9 : LELAKI YANG TAK PANTAS DICINTAI

30 11 12
                                    

Mendengar pertanyaan sarat rasa ingin tahu seperti itu membuat Remy spontan tersenyum meski jelas terlihat sinis. 'Benar-benar perempuan yang kebanyakan mulut!' batin Remy kesal.

"Saya rasa kamu tidak sebodoh itu untuk memahami apa yang tertulis di dalamnya," jawab Remy dengan penuh penghinaan. "Kamu bisa membaca, kan?"

Nesia geram mendengar kalimat yang tidak ramah itu.

"Ya, Tuan Remy. Mungkin saya yang bodoh sehingga tidak bisa memahami apa maksud dari tata bahasa orang-orang terhormat seperti Anda!" jawab Nesia dengan berani.

"Dalam surat perjanjian itu, saya menawarkan sebuah hubungan pernikahan yang akan berakhir dalam jangka waktu tertentu. Tentu tidak cuma-cuma karena saya dan tim advokasi saya sudah mempertimbangkan segala sesuatunya. Saya akan memberikan kompensasi yang cukup selama kamu berperan sebagai istri saya," jawab Remy kemudian.

"Lalu Anda berpikir saya akan menerimanya dengan senang hati?" tanya Nesia begitu mengejutkan. Nada mengejeknya membuat Lukas heran, terlebih Remy.

"Ya, karena kurasa setiap perempuan akan senang kompensasi yang berwujud materi," jawab Remy dengan kesombongan maksimal.

Sekarang gantian Nesia yang tersenyum sinis. Gadis itu mendongak, menantang tatapan mata Remy dengan berani, sekali lagi.

"Sayangnya saya bukan perempuan yang pernah Anda temui sehingga Anda harus merubah cara pandang Anda, Tuan Remy. Karena tidak semua perempuan akan sama seperti apa yang Anda katakan." Nesia berkata tegas.

"Apakah itu artinya kamu menolak penawaran perjanjian pernikahan yang saya tawarkan ini?" tanya Remy bergerak mengurung Nesia dengan kedua tangannya yang panjang, kembali menebar aura tak menyenangkan.

"Tentu saja saya menolaknya, Tuan Remy. Saya sudah mengatakan dari awal, bahwa tidak melawan kedua orang Anda yang menggiring saya untuk menikah dengan Anda adalah sebuah kesalahan besar yang saya lakukan. Jadi saya tidak akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya dengan mengikuti kembali apa yang Anda tawarkan. Atau saya akan terjerumus dalam kesalahan berikutnya!" Nesia berkata panjang lebar.

Remy menyipitkan matanya.

"Apa kamu berpikir bahwa kamu bisa menolak?" tanya Remy penuh intimidasi.

"Mengapa tidak?" Nesia balik bertanya dengan penuh rasa percaya diri.

"Apakah kamu lupa bahwa hari ini kamu sudah melakukan akad nikah denganku? Bahkan surat nikahnya resmi ada dan sah dari kantor yang berwenang," jawab Remy dengan santai namun terdengar jelas dan tegas, membuat Nesia sedikit ragu dengan keberaniannya.

Tetapi bukan Nesia kalau dia tidak bisa mencari alasan untuk mengelak dari drama yang diciptakan Remy, yang sialnya dia menjadi salah satu tokoh sentralnya kali ini.

"Oh,ya? Bukannya saya hanya menggantikan resepsinya saja? Secara administrasi dan segala hal dokumen semua masih atas nama Dona. Jadi seharusnya Anda berterima kasih sama saya yang telah menyelamatkan hari Anda dari rasa malu hari ini!" ujar Nesia tak mau kalah.

"Benarkah?" tanya Remy masih dengan sikap santai.

"Tentu saja. Jadi, lupakan berkas penawaran ini karena saya tidak akan pernah menyetujui apapun itu. Dan ijinkan saya pulang ke kontrakan saya karena saya lelah dengan peran drama kalian hari ini. Dan saya berjanji, tidak akan mempermasalahkan apapun yang telah terjadi hari ini. Tidak akan menyinggung sedikit pun kehidupan Anda apalagi akan memanfaatkan Anda untuk pemenuhan kebutuhan materi saya!" Nesia menawarkan solusi terbaik yang mungkin bisa mereka sepakati bersama.

Remy sama sekali tidak menggubris omongan Nesia. Laki-laki tampan itu menatap ke arah Lukas yang sejak tadi berdiri dengan tenang di belakang mereka.

"Lukas, tolong ambilkan buku nikah kami!" perintah Remy.

"Baik, Tuan," jawab Lukas sambil mengangguk kemudian bergegas meninggalkan Remy dan Nesia untuk mengambil apa yang Remy perintahkan.

Hanya beberapa saat, Lukas sudah kembali lagi dengan buku nikah ada di kedua tangannya.

"Ini, Tuan," ujar Lukas sambil memberikan buku nikah itu kepada Remy, dan kembali ke posisinya semula. Remy menerimanya kemudian memberikan salah satunya pada Nesia.

"Bacalah. Mungkin kamu perlu mencermatinya agar kamu tahu bahwa yang kutawarkan memiliki dasar, yaitu buku nikah antara kita," ujar Remy yang kembali duduk di kursinya semula.

Nesia menerima buku kecil itu dengan tangan gemetar dan jantung berdebar. Perlahan dia membukanya dengan ketakutan yang nyata, seolah sedang membuka dosa-dosa masa lalu. Dan ketika dia membuka lembaran dimana terdapat poto pemilik buku nikah, seketika wajah Nesia memucat karena yang terpampang di sana adalah potret Remy dan juga foto dirinya.

Seketika Nesia mendongak menatap Remy dan Lukas, menuntut penjelasan.

"Bisakah kalian berdua jelaskan apa maksud buku nikah in?" tanya Nesia dengan gemetar.

"Artinya sudah jelas bahwa kamu adalah istri saya, mau atau tidak mau, setuju atau tidak setuju," jawab Remy dengan tenang.

Nesia menggeleng. Dia kemudian menatap pada Lukas, seolah mencari kebenaran bahwa apa yang dikatakan oleh Remy itu tidak benar.

"Tuan Lukas, ini ... ini tidak benar, kan? Ini palsu, kan? Dari mana kalian mendapatkan identitas dan foto saya?" tanya Nesia dengan panik.

Sungguh, dia tak sanggup membayangkan berada pada alam dimana tiba-tiba dia sudah menikah dengan orang yang bahkan baru dikenalnya hari ini. Padahal semalam dia masih bersitegang dengan Vino karena penolakan orang tua Vino padanya. Dan hari ini? Tiba-tiba saja dia sudah menjadi istri laki-laki lain? Yang bahkan tidak diketahuinya siapa.

Sejujurnya Lukas kasihan melihat bagaimana paniknya Nesia dengan kenyataan itu. Namun jelas bahwa Lukas tak mungkin menyangkal pernikahan itu.

"Sayangnya itu benar, Nona Nesia. Jadi, kalau boleh saya menyarankan, mungkin akan lebih baik untuk Anda jika berkenan mempertimbangkan tawaran Tuan Remy," jawab Lukas.

"Tuan Lukas? Bukankah ini sebuah jebakan? Anda sudah mengatakan bahwa Anda menjamin keselamatan saya, mengapa sekarang Anda bersikap seolah menyarankan agar saya menerima pernikahan ini?" tanya Nesia menatap Lukas dengan tajam.

"Karena hanya itu yang bisa kamu lakukan, Nona Nesia." Remy tiba-tiba menyela pembicaraan Nesia dan Lukas.

"Tapi ini bukan keinginan saya, Tuan Remy yang terhormat. Pernikahan itu terjadi hanya karena saya menggantikan posisi Dona yang lebih memilih kabur karena tak mau bersama dengan orang yang arogan seperti Anda!" jawab Nesia masih saja keukeuh dengan pendiriannya.

Remy terkejut mendengar kalimat Nesia yang begitu saja menghakimi dirinya tanpa tahu apa dan mengapa. Tersulut emosi, tangan Remy terangkat hendak menampar Nesia sehingga gadis itu otomatis mengerutkan bahunya untuk menyelamatkan diri.

"Tunggu, Tuan! Anda jangan gegabah!" Lukas segera berderap maju untuk mencegah pemukulan itu. Lukas mencengkram pergelangan tangan Remy yang sudah gemetar menahan emosi. Lalu pelan-pelan Lukas menurunkan tangan Remy dan menenangkannya.

"Tenang, Tuan. Sebaiknya Anda kembali ke kamar, biar saya yang membujuk Nona Nesia," ujar Lukas dengan sabar.

Remy mendengus kesal kemudian bergegas meninggalkan Lukas dan Nesia yang masih shock karena hendak ditampar oleh Remy. Tak ingin melihat Nesia yang ketakutan, Lukas mendekati Nesia yang sepertinya juga sedang tersulut emosi.

"Maaf, Nona. Sebelumnya. Atas nama tuan Remy, saya meminta maaf jika hal ini kurang berkenan. Harap Anda maklum karena peristiwa hari ini benar-benar melukai perasaan tuan Remy," kata Lukas untuk menenangkan Nesia.

"Anda tahu apa yang membuat dia ditinggalkan calon istrinya, Tuan Lukas?" tanya Nesia dengan suara gemetar oleh amarah.

Lukas tersenyum bijak dan menggeleng. Tentu bukan hal bijak jika dia mengumbar rahasia orang lain.

"Karena dia laki-laki arogan yang tak pantas untuk dicintai, Tuan Lukas!" seru Nesia dengan suara geram tertahan. Napasnya memburu.


***


FROM THE WEDDING HALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang