11

69 9 0
                                    

Hyuck membuka pintu kamarnya lalu ia meregangkan tubuhnya. Pagi yang cerah membuat suasana hati bocah manis itu juga cerah. Hari ini adalah hari libur, si manis sudah menyiapkan rencana untuk apa yang akan dia lakukan di hari ini.

Senyuman jahil seketika nampak di wajahnya saat ia melihat pintu kamar sang kakak. Sepertinya ia ingin mengganggu sang kakak yang sedang tidur.

Hyuck membuka pintu itu, namun betapa terkejutnya ia saat melihat sang pemilik kamar sudah bangun bahkan sedang berganti baju. Hendery juga terlonjak kaget karna tiba tiba ada yang membuka pintunya di saat dirinya berganti baju, dengan cepat ia menutupi tubuh atasnya menggunakan kaos yang ia pegang.

"Heh bocil, kirain siapa. Main masuk aja lo." Tegurnya. Lalu kembali melanjutkan aktivitasnya, memakai baju. Yang di tegur hanya menyengir polos.

"Hehehe. Hyuck kira kakak masih tidur." Ucapnya. "Pagi pagi gini mau kemana kak?" Tanyanya melihat sang kakak yang sepertinya sudah mandi.

"Gak kemana mana. Kenapa emangnya?" Hendery berjalan keluar dari kamar dan Hyuck mengikutinya di belakang.

"Kok tumben udah mandi? Biasanya masih buluk." Jawabnya yang membuat Hendery menghentikan langkahnya dan berbalik badan lalu mencubit kedua pipi gembil sang adik.

"Cerewet." Sang empuh meringis kesakitan akibat pipinya yang di cubit oleh sang kakak.

"Ih sakit, bodoh!" Ia memukul tangan Hendery.

"Heh! Sopan banget ya itu mulutnya." Bukannya berhenti, Hendery malah semakin membuat mainan pipi gembil adiknya itu. Sebetulnya ia sedang gemas dengan bocah di hadapannya ini.

"KAKAAAKKKK." Hyuck menjauhkan paksa tangan Hendery dari pipinya. "MOMMY DADDY!!!" Teriaknya karna sang kakak yang tak kunjung berhenti memainkan pipinya walau dirinya sudah berusaha untuk menjauhkan tangan pelaku. Sang pelaku hanya tertawa.

"Kakak! Kamu apain adekmu?" Seketika Hendery berhenti saat daddy nya berteriak dari bawah.

"Hehehe. Maaf ya adik kecil." Ia beralih mengelus ngelus pipi adiknya. Hyuck hanya menatap sinis kakaknya, ia mendengus lalu pergi dari hadapan sang kakak sambil mengelusi pipinya yang sakit akibat kakaknya tadi.

"Daddyyy..." Johnny yang duduk di sofa, menoleh kearah anak bungsunya. Tampak wajah sang anak yang merah dan ujung kedua bibir yang melengkung kebawa seperti hendak menangis.

"Kenapa, bear?" Ia bertanya sambil merentangkan kedua tangannya. Hyuck langsung mendekat dan masuk ke dekapan Johnny.

"Di apain sama kakakmu??" Tanyanya lagi. Terdengar isakan kecil dari si kecil.

"Kak! Kakak! Sini kamu." Johnny memanggil.

"Ada apa dad?" Yang datang bukan Hendery, melainkan Mark yang keluar dari dapur. Isakan Hyuck seketika terhenti saat mendengar suara yang tak asing baginya.

"Hyuck kenapa?" Ia bertanya.

"Kakaknya ini pasti." Johnny menjawab. Mark terkekeh kecil melihat Hendery yang berjalan turun.

"Heh, kamu apain adik kamu??" Tegur johnny.

"Gak aku apa apain, dad. Lagian Dery lihat lihat itu pipi makin bulet aja kayak bakpao. Ya Dery penasaran, jadi aku cubit dikit." Lalu ia menyengir seperti orang yang tak bersalah. Terlihat Johnny yang menghela nafas.

"Bear, coba sini daddy lihat mana yang sakit." Ucapnya memanjakan sambil berusaha mengangkat kepala sang anak untuk melihat kondisi wajahnya. Hyuck mengangkat kepalanya, terlihat jejak air mata dan wajah yang memerah membuat Johnny menahan tawanya.

"Utututu adikku sayang." Hendery berjalan mendekat.

"Diem lo." Hendery langsung menghentikan langkahnya. Johnny terkekeh pelan.

HEY BABE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang