10

57 7 0
                                    

Pagi ini Mark sedang berdiri di pinggir kolam renang belakang rumahnya. Suhu yang cukup dingin pagi ini membuat Mark menyimpan tangannya di dalam saku celana. Ia memejamkan mata dan menarik nafas dalam dalam lalu ia hembuskan perlahan. Cuaca pagi ini membuat hati dan pikirannya tenang.

Suara pintu terbuka membuat ia menoleh dan menghela nafas saat mengetahui bahwa itu adalah adiknya. Jeno berjalan mendekat sambil melempar sesuatu yang dengan cepat Mark menangkapnya.

"Pagi pagi jangan minum soda dulu, Jeno." Walaupun Mark sempat emosi dengan adiknya ini, tapi ia tetap mengawasi kesehatan sang adik.

"Perut lo masih kosong—"

"Emang dasarnya lo bodoh ya bang. Pantesan Hyuck kaga mau sama lo." Jeno mendengus seperti mengejek sang kakak. "Dilihat dulu anjir. ini susu bukan soda. kesukaan pacar lo kan??" Mark langsung memeriksa minuman yang ia pegang itu. Sedangkan Jeno langsung menusukkan sedotan ke minumannya dan segera meminumnya.

"Bang." Mark bergumam sebagai jawaban. "Gue udah gede bang, jaga kesehatan lo sendiri. Gue bisa jaga kesehatan gue sendiri, ga perlu lo perhatiin lagi. I'm not a kid anymore." Jeno menghela nafas lalu menyeruput minumannya lagi. Mark hanya bergumam dan mengangguk angguk.

"Sorry." Mark dengan ragu menoleh kearah sang adik saat mendengar kata maaf yang keluar dari mulut adiknya itu.

"Buat yang semalem." Jeno langsung menjawab saat melihat wajah bingung kakaknya. "Gue sadar, gue berlebihan. Gue emang brengsek, bang." Ia tertawa. Tetapi tawa itu terdengar menyayatkan hati bagi Mark.

"Harusnya waktu itu gue selesaiin dulu perasaan gue ke Hyuck baru gue pacarin Nana. Tapi gue salah." Ia menghela nafas lelah. "Lo bener. Dulu gue macarin Nana cuma biar gue cepet ngelupain Hyuck. Haha, gue emang brengsek bang." Mark masih diam mendengarkan adiknya berceloteh. Jeno meninju pelan lengan sang kakak.

"Thanks." Jeno tersenyum. "Lo berantem sama gue tapi lo tetep peduli dan nasehatin gue biar gue gak salah ambil keputusan. Padahal lo juga emosi sampe pengen ngebogem gue kan sebenernya??"

"Iya." Jeno tertawa mendengar jawaban sang kakak.

"Sebenernya ini gue canggung ngomong sama lo. Tapi gue juga gak mau kita terus terusan berantem." Mark menatap sang adik. "Apa anjing. Tatapan lo kayak pedo, pantesan Hyuck kaga mau sama lo." Mark langsung menoyor kepala Jeno.

"Mulut lo." Kesalnya dan Jeno hanya tertawa.

"Gapapa bang, santai aja. Hyuck kaga mau sama lo soalnya dia gak tau kalo lo itu Lee Minhyung yang ada foto polaroidnya." Katanya. "Lo liat sendiri kan, banyak yang dia tolak. Itu bisa jadi karna hatinya hanya untuk Lee Minhyung seorang."

Mark terkekeh mendengar penuturan sang adik barusan. Ini yang ia maksud, Jung Jeno adiknya itu seperti ini. Cara bicaranya ke sang kakak selalu berhasil membuat sang kakak geli sendiri mendengarnya.

"Gue mau infoin, bang. Selama berbulan bulan lo di canada, Hyuck nyariin lo terus." Ucapnya yang membuat Mark menatap tidak percaya.

"Lo tau gak?? Dia keluar masuk ruang osis buat nyariin lo doang. Tapi dia gengsi ngakuinnya." Mark tersenyum tipis mengingat bocah manis itu menangis di pelukannya saat di perpustakaan kemarin.

"Kemarin pas lo ketemu sama dia, gimana reaksinya??" Mark terlihat menahan senyumnya.

"Dia meluk gue sambil nangis." Jeno terkekeh mendengarnya.

"Lo gak ngasih tau ke dia emangnya??" Jeno bertanya dan Mark menggeleng sebagai jawaban. "Jangan ngulangi kesalahan bang. Dari yang lo bilang tadi, dia meluk lo sambil nangis, itu nunjukin kalo dia trauma di tinggal." Mata Mark sedikit terbelalak. dirinya baru menyadari itu.

HEY BABE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang