"renan maaf, lukamu bagaimana?"
"tidak apa-apa ravi, lukaku biar aku yang urus"
"renan jangan terluka lagi"
"hanya luka kecil, sebentar lagi pasti sembuh"
"tapi pasti terasa sakit, luka sekecil apapun pasti akan meninggalkan bekas pada penerimanya"
Renan memang terluka tapi bukan jenis yang meninggalkan bekas hanya saja sakit yang dibawa luka itu lebih dalam.
Ini ravi kembarannya, dia peduli dan baik hati yang membuat renan menjadi semakin benci pada dirinya sendiri. Dia tidak bisa jadi ravi, hatinya tidak semurni dan sepolos milik ravi jadi tidak heran semua orang menjauhinya.
"ravi, seperti apa rasanya dicintai?"
"kau sangat baik, aku tidak berani meminta apa yang kau miliki"
"tapi ravi kupikir aku juga tidak jahat kan? Lalu kenapa sangat sulit bagi mereka untuk menerimaku?"
"maaf..."
"jangan minta maaf, kau tidak salah, harapankulah yang berada di tempat yang salah"
"aku tidak mengerti dengan diriku sendiri"
"aku tidak punya makanan, minuman, ataupun tempat kesukaan. Aku tidak tahu apa yang aku suka atau tidak suka, selama ayah, ibu, dan kakak suka aku juga akan menyukainya"
"aku tahu ibu suka makan-makanan manis, aku tahu ayah suka kopi tanpa gula, aku tahu kak yasah sangat suka pergi ke cafe di dekat taman kota, aku juga tahu kak shaka sangat menyukai musik aku bahkan tahu kalau kau suka seafood. Tapi aku masih tidak tahu miliku sendiri"
"bukankah kau suka melukis?" tanya ravi pelan, walaupun dia baru kembali ke rumah tetap saja dia merasa bersalah, bagaimanapun pengabaian yang dialami renan didasari karenanya.
"aku melukis hanya supaya aku tidak gila"
"lupakan apa yang aku katakan, anggap saja perkataan tadi tidak pernah kau dengar. Maaf jika aku membebanimu"
Renan lelah, dia terlalu peduli dengan mereka sampai-sampai lupa untuk peduli pada diri sendiri, demi kasih sayang dia kehilangan kecintaan pada dirinya sendiri di tengah jalan.
Dia mati-matian mengejar cinta keluarganya hanya untuk mendapatkan luka disetiap pemberhentian, dia begitu abai dengan dirinya dan tersadar saat tubuhnya penuh luka dan memar.
Renan memberikan semua cintanya tanpa ragu-ragu pada keluarganya. Hanya saja, dimata mereka cinta renan tidak sepenting itu.
.
"ayah, ibu, kakak, ravi mau ke toko buku boleh? Sama renan juga perginya"
"jangan, mending sama shaka aja jangan renan ya sayang" jawab ibunya lembut.
"tapi aku mau sama renan, sama kak shaka juga deh"
"yaudah, tapi jangan jauh-jauh dari shaka ya sayang" terlalu lembut, kelembutan yang selalu diimpikan renan ada didepannya hanya saja tidak ditujukan untuk dia.
Renan, ravi, dan shaka pergi ke toko buku, ternyata ada cukup banyak orang di tokoh buku itu. Renan dan ravi pergi ke arah yang berbeda, renan melihat seorang gadis yang memegang novel ciptaannya, karena penasaran dia menghampiri gadis itu.
"hai, apa kau membaca dream?"
"ya! Apa kau juga membacanya? Ceritanya cukup klasik tapi bagus"
"karakter mana yang kau suka dari novel itu?"
"aku suka sahabat dari karakter utama, ciel. Dia selalu mendukung karaktek utama, dia selalu menemaninya"
"ciel ya, apa menurutmu ada orang seperti dia?"
"pasti ada! Aku juga punya cielku sendiri" katanya sambil tersenyum.
"apa kau suka akhir ceritanya?" tanya renan lagi.
"aku suka? Entahlah, karakter utamanya terlalu naif" gadis itu menghelas nafas.
"aku juga merasa rensha bodoh, bahkan saat dia menjadi sebuah karya orang-orang masih tidak meliriknya, dia lemah dan tidak berguna, jika aku jadi rensha aku sudah menyerah di pertengahan cerita"
Gadis itu menatap renan lama, dia tidak terdengar seperti membenci rensha tapi masih aneh mendengarnya, gadis itu melirik jari-jemari renan, dan akhirnya tahu alasan renan menghina rensha seperti itu.
"aku tidak bilang rensha bodoh" katanya
"rensha naif, tapi dia tidak bodoh dia hanya terlalu gigih untuk mendapatkan apa yang dia impikan. Bahkan saat dia merasa lelah dia tetap berpegang teguh pada mimpinya"
"beberapa orang mungkin kesal karena rensha memaafkan keluarganya yang sudah melukainya terus-menerus tapi dimataku tidak ada yang salah dari itu. Menurutku rensha sangat polos dan murni, dia tidak membiarkan lukanya mencemari hatinya yang rapuh, alih-alih membenci dia malah menerima keluarganya dengan senyum yang paling menawan"
"rensha naif tapi dia juga kuat dan berhasil menjaga hati rapuhnya tetap bersih tanpa noda hitam sedikitpun"
"sekarang aku akan bertanya, apa kau penulis dream? Jangan berbohong, tanda lahirmu sama seperti penulis dream" ujar gadis itu pelan.
"kurang lebih seperti itu" ucap renan lemah, dia tidak tahu akan dikenali oleh pembacanya sendiri.
"aku tidak tahu kau ingin mendengar ini atau tidak"
"aku hanya ingin bilang jangan menyerah, kau bukan rensha dan dunia ini bukan dunia dalam novel, kau bisa membenci mereka, menjauhi mereka ataupun tidak memaafkan mereka, tapi kau tidak boleh menyerah"
"kau adalah kau, kau bukan rensha yang murni dan polos jadi tidak masalah untuk membenci mereka, ada banyak jalan menuju kebahagiaan. Kau harusnya bahagia" setelah berkata seperti itu gadis itu langsung pergi, renan tenggelam dalam pikirannya sendiri untuk waktu yang lama sampai tidak sadar kalau shaka mendengar perkataan mereka tadi.
"ada banyak jalan menuju kebahagiaan, tapi yang aku inginkan bukan lagi bahagia melainkan kebebasan"
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm The Unwanted Twin
De TodoSi manis yang kehilangan kecintaannya pada diri sendiri. Si manis yang merasa lelah tetapi enggan menepi. Si manis yang selalu berteriak walau lirih. Ini kisahnya, ini lukanya. Ini tentang orang hidup yang selalu meneriakan kematian di kepalanya. Re...