Sebelumnya, terima kasih sudah mendukungku selama ini. Tanpa kalian, aku mungkin masih jadi butiran pasir 🫂
Dari sisi kiri jalan raya, sebuah mobil berjalan sangat cepat. Melihat kejadian itu, Xiao Zhan langsung berlari ke bahu jalan, menarik tangan seorang pria lansia yang berniat akan menyeberang di saat lampu jalan masih merah.
“Kakek, awas di depanmu!” teriaknya.
Wushh!
Mobil melintas tepat ketika Xiao Zhan berhasil menarik tangan kakek itu ke bahu jalan.
“Astaga, hampir saja.”
“Kakek … Kakek tidak apa-apa? Maaf, aku menarikmu terlalu kencang tadi.” Xiao Zhan merasa sangat khawatir. Takut tangan kakek itu terpelintir karena ia menariknya terlalu kuat.
Kakek itu baru saja selesai mengatur napasnya karena terkejut. “Nak, terima kasih. Kakek baik-baik saja. Untung kamu sigap menarik Kakek. Jika tidak, mungkin Kakek sudah tinggal nama sekarang.”
Xiao Zhan menghela napas saat mendengar kakek itu baik-baik saja. “Syukurlah. Hmm, sebenarnya Kakek mau ke mana sendirian seperti ini?” tanya Xiao Zhan penasaran.
“Oh, Kakek mau ke rumah anak Kakek. Tapi kakek lupa di mana rumahnya.”
Demensia wajar terjadi pada orang-orang yang sudah lanjut usia. Jadi Xiao Zhan hanya bisa tersenyum maklum.
“Kakek, apa Kakek punya kartu nama keluarga Kakek? Aku bisa coba menghubunginya kalau Kakek punya.”
“Kartu nama?” beo si kakek. “Tadi Kakek memilikinya, tapi ditaruh di mana, ya?” Kakek itu merogoh semua kantung celananya. Namun dia tidak mendapati apa-apa.
“Sepertinya Kakek menjatuhkannya,” lirihnya pelan. Wajah kakek itu langsung berubah muram.
Xiao Zhan menggaruk lehernya yang tidak gatal. Bingung harus berbuat apa di saat seperti ini. Tidak ingat rumah, tidak punya kartu nama keluarganya. Apa yang harus dia lakukan untuk membantu kakek ini? Tidak mungkin dia meninggalkannya begitu saja di sini.
Kasihan … melihat kakek ini, dia jadi teringat neneknya yang sudah lama meninggal.
“Kakek, bagaimana kalau kita ke kantor polisi saja? Mungkin salah satu keluarga Kakek akan mencari ke sana nanti?” bujuk Xiao Zhan lembut. Ini satu-satunya cara yang bisa dia lakukan untuk membantu kakek itu.
Si kakek mengangguk setuju. “Kalau itu bisa buat Kakek bertemu anak Kakek. Ke mana pun, ayo.”
Seutas garis tipis muncul di wajah Xiao Zhan, membentuk senyuman yang sangat indah dan teduh. Ia lalu menggandeng sebelah tangan si kakek dan mereka berdua pergi ke kantor polisi.
Xiao Zhan sudah selesai memberi laporan pada petugas. Kemudian menghampiri si kakek yang dia tinggalkan di ruang tunggu bersama petugas polisi wanita.
“Kakek,” panggil Xiao Zhan. “Cucu Kakek akan datang sebentar lagi.”
“Cih, kenapa harus anak nakal itu yang datang menjemput Kakek? Tidak mau!”
Xiao Zhan mengerutkan kedua alisnya, heran dengan kekesalan si kakek yang tiba-tiba. “Memangnya kenapa, Kek?”
“Anak itu sangat nakal, keras kepala! Kakek tidak menyukainya.” Kakek mencebikkan bibirnya sebal. Lalu menatap wajah Xiao Zhan di sampingnya. “Kalau saja kamu yang jadi cucu Kakek. Pasti sangat menyenangkan memiliki cucu manis seperti dirimu. Tidak seperti dia, wajah papan. Dia pikir dirinya itu tampan, padahal sangat jelek, tuh.”
Xiao Zhan tertawa seraya menggeleng kecil. “Hahaha, Kakek. Biar bagaimanapun, kan, itu cucu Kakek. Kalau dia mendengar ini pasti sangat sedih,” ujarnya lembut. Xiao Zhan melirik sekilas ke arah jam dinding kantor polisi. “Hm, Kakek … aku sudah menghubungi cucumu, jadi sekarang waktunya aku harus pergi bekerja. Aku sudah sangat terlambat hari ini.”
![](https://img.wattpad.com/cover/341243226-288-k65761.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Temptation of Love
Fiksi PenggemarSebelumnya, Xiao Zhan tidak pernah menyangka jikalau sebuah pertemuan membuat ia harus berurusan dengan seorang pria lansia. Xiao Zhan yang tidak tahu apa-apa di seret masuk ke dalam sebuah hubungan. Ia di minta untuk merayu cucu dari pemilik perusa...