11 : PEREMPUAN YANG MANA?

33 11 3
                                    

Jika tadi Nesia yang bingung dengan maksud dari kata-kata selayaknya suami istri yang tercantum dalam perjanjian pernikahan itu, kini giliran Lukas dan Remy yang bingung dan bahkan saling berpandangan dengan muka sama-sama memerah karena malu sendiri dengan kalimat itu. 'Bagaimana bisa ada gadis sepolos dan terus terang seperti ini? Tidakkah ini pertanyaan tabu bagi seorang gadis?'

"Mengapa Anda berdua bingung? Adakah maksud lain yang Anda sembunyikan?" tanya Nesia menuntut karena dia mencurigai sesuatu.

"Tenang, Nona Nesia. Ini tidak seperti yang Anda pikirkan," Lukas buru-buru menetralkan ketegangan yang mendadak muncul.

"Kalau ini tidak seperti yang saya pikirkan, tolong beri saya penjelasan, Tuan Lukas," ujar Nesia tegas.

"Sepertinya kamu berpikir terlalu jauh sehingga merasa ketakutan seperti itu, Nona Nesia. Kalau yang kamu pikirkan adalah tentang hubungan suami istri dalam artian seks, mungkin kamu bisa tenang karena ini bukan mengacu pada sebuah hubungan seks. Karena saya tidak mungkin berselera sama kamu," ujar Remy dengan santai.

Seketika Nesia melotot.

"Harap catat, ya, Tuan Remy. Saya juga tidak akan mau berurusan ranjang dengan Anda. Anda sama sekali bukan selera saya untuk satu hal itu." Nesia menimpali kalimat Remy dengan tak kalah pedasnya. Sebenarnya Nesia merasa malu mengatakan hal ini, tetapi dia tak akan membiarkan Remy merendahkannya dengan mudah.

Giliran Lukas yang kebingungan berada di antara dua manusia yang sama-sama tidak tertarik satu sama lain itu. 'Bukankah ini tentang kesepakatan? Tidak seharusnya mereka melibatkan rasa suka atau rasa tertarik dalam pembahasan ini. Benar, kan?' Lukas membatin dengan kesal.

"Maaf, Nona Nesia dan Tuan Remy, apakah kita bisa melanjutkan pembahasan atau akan berdebat terlebih dahulu?" tanya Lukas untuk menghentikan perbincangan penuh konfrontasi itu.

"Tentu saja bisa, Tuan Lukas. Saya setuju dengan apapun syarat yang tertulis di dalamnya, Tapi tolong sertakan pasal bahwa tidak akan ada seks di antara kami berdua, tidur di kamar yang terpisah, dan urusan hanya sekedar formalitas," tegas Nesia tanpa mempedulikan wajah Remy yang menatap geram ke arahnya.

'Bagaimana mungkin ada perempuan seperti ini?' batin Remy dengan kesal.

"Bagaimana dengan permintaan penambahan pasal yang ini, Tuan Remy?" tanya Lukas menatap Remy.

"Aku tidak keberatan! Bahkan ini memang yang seharusnya. Tambahkan saja," jawab Remy tanpa menimbang lagi. 'Tidakkah dia tahu betapa banyak perempuan di luar sana yang ingin seranjang denganku? Dasar perempuan naif,' batin Remy geram.

"Baik," jawab Lukas lalu menambah catatan pada berkas itu untuk dicetak kembali jika draftnya sudah disepakati berdua. "Apakah ada yang ingin Anda tambahkan, Nona Nesia? Soal kompensasi barangkali?" tanya Lukas ganti menatap Nesia.

Namun gadis itu menggeleng.

"Tidak perlu, Tuan Lukas. Itu bahkan terlalu besar untuk saya," jawab Nesia datar.

"Baiklah. Tuan Remy, adakah yang harus ditambahkan lagi?" tanya Lukas.

Remy menghela napas.

"Tidak ada yang ingin aku tambahkan, Lukas. Hanya saja, teknis keseharian yang harus dia lakukan sebagai Nyonya Jeremy Wilson harus kamu ajarkan mulai besok ketika dia menandatangani perjanjian itu. Aku tak mau sikapnya yang commoner itu nanti akan menjatuhkan diriku di mata relasi maupun," perintah Remy dengan tegas.

Lukas mengangguk mengerti.

"Baik, Tuan. Saya akan mencari beberapa guru yang kompeten untuk Nona Nesia. Anda tak perlu khawatir," jawab Lukas.

FROM THE WEDDING HALLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang