7 : DIBAWA PULANG

35 13 6
                                    

Sejenak Remy tersenyum mendengar pertanyaan dokter Ilham.

"Mau tak mau, saya harus membawanya pulang ke rumah saya, Om. Untuk menjaga reputasi saya di mata relasi saya dan juga untuk membungkam mulut perempuan itu. Siapa tahu di balik penampilannya yang polos dan sok galak itu dia akan mengumbar berita bahwa dia hanya pengantin pengganti kemudian memerasku," ujar Remy.

Dokter Ilham tersenyum.

"Kalau dilihat dari anaknya sepertinya dia tidak seperti itu," ujar dokter Ilham.

"Kita tidak bisa menyimpulkan dengan sembarangan, Om. Karena Dona yang kukenal selama ini juga ternyata tidak bisa ditebak isi hatinya, kan? Apalagi ini yang baru kutemui hari ini. Sepertinya aku tetap harus waspada dengan makhluk berjenis perempuan," ujar Remy sedikit defensif.

Dokter Ilham hanya tersenyum kemudian menepuk bahu Remy yang jauh lebih tinggi.

"Baiklah. Aku percaya dengan langkah yang akan kamu ambil selanjutnya, Kamu itu persis seperti mendiang papamu, selalu mengambil langkah yang sistematis," ujar dokter Ilham.

"Kecuali langkahnya saat bertemu dengan ibunya si tengil Lukas itu!" sahut Remy dengan wajah muram tiba-tiba.

"Bagaimanapun, Lukas itu adalah adikmu meski kalian berbeda ibu, Remy. Kalian memiliki darah yang sama," ujar dokter Ilham dengan bijak.

"Itu pula yang membuat saya hilang respect sama papa saya, Om," ujar Remy dengan suara rendah.

"Tidak ada manusia yang sempurna, Remy. Setepat apapun papamu dalam merencanakan hidupnya, nyatanya dia masih manusia biasa yang hatinya mudah tersentuh oleh sebuah cinta," kata dokter Ilham mengenai William, ayah Remy.

Remy terdiam.

"Baiklah. Kalau membawa Nesia pulang ke rumahmu adalah langkah terbaik yang harus kamu ambil saat ini. Tapi pesenku satu, Remy. Perlakukan dengan baik. Bagaimanapun dia juga manusia, terlebih perempuan." Dokter Ilham memberinya nasihat.

"Om Ilham tak perlu khawatir untuk soal ini. Meskipun aku sama sekali tak mengenal perempuan ini, tapi aku juga tak ingin membuatnya menderita karena terseret dalam masalah saya." Remy berkata bijak.

Dokter Ilham mengangguk kemudian berlalu meninggalkan Remy setelah suster yang mengurus Nesia tadi selesai dengan pekerjaannya.

"Aku harus kembali bertugas, Remy. Jangan lupa hati-hati," pesan dokter Ilham dengan senyumnya yang selalu bijak dan menyejukkan.

"Tagihan rumah sakit kirim saja ke email kantor, Om. Saya sedang tidak membawa kartu apapun," kata Remy dengan senyum malu.

Dokter Ilham tertawa mendengar kejujuran Remy. Dokter Ilham mengenal laki-laki tampan ini semenjak dia kecil, sehingga hafal betul dengan perangai Remy.

"Baiklah. Mungkin akan berlipat ganda," kelakar dokter Ilham.

"Om nggak perlu khawatir, saya akan tetap membayarnya berapapun lipatannya,: jawab Remy dengan senyum lalu mengangguk dan kembali masuk ke ruang rawat inap Nesia.

Sampai di sana yang dilihatnya adalah Nesia yang sudah lepas dari semua alat medis yang tadi menempel. Namun wajahnya masih terlihat muram dan galak.

"Kita pulang sekarang!" perintah Remy dengan tegas dan wajah yang tanpa ekspresi.

Lukas mengangguk patuh, namun tidak demikian dengan Nesia. Gadis itu menatap Remy dengan tatapan menyalak.

"Kalau saya tidak mau?" tantang Nesia.

Remy tidak bereaksi apalagi menjawab. Dia hanya mengedikkan dagunya ke arah Lukas sebagai kode bahwa Lukas sebaiknya menghandle perempuan keras kepala ini. Lukas mengangguk dan Remy berjalan keluar ruangan, mendahului kedua orang itu. Tak peduli apakah nanti Lukas bisa menangani perempuan ini atau tidak.

FROM THE WEDDING HALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang