17. Di Rumah Sakit

251 35 3
                                    

-----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-----

"Yeobo! Gyuvin sudah bangun, cepat kesini!" Teriak sang ibu masih menggenggam kedua tangan Gyuvin yang terasa begitu dingin, bermaksud untuk menghangatkannya. Entah penyebabnya karena pendingin ruangan yang saat ini tidak bisa dimatikan atau memang kondisi tubuhnya sedang tak baik-baik saja.

Gyuvin tadi sempat tertidur lama seperti orang pingsan karena efek dari obat bius yang diberikan sebelum operasi. Ia bangun perlahan dari posisinya diatas ranjang rumah sakit dan dituntun oleh sang ibu untuk membentuk posisi duduk.

"Gyuvin, eomma kan sudah pernah bilang padamu jangan bermain basket!" Sang ibu hanya menangis tak kuat melihat kondisi anaknya kini begitu lemah dan tak berdaya.

Sementara Gyuvin hanya tersenyum mencoba menenangkan ibunya. "Eomma, jika aku tak melakukannya mungkin saja suatu saat nanti aku akan menyesalinya"

"Tapi Gyuvin, penyakit yang dideritamu ini bukan main-main! Kau pernah mendengarnya juga, kan?" Kali ini ayahnya lah yang membuka suara, menatap penuh khawatir pada anaknya.

"Iya appa, tapi setidaknya itulah yang bisa kulakukan. Setidaknya untuk terakhir kalinya menikmati masa mudaku, melakukan sesuatu yang sangat kusukai, bukan malah menyerah pada keadaanku saja"

Orang tuanya kembali terdiam. Gyuvin memang akan keras kepala jika menyangkut perihal yang diharapkannya terutama permohonannya.

"Appa, eomma, izinkan aku untuk terakhir kalinya ikut pergi bersama teman-temanku. Aku mohon"

-----

"Huekk!"

Sang ibu dengan telaten mengelus punggung sang anak yang terus saja muntah didepan wastafel. Mungkin ini efek dari kemoterapi yang dijalani juga obat-obatan yang diminumnya.

"Sudah mendingan?" Tanya sang ibu pada Gyuvin yang hanya mengangguk, tubuhnya masih terlalu lemas saat ini.

Sementara ayahnya sedang pergi untuk membeli makanan. Gyuvin bahkan belum sempat sarapan saat di sekolah pagi tadi dan kini hari sudah malam.

Tok tok

Lama menunggu akhirnya sang ayah datang, namun dengan seseorang yang berjalan mengikutinya dari belakang.

"Jeong- hyeon? Kenapa...-"

"Tadi appa membeli makanan ditemani olehnya. Berterimakasih lah padanya, Gyuvin. Temanmu ini yang menemanimu selama seharian penuh saat kami belum tiba di Korea" Jeonghyeon tersenyum canggung melihat Gyuvin yang seakan masih tak terima kehadirannya.

Insane (1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang