tak apa

175 27 1
                                    







"Kamu berjanji, Jimin." Taeyeon memperingati Jimin lagi dan lagi, kemarin setelah berdebat dengan si gadis Yoo tentang anaknya yang ingin bekerja, akhirnya Taeyeon pun memberikan izin.

Asalkan, Jimin selalu ada dan untuk mengawasi dan menjaga anaknya. Jimin pun bersedia, walaupun dia juga ada kerjaan, tetapi itu tidak menjadi masalah.

Minjeong tersenyum senang, dia menggenggam tangan Jimin dengan erat, "mama jangan khawatir, aku bersama Jimin. Aku pasti aman bersamanya."

Jimin pun ikut tersenyum, membalas genggaman tangan Minjeong tidak kalah erat, dan menatap Taeyeon dengan yakin. "Tenang saja, tante. Sudah saya pastikan, Minjeong akan nyaman bekerja disana."

"Kalau begitu, hati-hati di jalan. Kabari kalau terjadi sesuatu."

"Siap! Kami berangkat!"




~~~




Minjeong terus menjaga kontak mata dengan Ning dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan percaya diri selama mereka berdua melakukan interview.

Untungnya, Jimin selalu menemaninya untuk latihan, jadi ia tidak merasa sangat gugup. Rasa percaya dirinya terpancar, dan ketika Ning tersenyum ditambah dengan kepalanya mengangguk; Minjeong akhirnya bisa bernafas lega.


"Selamat Minjeong! Besok kamu sudah siap untuk bekerja?"

"Siap." Balas Minjeong dengan yakin.

Ning pun mengelus bahu Minjeong. "Kerja bagus, tolong kerjasamanya dan jangan mengecewakan aku yaa."

"Baik, aku sangat berterimakasih pada mu, Ning. Aku akan bekerja keras!"

"Itu baru Kim Minjeong."

"Ngomong-ngomong..."

"Apa tuh?"

Minjeong berbisik, "bos mu tidak datang hari ini?"

Ning tertawa. "Bos yang kamu maksud ada disini."

"Hah?"

"Akulah bos nya."

"EHHH??? JIMIN!!" Entah mengapa, Minjeong reflek memanggil Jimin. Dan gadis  yang sedang menunggu di luar ruangan pun segera menerobos masuk dengan wajah paniknya, "ada apa???"

"Ning adalah bosku! Bagaimana ini???"


Jimin dan Ning tertawa, menurut mereka Minjeong sangat menggemaskan. Jimin pun menutup pintu ruangan dan mendekat ke arah Minjeong untuk mengelus kepalanya dengan lembut. "Ning adalah temanku, jadi kamu jangan khawatir."

Ternyata Ning berbohong ketika dia bilang kalau dia bekerja di perpustakaan, tidak sepenuhnya berbohong, tetapi tetap saja; Minjeong tidak menyangka bahwa yang menawarkan pekerjaan langsung padanya adalah bosnya sendiri.

Atau mungkin, Minjeong memang mudah dibohongi.

Jimin pun pamit kepada Ning karena urusannya sudah selesai. "Kalau begitu, kami pulang dulu."

"Ya, hati-hati di jalan. Dan Minjeong, besok jangan terlambat yaaa."

Minjeong mengangguk. "Siap, bos."




~~~



Di perjalanan pulang, Minjeong meminta Jimin untuk bercerita bagaimana bisa dia mengenal Ning. Jimin pun dengan senang hati menceritakannya.

Ning adalah pacarnya Aeri. Jimin mulai mengenal Ning saat Aeri berkencan dengannya, dan tidak aneh jika Minjeong mudah untuk mendapatkan informasi tentang lowongan pekerjaan ketika Jimin berteman dekat dengan seorang bos.

Tetapi, Minjeong akan membuktikan jika dirinya memang sanggup dan pantas untuk bekerja, bukan hanya karena dia mendapatkan bantuan dari orang dalam.

"Mau makan es krim?" Tanya Jimin.

"Tidak."

"Mau mendengarkan lagu sembari makan es krim?"

"Tidak mau."

Jimin tertawa pelan, "mau apa dong?"

"Makan es krim di pantai seperti biasanya." Jawab Minjeong.

Jimin melirik jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, masih ada beberapa jam sebelum dirinya bekerja. Kepalanya mengangguk, "okey, cantik."





Mereka berdua pun membeli es krim, memakan es krim itu sembari memandang lautan, mendengarkan suara deruan ombak.

Lautan itu sangat dalam, Minjeong melirik Jimin. Ya, sabarnya Jimin itu sedalam lautan. Sungguh mengagumkan bagaimana Jimin tidak pernah muak dengan sifat kekanak-kanakan yang ia miliki.

Jimin selalu mengabulkan permintaannya.



"Cantik." Panggil Jimin.

"Yaaa?"

"Untuk tetap hidup, bunga membutuhkan air. Kalau kamu, membutuhkan apa?"

Minjeong tersenyum. "Kamu."

"Aku?" Jimin menunjuk dirinya sendiri.

"Ya, Jimin." Balas Minjeong, "aku membutuhkan kamu untuk tetap hidup."

Semua makhluk hidup mempunyai kebutuhannya masing-masing, seperti bunga yang membutuhkan air untuk hidup, dan Minjeong membutuhkan Jimin untuk tetap merasakan hidup.

"Bagaimana dengan mu, Jimin? Apa yang kamu butuhkan?" Minjeong bertanya balik, dia mengalihkan pandangannya ke laut, kembali memasukkan satu sendok es krim ke dalam mulutnya.

Kali ini, Jimin tidak mau mengalihkan pandangannya. Dia terus menatap Minjeong, wajahnya yang sedikit pucat, kedua pipinya yang bulat dan halus, matanya yang berbinar. Minjeong terlihat sangat cantik, tidak; Minjeong memang selalu terlihat cantik.

"Aku juga membutuhkan kamu untuk tetap hidup." Jimin mendekat, menarik Minjeong ke dalam pelukan hangat. "Teruslah hidup, Minjeong."

Walaupun terhalang tembok yang tinggi dan kokoh, teruslah hidup. Walaupun semuanya memuakkan, teruslah hidup. Walaupun dunia ini penuh dengan harimau, teruslah hidup. Walaupun setiap hari hanya diisi dengan tangisan, teruslah hidup. Walaupun rasanya berat, teruslah hidup. Karena....

"Jimin, selama kamu ada, aku takkan kenapa-kenapa. Apapun yang terjadi, selama kamu ada, aku tak apa."




To Be Continued...






SaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang