Keputusan Berat

397 114 9
                                    

Untuk versi ebook bisa langsung ke KaryaKarsa✅

Enjoy reading

📖

📖

Seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh memasuki huniannya melihat kerumunan warga di teras. Tujuan menginap di rumah kerabatnya terpaksa digagalkan oleh sebab perkara yang sangat krusial.

Di dalam sana keponakan satu-satunya tengah disidang atas tuduhan yang sesungguhnya ingin disangkal, tetapi bukti akurat telah warga pergoki. Dari informasi yang didapat dari pemuda yang memboncengnya tadi bahwa Raline tengah bermesraan dengan pria dominan yang disegani warga setempat sebagai pemilik perkebunan yang baru.

Tatina menatap berang pada wanita muda yang terkejut melihat kedatangannya. Raline lekas melempar pandangan ke lantai. Di sana terlihat pergerakan kakinya yang tak bisa diam selaras dengan rasa takut yang terus merayap. Banyak pasang mata di ruang tamu yang menatap jijik terhadapnya.

Wanita tidak tahu malu, mesum, perawan tua jalang, dan masih banyak lagi yang lainnya-tentunya kata-kata tajam yang menghunjam jantungnya.

Raline menoleh pada pria tampan yang mengeraskan rahang pipi yang ditumbuhi bulu tipis maskulin. Mendapati sorot mata tajam yang seakan siap memanahnya membuatnya tertunduk memejamkan mata. Ia telah pasrah pada nasibnya.

Entah akan terpasung dan diasingkan, atau mungkin saja akan dicincang bagian-bagian tubuhnya mengingat desanya masih menjunjung tinggi norma-norma kebaikan.

"Tolong, bicarakan baik-baik. Pasti keponakan saya tidak berbuat hal memalukan!" sentak Tatina begitu terduduk.

Di sofa panjang ada kepala desa berikut dengan dua pegawainya. Tentunya di belakangnya ada empat warga berdiri sebagai saksi. Di sofa tunggal Tatina bersisian dengan Raline yang sudah mengenakan pakaian lengkap.

Tatina mendesah kecewa melirik keponakan yang telah mencoreng nama baiknya-masih bungkam seribu bahasa. Sementara di samping kanannya ada Tuan Muda berwajah khas londo yang terlihat tenang berdampingan dengan pria tampan berkulit sawo matang.

"Saya rasa ini cuma salah paham, Tuan Marvel tidak mungkin melakukan hal rendahan seperti yang dituduhkan warga. Mereka mungkin-" Pembelaan Harry lekas diserobot oleh seorang warga yang sengaja dihadirkan menjadi saksi.

"Tidak mungkin salah paham! Jelas-jelas Perawan Tua itu nyaris dalam keadaan bugil. Dan, mata kepala kami menyaksikan mereka sedang bercumbu saling berpelukan. Mungkin kalau kami tidak memergoki, mereka sudah bercinta tanpa mengenal tempat dan waktu. Benar-benar perempuan sundel rendahan! Pantas saja kamu sering menolak pinangan pemuda-pemuda desa. Ternyata kamu lebih rela dijadikan gundik yang siap menjadi pemuas Tuan Muda ini!," tuding warga berusia kisaran tiga puluhan dengan mengacungkan jari telunjuk.

"Benar! Dia sudah bikin nama desa kita tercemar. Jangan sampai semua warga yang ada di sini terkena sialnya karena mendiamkan perbuatan terkutuk itu!" seru satu warga lagi.

"Perawan Tua ini harus dikurung dan dipasung seumur hidup untuk menebus dosa dan aibnya! Setuju?" Salah satunya mulai memprovokasi agar ketiga orang saksi yang berada di dalam satu suara dengannya. Sementara beberapa warga yang berada di luar rumah tampak serius menguping dengan emosi yang berapi-api.

"Setuju!"

Akhirnya tiga orang saksi lainnya ikut menyetujui. Tentunya membuat Raline makin ketakutan. Tubuhnya gemetar dengan derai air mata yang tak kunjung berhenti. Tatina lekas merangkul dan membawa tubuh lemah raline dalam dekapan meberikan kekuatan. Sekesal-kesalnya Tatina pada keponakannya, wanita paruh baya itu tetap menyayanginya walau terkadang sering mengome dengan sikap ceroboh keponakan satu-satunya.

Just StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang