4 : PINGSAN

40 13 7
                                    

Tak ingin melihat keterkejutan Nesia yang sangat tidak elegan itu, Remy —calon mempelai laki-laki hari ini— segera mencengkeram lengan atas Nesia dan memaksanya berjalan menuju ke aula utama Martha Hall untuk melakukan prosesi pernikahan, seperti yang dikatakan oleh laki-laki itu beberapa menit lalu.

'Pernikahan?' tanya Nesia dalam hati dengan bingung. Dia segera mencubit lengannya sendiri hanya untuk meyakinkan dirinya bahwa dia tidak sedang berhalusinasi karena kegagalannya menjalin hubungan serius dengan Vino, tadi malam.

Beberapa bridesmaid juga sudah berjajar rapi dengan pakaian seragamnya yang terlihat sangat elegan, juga beberapa laki-laki yang berseragam semuanya sudah berjajar rapi di sisi kiri dan kanan liring menuju ke aula utama.

Sungguh, Nesia ingin melepaskan dirinya dari cengkeraman tangan lelaki itu. Namun, jelas itu tak mudah dilakukannya. Karena selain cengkeraman laki-laki itu begitu kuat di lengannya, juga karena adanya beberapa penjaga yang berjalan siaga di belakang mereka.

"Tuan, bisakah Anda jelaskan mengapa harus saya yang berada di aula ini? Bukannya seharusnya tunangan Anda? Mengapa justru saya yang anda paksa berada di posisi ini?" tanya Nesia dengan suara yang rendah namun terdengar jelas di telinga Remy. Gadis itu mendongak, menatap laki-laki tinggi yang berjalan di sebelahnya dengan muka dingin itu. Baiklah, harus Nesia akui bahwa Remy memang tampan. Tapi demi apapun, dia tidak menginginkan pernikahan gila seperti ini.

"Sebaiknya kamu menjaga mulutmu dari rasa ingin tahumu yang tak penting itu. Tak ada waktu untuk menjelaskannya!" jawab Remy tanpa menoleh sedikitpun.

"Tapi saya tak mau menikah dengan Anda!" tegas Nesia mendongak, menatap lelaki tinggi itu, dan berkata dengan suara rendah karena diucapkannya dengan bibir terkatup rapat.

Yang membuat Nesia semakin kesal karena Remy tidak peduli dengan kalimat Nesia.

"Kamu pikir aku mau? Kalau tidak terpaksa, aku juga tak sudi melakukannya!" jawab Remy dengan tegas.

"Kalau Anda tidak mau, dan saya juga tidak ingin, mengapa Anda harus melakukan hal konyol seperti ini?" tanya Nesia lagi, tak puas dengan jawaban Remy.

"Aku tak peduli dengan apapun yang kamu katakan. Karena yang harus aku lakukan saat ini adalah menyelamatkan harga diriku di hadapan para tamu yang terlanjur datang," jawab Remy sedikit.

Nesia kesal dan tersenyum sinis. 'Pantesan ditinggalkan tunangannya. Ternyata dia laki-laki yang bermulut tajam!" keluh Nesia dalam hati.

Ketika tiba di depan pintu menuju aula utama, Nesia menghentikan langkahnya sehingga mau tak mau Remy juga ikut berhenti. Laki-laki itu menoleh, menatap Nesia yang mendongak ke arahnya dengan wajah yang menyedihkan.

Meski tidak sepenuhnya mirip, namun make over yang dilakukan tukang make up tadi sepertinya bisa mengelabui tamu karena Nesia dibuat begitu mirip dengan Dona, calon mempelai perempuan yang seharusnya hadir namun entah apa yang terjadi sehingga Nesia begitu sial dengan menggantikannya untuk berada di sini.

"Sebaiknya Anda pikirkan kembali sebelum kita benar-benar masuk ke dalam untuk melakukan apa yang Anda rencanakan. Karena ketika kita maju satu langkah saja ke depan, Anda tahu bahwa kita tidak akan bisa mundur, kan?" tanya Nesia.

"Sebaiknya kamu tidak banyak berkata agar semuanya segera selesai!" tegas Remy tak menerima apapun.

"Baiklah. Saya akan menolong Anda kali ini. Tapi Anda harus berjanji bahwa setelah ini, saya bisa pulang dengan segera." Nesia berkata ketus.

Remy tidak menjawab dan hanya tersenyum masam.

Belum lagi Nesia hendak berkata, seorang MC sudah mulai membacakan susunan acara yang akan berlangsung di aula, sehingga mau tak mau dia mengikuti apa yang Remy rencanakan. Yang Nesia inginkan saat ini adalah semua drama ini segera selesai dan dia bisa melepas baju sialan ini kemudian makan yang kenyang.

FROM THE WEDDING HALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang