-----
"Appa, eomma, Gyuvin berangkat dulu ya!" Teriak seorang pemuda jangkung dengan tinggi semampai yang bernama lengkap Kim Gyuvin, merampas roti bakar yang tergeletak di atas piring.
Roti bakar yang diletakkan sudah mendingin jadi ia bisa langsung meremat roti tersebut ke dalam mulutnya. Kemudian berlari ke depan pintu rumah dan duduk untuk memakaikan sepatu sneakers putih yang terpampang dihadapannya.
Sepatu kesayangan yang merupakan hadiah dari kedua orang tuanya sebagai bentuk ungkapan selamat ulang tahun atas usianya yang ke-20 tahun. Dirinya yang sudah memasuki usia legal.
Dirasa sudah selesai mengikat sepatunya, Gyuvin pun segera beranjak dan merangkul kembali tas yang ia taruh sebelumnya.
OOTD (Outfit Of The Day) dirinya hari ini terlihat hampir sama seperti biasanya. Selalu menggunakan hoodie namun kali ini yang berwarna mint tosca, dipadukan celana jeans berwarna baby blue serta tas hitam backpack.
Terkesan kasual dan sederhana, namun siapa sangka dibaliknya mengeluarkan biaya yang begitu mahal untuk membeli item-item tersebut terutama pada sepatu sneakers bermerknya.
Benar, Kim Gyuvin merupakan anak tunggal kaya raya jadi tak heran apapun yang ia kenakan tak mungkin bisa disandingi dengan rakyat jelata seperti kita.cnda
Gyuvin yang sudah bersiap seketika melesat pergi keluar rumah dan tak lupa dirinya mengunci pintu. Mengabaikan begitu saja panggilan dari sang ibu di dalam kamar yang sedang mengikatkan dasi sang suami.
Ia melihat pada arloji putih yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu ternyata sudah menunjukkan pukul 8.22 dan itu artinya-
Dirinya akan terlambat sebentar lagi.
"Aish! Yang benar saja?!" Sungutnya sambil mengunyah roti yang ia bawa. Berusaha menaikkan kecepatan berlarinya menuju ke halte bus yang biasa ia tumpangi.
Sesampainya di halte. 1 menit, 2 menit, ia terus menunggu bus dengan panik karena tak ada satupun bus yang mendatanginya.
"Jinjja jjebalyo! Datanglah!" Mohon Gyuvin entah kepada siapa sebab dirinya kini terus berlalu-lalang tanpa henti dan membuat semua orang disana menatapnya heran.
Gyuvin tidak peduli dengan tatapan mereka. Yang ia pedulikan sekarang adalah bagaimana caranya agar dirinya tiba di kampus tepat waktu atau minimal ia tidak lama terlambat karena kampusnya masih bisa mentolerir hingga 15 menit.
"Tidak ada cara lain" Gyuvin mengganti rencananya dengan mengambil sebuah benda dalam saku yang bisa menjadi senjata rahasia dalam keadaan terdesak seperti ini. Benda yang bernama ponsel.
Ia tekan tombol pada nomor-nomor di benda tipis berbentuk persegi panjang itu yang kemudian muncul pencantuman nama dari kolom panggilan yang ingin ia telepon... lagi.
"Lee Jeonghyeon! Seperti biasa cepat kesini!" Seru Gyuvin dengan nada dibuat panik pada seseorang yang ia panggil 'Lee Jeonghyeon' diujung telepon sana.
Sementara yang ditelepon hanya mendecak sebal, "Ck! Ini sudah keberapa kalinya? Mengganggu saja!" Dan dibalas kekehan serta cengiran Gyuvin.
-----
Kedua pemuda yang sedang menaiki satu motor yang sama itu kini sudah sampai di parkiran kampus mereka.
Gyuvin memang tidak salah memilih sasaran tumbal dalam keadaan begini. Jeonghyeon yang selalu membawa motor sportnya ke kampus sungguh bisa diandalkan.
Mereka pun segera berlari terburu-buru kedalam kampus menuju kelas mereka. Beruntung masih belum ada dosen didalamnya.
"Lain kali inget jadwal, jangan malah numbalin orang" Sarkas Jeonghyeon, masih berusaha menetralkan deru napasnya begitupun dengan Gyuvin yang hanya mengangguk menanggapinya.
Mereka memilih duduk di tempat barisan ketiga disebelah kanan. Tepat setelah mereka duduk, dosen yang akan mengajar mereka pagi ini pun muncul dari balik pintu.
Kejadian ini bagaikan dejavu yang terus terulang dan terulang. Gyuvin yang tidak mau mencoba merubah dirinya sedangkan Jeonghyeon rela menjadi tumbal meski terkadang menggunakan kata-kata sarkas pada Gyuvin. Begitulah bentuk pertemanan keduanya yang terjalin hingga sekarang.
-----
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Insane (1)
FanfictionBook.6 Genre : Romance, Teenlit, Angst Cast : Lee Jeonghyeon & Kim Gyuvin (JeongVin) ⚠ WARNING ⚠ B×B, BL Ketika seseorang dikatakan sudah gila karena menyukai sesama jenis. "Aku menyukaimu. Jadi jangan membuatku berharap lebih, Kim Gyuvin"