(08) First Kiss

452 84 23
                                    

“Zhan, astaga! Sudah cukup, berhenti minumnya! Apa kamu mau meledakkan lambungmu itu, hah?!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Zhan, astaga! Sudah cukup, berhenti minumnya! Apa kamu mau meledakkan lambungmu itu, hah?!”

“Aku mau minum lagi, Xian~”

“Tidak, kamu sudah sangat mabuk. Ayo, aku antar kamu pulang.”

“Tapi aku tidak mabuk~”

“Kamu mabuk, diamlah. Ayo, cepat naik ke punggungku.” Li Xian berjongkok di depan Xiao Zhan. Berniat menggendong pemuda itu pulang ke rumahnya.

Awalnya pemuda itu menolak, namun Li Xian punya banyak akal untuk memaksanya. Dia menarik kedua tangan Xiao Zhan ke bahu agar bisa digendong di punggung.

Saat digendong pemuda itu beberapa kali memberontak, namun setelah beberapa detik berlalu Xiao Zhan sudah tidak lagi memberontak.

Rasa hangat yang ia rasakan di tubuhnya, membuat nyaman serta rindu di waktu yang bersamaan. Semenjak seluruh keluarganya tiada, Xiao Zhan tidak lagi merasakan kehangatan seperti ini.

Sebelum pergi meninggalkan bar, Li Xian pamit pada semua rekan kerjanya. “Maaf, kami pulang duluan. Terima kasih banyak untuk traktirannya hari ini.”

“Hati-hati.”

Seluruh rekan desain yang berkumpul di bar, menatap iba pada Li Xian yang sudah melenggang pergi. Siapa yang tidak tahu perasaan pria itu kepada pemuda tak peka seperti Xiao Zhan? Hanya melihat ke matanya saja, semua orang pun tahu bahwa pria itu sudah lama memendam rasa.

Mereka ingin sekali membantu Li Xian, tetapi dia menolak dan meminta mereka semua untuk berpura-pura tidak tahu tentang perasaannya. Permintaan Li Xian benar-benar amat disayangkan oleh seluruh rekan kerja.

Rumah Xiao Zhan dan bar yang mereka datangi tidak terlalu jauh. Li Xian memilih mengantar pemuda itu dengan berjalan kaki. Sengaja, karena dia ingin berlama-lama bersama Xiao Zhan seperti saat ini.

“Xian~” panggil Xiao Zhan dengan suara parau.

“Hm?”

“Kenapa kamu—hik—baik padaku?” tanya Xiao Zhan dikala cegukannya.

“Apa aku harus bilang kepadamu?”

Kepala Li Xian dipukul oleh Xiao Zhan. Pukulannya memang tidak terlalu kuat, tetapi itu cukup sakit.

Pria itu mendesis pelan. “Kenapa kamu memukulku?”

“Xian—hik—menyebalkan! Kamu temanku—hik—atau bukan?!”

“Kalau kamu tahu jawabannya, kenapa masih bertanya?” jawab Li Xian lagi. “Hei, jangan bergerak sembarangan, nanti jatuh!”

Temptation of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang