Halaman Tiga

49 31 44
                                    

6/7/23





Duduk-duduk di kursi depan kelas udah jadi kebiasaan anak kelas Anindya, termasuk Anindya. Sebelum bel masuk pukul 07.00 pagi, Anindya bersama teman kelasnya duduk di depan kelas sambil melihat murid lainnya yang berdatangan dengan motor yang akan diparkiran di belakang.

Di tengah mengobrol Anindya sempat menoleh dan tak sengaja melakukan kontak mata dengan seseorang yang tengah mengendarai motornya.

Sadewa. Dia Sadewa.
Walau hanya nampak mata, dua sejoli itu sudah saling mengetahui bahwa dia Sadewa dan dia Anindya.

"Eh masuk kelas yuk" ajak Anindya kepada teman-temannya.

"Ehh bentar lagi nin, sekalian nungguin guru masuk aja" ujar Sila sambil menahan tangan Anin.

"Halahh, nungguin guru apa nungguin mas itu lewat sil" sahut Anggita, sambil memberikan lirikan menggoda sila.

"Ya itu bonusnya" sila sambil menggaruk kepalanya.

Dan mereka masih tetap duduk di depan kelasnya itu, entah menunggu guru masuk atau menunggu crush mereka lewat terlebih dahulu. Hingga bel berbunyi....

kring... kring...

"Nah bel tuh, ayo masuk biar pas gurunya masuk kita udah masuk juga" ajak Anindya dan semua pun akhirnya masuk ke kelas.

Menunggu guru masuk, Anindya didalam kelas menyender pada tembok disampingnya. Dia melamun memikirkan beberapa hal

'kok jadi makin sering ketemu dia ya?'

Bingung. Ia bingung dengan dirinya sendiri.

Karena melamun, Anindya bahkan tak sadar kalau guru sudah masuk ke dalam kelas. Hingga dia tersadar saat guru itu berbicara.

"Selamat pagi anak-anak, sebelum memulai pembelajaran hari ini kita berdoa terlebih dahulu sesuai kepercayaan masing-masing"

Dan pembelajaran berlanjut....

"Bahasa itu merupakan mata pelajaran yang sangat romantis. Kita bahkan membutuhkan bahasa untuk mengungkapkan perasaan. Puisi,
Prosa, dan syair yang indah juga dapat digunakan sang penulis untuk mengungkapkan perasaan nya"

___________________••°••____________________

Sadewa POV

Kantin, tujuan gua saat ini. Setelah mapel fisika tadi, cukup menguras tenaga gua. Jujur gua suka ngitung, tapi muak sama perumusan. Hari ini kantin kayaknya ngga terlalu rame, karena kelas gua selesai sebelum bel istirahat.

"Dewa" suara orang manggil ngga asing, ternyata Amira.

Gua reflek berhenti, ya kali dipanggil tapi tetep nyelonong jalan. Kan ngga sopan.

Amira langsung ngehampiri gua, dan dibelakangnya ada... Anin.

"Les nya mulai kapan? Kata Mami gue lesnya sama kayak Lo" gua bahkan lupa kalo udah didaftarin Les.

"Dua Minggu lagi"

"Ke kantin bareng sekalian aja ayo" lanjut gua. Amira langsung jalan didepan gua, dan gue di belakang sampingan sama Anin.

Jujur pengen ngajak kenalan atau ngobrol singkat, tapi dia kayak ngga peduli gua disampingnya. Malah kayaknya dia ngga nganggep gua disampingnya sekarang.

Sampai di kantin kita mencar, tapi tujuan gua sama Anin sama. Cuma Amira dan Galen yang mencar dari kita berdua. Takdir, mungkin?

"Ibuu aku pesen kopi Carabiannya satu ya" kebetulan gua juga mau beli itu, salah satu kesukaan kita yang sama mungkin?

Choose, Us? [Gk Tau Lanjutannya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang