Sebelumnya, Xiao Zhan tidak pernah menyangka jikalau sebuah pertemuan membuat ia harus berurusan dengan seorang pria lansia.
Xiao Zhan yang tidak tahu apa-apa di seret masuk ke dalam sebuah hubungan. Ia di minta untuk merayu cucu dari pemilik perusa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa kamu tahu? Aku selalu merindukanmu di sini. Kapan kamu akan pulang? Kamu masih betah, ya, di sana sampai tidak mau kembali bersamaku di sini." Wang Yibo mengusap lembut foto seorang wanita cantik yang berada di dalam dompet kulitnya. "Grandpa terus saja memaksaku untuk menikah. Aku tidak mau jika itu bukan kamu. Jadi, kembalilah ... aku mohon. Setidaknya, tolong beri aku kabar, kamu ada di mana?"
Foto yang berada di dalam dompet Wang Yibo adalah wanita yang sangat dia cintai sampai kapanpun itu. Wanita cantik berwajah mungil nan polos, dengan mata bulat teduh dan hidung bangir. Bibir merah merona, dan suaranya yang khas seperti anak-anak berusia sepuluh tahun.
Wang Yibo tidak tahu mengapa wanita itu tiba-tiba saja memutuskan untuk pergi darinya.
Lima tahun silam, wanita itu hanya beberapa kali merengek jika dia tidak mau menikah dulu. Saat itu, Wang Yibo sudah siap ingin melanjutkan hubungan mereka kejenjang yang lebih serius. Ia bahkan sudah berbicara pada kedua orang tuanya dan juga grandpa, mereka bertiga sudah setuju, tetapi sayang ... tidak dengan kekasihnya.
Dia berkata ingin menghabiskan masa mudanya dengan bersenang-senang, dan berkarir di usia yang masih cemerlang. Wang Yibo tidak pernah melarang wanita itu untuk melakukan apapun yang dia suka, malah akan dengan senang hati mendukung setiap cita-citanya, meski pun nanti mereka terikat oleh janji suci pernikahan.
Sekeras apapun usaha Wang Yibo untuk membujuknya, wanita itu tetap saja menolak, tetap pada pendiriannya yang tidak ingin menikah dulu. Setelah semalam mereka-atau mungkin wanita itu melayangkan emosi kepada Wang Yibo yang terus saja memaksa, akhirnya dia diam-diam memilih pergi meninggalkan negara kelahiran. Entah berada di mana dia sekarang? Ia sama sekali tidak pernah mendapatkan satu pun kabar dari kekasihnya. Dan kini sudah berjalan sepuluh tahun lamanya mereka tidak pernah saling bertukar kontak.
Bukan Wang Yibo marah dan tidak mau menghubunginya, malah ia sangat ingin, hanya saja tak bisa. Semua kontak dan sosial media wanita itu tidak pernah terlihat aktif lagi. Wanita itu menghilang, tak menyisakan satu pun jejak. Seolah jejaknya di pasir telah hilang disapu ombak.
•••
Kakek Wang buru-buru datang ke kantor. Dia tak bisa menunggu sampai jam makan siang tiba, itu terlalu lama baginya. Padahal tinggal 3 jam lagi, tetapi rasanya seperti harus menunggu 3 tahun.
Sesampainya di depan pintu ruangan desain grafis. Kakek Wang membuka kasar pintu yang nampak seperti mendobrak.
"Menantu! Akhirnya, Kakek punya menantu juga!" Pria tua itu menerjang tubuh Xiao Zhan. Memeluk erat terlampau bahagia.
Semua pasang mata yang berada di ruangan itu sontak mengarah pada Xiao Zhan. Mulut mereka menganga, mata membola lebar, bahkan ada dari mereka yang sempat menahan napas-saking terkejut dengan apa yang barusan mereka dengar dan lihat.
Menantu? Batin mereka serentak.
"Kukira cucuku itu betulan impoten! Astaga ... menurutmu dia bagaiamana? Apa teknik goyangannya bagus? Seharusnya itu pasti sangat hebat. Dia, kan, cucuku!" seru Kakek Wang membanggakan diri atas cucunya, Wang Yibo.