Neondra baru saja kembali ke kelas setelah tadi dia di kantin untuk mengisi perutnya yang lapar. Di dalam kelas miliknya tak terdapat banyak siswa, karna sebenarnya memang belum waktunya untuk masuk ke pembelajaran berikutnya lagi.
Memang tak banyak yang ada di dalam kelas 11a itu, salah satunya ada Vivi yang sedang berkumpul bersama nandra dan Omar serta satu wanita lagi yang dari kelihatannya seperti bukan kelas 11 lagi.
"Ngapain ngumpul disini?" Neondra bertanya pada 3 temannya kecuali Vivi karna mereka sekelas.
"Betul kata nandra tadi?" Seorang wanita yang seperti senior itu malah balik bertanya kepada Neondra
"Kenapa harus sekarang sih bahasanya kak naina?" Neondra dengan wajah yang sedikit tidak suka soal apa yang dibicarakan
"Harus neon, lu tau nggak sih kita sekarang terancam? Lu harus paham kalo semua ini akan berakibat buruk kalo ketauan." Vivi mengatakan dengan tegas dengan wajah yang tak bisa dia sembunyikan bahwa saat ini ada kekhawatiran dalam hatinya.
"Gua tau Vi, tapi kalo sekarang kita bahas justru memudahkan mereka buat mengetahui kita." Neondra berusaha meyakinkan Vivi bahwa pembahasan mereka ini sangat berbahaya sekarang ini.
"Udah, kita bahas nanti aja di rumah. Sekarang mending kak naina balik kekelas, gua dan Omar pun bakal balik." Nandra tak ingin ada pertengkaran apapun antara teman-temannya yang kini sedang ketakutan itu.
"Bener kata nandra, ayo balik sebentar lagi bel masuk bunyi." Omar ikut menyambung ucapan dari nandra
Percakapan benar-benar berakhir di sana. nandra, Omar, serta naina pun pergi menuju kelas masing-masing meninggalkan Vivi dan neondra.
"Neon, serius guru baru itu?" Vivi khawatir dan sangat penasaran, dia tidak bisa berhenti bertanya pada Neondra.
"Iya, gua sama nandra dan Omar berspekulasi kalo pak Kana dan guru baru itu emang ngincar bagian dari itu." Neondra bukan orang yang bisa menyembunyikan sesuatu dari seorang Vivi yang merupakan gadis keras kepala.
"Trus gimana caranya? Apa kita mau pasrah aja gitu dan pada akhirnya ketauan?" Boleh jujur, wajah Vivi yang cantik itu kini hanya menampilkan kecemasan dan kekhawatiran, tak ada senyuman di wajah itu.
"Nggak, gua nggak bakal diem gitu aja. Gua bakal omongin masalah ini ke pak fardan, gimana nantinya bakal diputuskan bersama." Neondra berkata sambil memegang bahu dari Vivi, dia akan meyakinkan Vivi bahwa semuanya akan baik-baik saja dan berharap Vivi maupun yang lain tidak takut lagi.
"Gua percaya Lo dan pak fardan bisa nanganin ini semua neon, dan gua berharap semua akan baik-baik aja" Vivi memasrahkan wajahnya, dia sekarang hanya bisa percaya pada neon dan gurunya, pak fardan.
*************
Dilabor biologi
"Sial, kalo dia itu gua nggak bisa deketinnya. Lu tau sendiri kan gua apa?" Maerda sedikit frustasi karna fakta tentang Omar yang malah menjadi seperti jalan buntu baginya.
"Ya emang, lu nggak bisa deketin dia dengan hal itu" ucap kana yang justru hal itu rasa malah membuat kepala Maer ingin meledak.
"Kenapa nggak lu aja?" Maerda yang seakan sadar posisi kana itu juga termasuk dibawah dia.
"Gila aja lu ngorbanin gua nggak mau, mending Ama lu aja gua mah di bandingkan sama bocah kayak Omar" Kana sangat tidak setuju dengan saran dari maerda.
"Ya trus gimana deketin Omar nya? Atau Rara aja kali ya?" Maer yang seperti mempunyai ide brilian sekarang.
"Bener juga." Kana dengan wajah gembira merespon "tunggu, Rara kan sekarang ada di Australia" yang seperti menyadari ada kesalahan tertentu dari ide maerda.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERBEDA
Fanfiction"kamu........" Maerda dengan wajah kaget melihat muridnya itu. "ya, gimana pak? suka?" senyuman manis tapi terlihat mengerikan dari siswa berprestasi Neondra. Hal yang paling Maer takutkan di dunia ini adalah identitas aslinya yang terungkap. Ma...