ろく-Makan Malam

26 5 0
                                    

"Thanks untuk hari ini bro. Hati-hati!"

Riki keluar dari minibus sambil menyandang tas ranselnya. Kemudian masuk ke dalam tak lupa menyapa satpam yang berjaga di rumah.

"Assalamu'alaikum ya--kok pada di sini semua?" Heran Riki begitu melihat anggota keluarganya tengah berkumpul di ruang tengah.

Mama yang duduk di tengah sambil melipat tangan kemudian bangkit untuk mendekati putra bungsunya itu.

"Masih hidup kamu? Hah? Dibilang kabarin tiap sejam sekali malah gak ngabarin sama sekali. Mama khawatir tau gak?!" Geram Mama Alya sambil mencubit pinggang Riki.

"Aws! Sakit Ma! Iya janji, besok gak gitu lagi."

"Iyi jinji, bisik gik giti ligi." Ledek Valen yang duduk selonjoran di sofa panjang.

"Sana masuk. Bersih-bersih dulu baru tidur." Suruh Mama.

Riki nurut. Ia jalan ke kamarnya sambil melototin satu-satu saudaranya.

Juan yang lagi baring di paha Valen dengan sengaja melempar biji salak ke arah Riki dan tepat kena di kepalanya.

Dan terjadilah adegan baku hantam yang diwasitkan oleh Satya.

"Assalamu'alaikum... Lho? Ini kenapa pada ngumpul? Ada rapat keluarga?"

Ditengah ributnya Riki dan Juan, Mahesa baru pulang sambil nenteng hoodie-nya.

Papa yang sedari tadi diam sekarang berdiri di depan si putra sulung.

"Dari mana aja kamu baru pulang jam segini?" Tanyanya masih dengan suara rendah.

Dari pagi tadi sampai malam sekarang jam 10, Mahesa baru nyampe rumah. Apa gak marah Papa Albert?

"Dari luar." Jawab Mahesa sedikit bergetar diujung nadanya.

"Dari jam 1 siang tadi Papa telpon kamu, kenapa gak kamu angkat?"

Mahesa mengecek kembali ponselnya. Ternyata benar, ada 50 panggilan tak terjawab yang 27-nya dari Papa, selebihnya dari Mama dan adik-adiknya.

Mama Alya dan anak-anaknya hanya bisa memperhatikan Mahesa yang tengah disidang Papanya.

Riki juga tidak jadi kembali ke kamar, ikut menonton abang tertuanya yang tengah dimarahi sang Papa.

"Maaf Pa. Tadi aku gak ngecek HP."

Papa Albert menghela nafas sambil memejamkan matanya. "Kamu pikir dengan kata 'maaf' bisa merubah rasa bersalah Papa ke keluarga Om Wirawan? Sudah dari kemarin malam Papa kasih tau kamu kan, kalau hari ini ada pertemuan dengan keluarga Om Wirawan."

"Kenapa harus aku, Pa? Aku gak minat sama sekali sama bisnis. Kalo Papa mau bahas perusahaan kakek kan bisa ajak Reyhan. Reyhan yang minat buat lanjutin perusahaan kakek."

"Bukan masalah bisnis yang mau kita bahas sama keluarga Om Wirawan. Tapi masalah kamu."

"Masalah aku? Aku kenapa?"

Papa Albert menatap istrinya sejenak. Mama Alya pun balas menatap sang suami dengan perasaan cemas. Entah apa yang suami istri itu sembunyikan.

Belum sempat menjawab pertanyaan Mahesa, Albert malah mengatakan hal yang lain.

"Besok malam papa tunggu jam 7. Kali ini papa harap kamu gak ngecewain papa." Sebelum berbalik, Albert menatap anak-anaknya. "Dan kali ini, papa harap kalian semua bisa ikut berkumpul di pertemuan mewah ini juga."

Setelahnya Albert beranjak menuju kamarnya. Diikuti oleh Alya yang juga meninggalkan tatapan bingung dari anak-anaknya.

"Ada apa besok malam bang?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE SIBLINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang