18. Kunjungan

314 48 15
                                    

"Stop chaesa gue capek ngejar Lo" kesal kosta yang kelelahan mengejarnya.

"Udah tau kan ngejar itu capek? Ngejar orang aja capek apalagi aku yang ngejar cinta kamu." Ucap Chaesa

"Apasih Lo, malah ngasih kata-kata gajelas"

"Iya aku mah gajelas, soalnya yang jelas cintaku padamu"

"Dih, diem Lo basi"

Kosta pun berjalan ke kamarnya dan tidur di kasur nya. Chaesa menghampiri Kosta dan hendak tidur di sampingnya.

"Ngapain Lo?" tanya kosta heran

"Mau tidur"

Kosta pun turun dari kasur nya sembari membawa bantal dan selimut ia berjalan ke ruang tamu untuk tidur di sofa karna tidak ingin tidur bersama dengan Chaesa.

****

Pagi hari yang cerah, Kosta bangun terlebih dahulu dibandingkan dengan Chaesa. Ia sudah siap dengan pakaian rapih nya dan membawa bucket bunga yang indah di lengan nya. Pria itupun berpamitan pergi kepada ayahnya dan segera menaiki kendaraan nya.

Tetapi Chaesa sebenarnya sedang mengintip dari tadi saat kosta memegang bucket bunga. Ia pun menghampiri ayah Kosta untuk menanyakan hal tersebut.

"Pah, Kosta bawa bunga buat siapa?" tanya Chaesa heran

"Kurang tahu, tadi ayah lupa buat tanya"

"Aku pergi dulu sebentar yah" ucap nya sembari berlari memakai Hoodie simpel dan mengambil kunci motor untuk mengikuti kosta.

Ia mengikuti kosta diam-diam hingga chaesa melihat kendaraan kosta berhenti di sebuah area pemakaman.

'ngapain kosta ke pemakaman?' ujar Chaesa dalam benak hati nya. Ia menghentikan kendaraan nya cukup jauh dari kendaraan kosta agar ia tidak mengetahui nya.

Ia berjalan secara bersembunyi mengikuti kosta ke pemakaman dan chaesa berhenti di belakang pohon yang cukup jauh dari pemakaman yang kosta datangi, tetapi masih terlihat dari kejauhan.

Begitu terkejut nya chaesa ketika melihat kosta menangis di pemakaman tersebut dan menaruh bucket bunga yang ia bawa di atas nya.

****

"Lan, kamu tahu ga? Aku di jodohkan sama ayah aku sama cewe gajelas kelakuan kaya bocil aku benci banget sama dia benci benci! soalnya dia itu ngeselin banget sama aku, masih kamu pemenang nya lan hati aku masih untuk kamu sepenuh nya."

"Kamu udah jadi bidadari di surga ya lan? Kamu baik banget sama aku aku kangen kamu. Masih inget ga lan pas aku lagi di bully sama orang orang? Kamu bela aku dan malah nampar cewe itu. Hhh lucu banget deh kamu, harusnya aku sebagai cowo lindungi kamu ya? Tapi ini malah kamu yang lindungi aku. Maaf lan aku gabisa jaga kamu dengan baik"

Air mata kosta pun langsung lolos keluar begitu saja. Setiap mengingat masa lalu nya bersama dengan Lana, mampu membuat dadanya terasa sangat sakit dan sesak.

"Lan aku kangen kamu" ucap kosta menatap makam lana  menunduk dan terus menerus meneteskan air mata yang kini  semakin deras, rasanya sangat sakit jika rindu pada seseorang yang sudah berbeda alam.

Kosta terus menerus bercerita banyak hal kepada makam lana tanpa jawaban apapun.  hujan tiba-tiba turun langsung dengan deras tanpa gerimis terlebih dahulu, tetapi Kosta masih terdiam di pemakaman lana. Kini air mata kosta menyatu dengan air hujan yang turun. Hingga akhirnya Chaesa berjalan menghampiri kosta dengan membawa payung.

"Kosta, ayo pulang ini hujan deras banget kamu nanti sakit" ucapnya menatap kosta.

Sebenarnya ia ingin bertanya banyak hal kepada kosta tetapi saat melihat kondisinya mungkin bukan waktu yang tepat.

Kosta terdiam sejenak, berusaha meredakan tangisannya yang akan terisak sakit. Rasanya memang sangat sakit. "Pergi Lo! Ngapain disini jangan ikut campur urusan gue" ketus kosta penuh emosi menatap chaesa.

"Kosta aku mohon ayo pulang. ini hujan, gimana kalau kamu sakit? Aku gamau kamu kenapa-kenapa. Kalau kamu gamau sama aku ini aku bawa payung buat kamu biar ga terlalu kehujanan"

Emosi kosta jadi semakin memuncak saat itu juga. Wajahnya langsung memerah, sampai urat-urat lehernya menonjol jelas. Menatap ke arah chaesa dengan kesal karna terus menerus memaksa nya pulang.

"PERGI, GUE BILANG PERGI YA LO PERGI!" Ujar Kosta dengan sedikit berteriak penuh emosi. Bola matanya kian terasa memanas dan perih

Tubuh Chaesa sampai terlihat bergetar karena ketakutan. Pelipisnya pun dipenuhi dengan keringat dingin.




Kosta Kecmanovic | Dejavu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang