjeong terkejut, dia segera memegang ujung jaket yang dikenakan Jimin. Membuat buku-buku yang dipegangnya berjatuhan ke lantai.
Gadis yang menyapanya tadi, membantu membawa buku-buku yang terjatuh.
"Hai, juga." Balas Jimin, "dia emang suka baca, sekarang lagi bingung mau buku mana yang pengen dia pinjam."
Lagi, gadis itu tersenyum manis lagi. "Kalau begitu, kamu bisa bawa semuanya."
Tidak tahu keberanian datang darimana, Minjeong bertatapan dengan gadis itu dan bertanya, "benarkah? Aku bisa bawa semuanya?"
"Iya, asal kamu kasih tau siapa nama kamu. Baru aku perbolehkan."
Minjeong mengalihkan pandangannya, memandang Jimin yang mengangguk, meyakinkan jika dia boleh memberitahu namanya.
"Minjeong, namaku Kim Minjeong."
"Halo, Kim Minjeong. Aku Ning Yizhuo. Panggil aku Ning!"
"Ning."
"Ya, Minjeong?"
"Terimakasih."
Ning mengangguk. "Sama-sama."
Setelah mendaftarkan nama di dalam daftar orang-orang yang meminjam buku perpustakaan, Minjeong pun melihat batas waktu untuk mengembalikan buku yang ia pinjam. Hanya di beri waktu satu Minggu, dan itu lebih dari cukup.
Minjeong tersenyum senang dan memeluk buku-bukunya, dia sangat berterimakasih kepada Ning karena sudah membantunya. Ternyata Ning adalah salah satu pegawai yang bekerja di perpustakaan.
Hmm, Minjeong juga sangat ingin bekerja.
"Senang, cantik?"
"Ya! Sangat senang, ayo kita pulang! Aku mau baca buku-bukunya."
"Ok--"
"Minjeong!"
Ada yang meneriakkan namanya, Minjeong segera menutup kedua matanya dan berpegangan ke Jimin.
Ternyata Ning yang memanggilnya. "Minjeong."
"Kenapa?" Tanya Minjeong.
"Jika kamu mau, bekerjalah disini. Kami sedang membutuhkan orang."
Minjeong lagi-lagi dibuat terkejut. Ada yang menawarkan pekerjaan kepadanya, dia bisa bekerja. Tapi, ada rasa takut di dalam dirinya. Bagaimana jika dia mengacau? Bagaimana jika dirinya tidak bisa diandalkan? Bagaimana jika--
"Bisa, kamu pasti bisa. Aku percaya, kamu bisa." Jimin mengusap lembut kepala Minjeong.
Dan Minjeong pun mengangguk. "Aku ingin mencobanya."
Ning berteriak senang, "baiklah! Datang lagi hari Selasa, dan ini persyaratan yang harus kamu bawa."
Minjeong membaca catatan yang diberikan oleh Ning. Helaan nafas lega ia keluarkan ketika dirinya memenuhi syarat untuk bekerja di Perpustakaan. Hanya saja, apakah orang cacat sepertinya, akan di terima?
"Kamu pasti bisa, Minjeong. Bos kami baik sekali, jadi jangan khawatir, aku bisa melihatnya. Kamu memang ditakdirkan untuk bekerja disini, bersamaku!"
Jimin tertawa, dan dia merasakan perasaan baik, dan aman. Minjeong pasti akan baik-baik saja.
"Sampai ketemu hari Selasa!"
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Savior
Romantizm→_→ When you're with the right person, every plece is a right plece. Grey, 2023 (inspired by; Josee, the Tiger and the Fish) slow update 🐢