16

35 4 0
                                    

Sore hari ini dirumah sakit, Mark duduk di sebelah brankar dimana Hyuck terlelap dan menatap sendu wajah damai Hyuck. Di dalam hatinya, ada rasa menyesal sangat besar. Andaikan dulu dirinya tidak meninggalkan Hyuck di tengah jalan, semua ini tidak akan terjadi. Tangan Mark bergerak mengamit tangan Hyuck.

"Echannie, Minu minta maaf..." Air mata Mark keluar begitu deras. "Minu... minta maaf sudah buat kamu trauma. Maaf..." Ucapnya terbata bata karna isakannya.

"Apa Minu bisa memperbaiki semuanya??" Ucapnya seperti hendak menyerah. "Gak bisa. Minu gak bisa, Echannie..." Racaunya.

"Minu gak bisa memperbaiki barang kesayangan Minu karna setengah bagian barangnya udah hilang..." Isakannya semakin menjadi dan kepalanya perlahan ia tidurkan di bahu Hyuck. Semakin gencar tangisnya disana.

Tiba tiba sebuah tangan mendarat di kepalanya dan mengusap pelan tengkuknya.

"Minu..." Mark membeku mendengarnya. Perlahan kepalanya terangkat dan betapa terkejutnya ia saat melihat tubuh Hyuck waktu kecil yang terbaring disini. Mark memejamkan matanya dan mencoba menggelengkan kepalanya, ia yakin ia salah lihat mungkin karna terlalu larut dalam kesedihan. Namun setelah membuka matanya, yang ia lihat tetap Echannie kecil berumur 8 tahun yang ia tinggalkan dulunya.

"Echannie..." Tangan Mark bergerak menyentuh pipi Echan, ini nyata.

"Minu, kamu pasti bisa memperbaiki semuanya. Lengkapi bagian yang hilang itu, kamu pasti bisa!" Ucapnya.

"I'm so sorry, my fullsun." Ucap Mark dengan tangisnya.

"Echan selalu maafin Minu." Hyuck kecil menjawab.

"Bahkan setelah kejadian besar itu??" Mark bertanya.

"Ya! Echan tidak pernah marah sama Minu. Tapi Hyuck kenapa gak bisa maafin Minu??" Hyuck kecil melengkungkan bibirnya kebawah dan membuat Mark terkekeh kecil dengan air matanya yang masih membasahi mata dan pipinya.

Selalu menggemaskan. Tidak pernah berubah.

Apakah Mark sekarang sedang berbicara dengan inner child Hyuck.

"Bantuin Minu supaya Hyuck mau maafin Minu. Nanti kalo Hyuck maafin Minu, Echannie bisa main sepuasnya lagi sama Minu." Mark terkekeh melihat ekspresi Hyuck kecil.

"Minu jangan menangis... Echan sedih lihatnya." Ucapnya sambil menyeka air mata Mark yang membuat Mark semakin gencar menangis. Dirinya tidak kuat, kepalanya tertunduk. Dan tidak ada suara lagi dari Hyuck, mungkin benar dirinya hanya berkhayal melihat Hyuck kecil berumur 8 tahun.

"Mark." Suara itu bukan suara Echan lagi. Tangan Hyuck bergerak mengusap punggung bergetar Mark.

"Don't cry. Gue gapapa, Mark." Ucapnya. "Sini liat gue." Hyuck mengangkat kepala Mark yang masih tertunduk.

Mark sudah tidak melihat Hyuck kecil berumur 8 tahun. Dirinya memang sudah benar benar gila berkhayal hal yang tidak mungkin.

"Minu." Mark tercengang mendengarnya, rasa khawatir dan senang bercampur aduk, dirinya takut trauma Hyuck kambuh lagi.

"Jangan mengatakan—"

"Mi...nu." Ucap Hyuck sekali lagi dengan nafas yang sedikit tercekat. Kepalanya pusing, ingatan itu kembali lagi. Sakit, dadanya sakit begitupun kepalanya. Hyuck mencoba menutup matanya sejenak untuk menenangkan dirinya. Ia ingin mencoba melawan traumanya

"Hyuck??" Namun tidak bisa, kesadarannya mulai hilang dan suara Mark pun perlahan tidak terdengar. "Bear?? Hey, are u okay??" Mark cemas, ia segera menekan tombol darurat karna tak kunjung mendapat jawaban dari Hyuck.

HEY BABE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang