06

10.1K 1.2K 1.2K
                                    

The King's Flower
Bunga milik sang Raja
🥀

• 800 vote - 800 komen for the next chapter •

- Selamat membaca -

"Ayah..."

Kaki Alana mundur perlahan melihat hal mengerikan itu. Tangan kanannya membekap mulutnya sendiri dengan saliva yang ia telan membuat gerakan halus di lehernya.

Marlo memutar tubuhnya menoleh ke arah sumber suara, dengan tangan kanannya yang masih memegang pisau yang berlumur darah. Dingin tatap matanya membuat Alana kian lemas dibuatnya.

"Apa yang Ayah lakukan?" Alana menatap nanar tubuh hancur yang terkapar tak berdaya di lantai itu.

Marlo diam. Ia melirik lagi ke arah tubuh elok yang kini sudah hancur itu, tanpa ekspresi, tanpa ada penyesalan. Padahal ia baru saja membunuh putrinya sendiri— Joe.

"Hanya ingin," kata Marlo pelan.

Lalu tatapan pria itu kembali menatap ke arah Alana, yang mana berhasil membuat Alana gemetar takut dibuatnya. Merinding melihat tatapan dingin penuh kekosongan dari Ayahnya.

"Kau mau juga?" Tanyanya, memiringkan kepala.

Alana menggeleng pelan, melangkah mundur kakinya ketakutan. "Tidak. Ayah... sadarlah." Alana mewanti, waspada dirinya saat Marlo bangkit berdiri dan mulai mendekatinya.

Pisau bermulur darah Joe itu menetes-netes di lantai, meninggalkan bercak mengerikan yang membuat Alana ketakutan. Terus mundur kakinya menjauh dari sang Ayah yang kian mendekat ke arahnya.

"Kemari Alana. Kau ingin dipeluk Ayah bukan?" Pria itu merentangkan tangannya dengan masih memegang pisau itu.

Alana menggeleng. Tidak. Ia harus melarikan diri sekarang. Alana hendak berbalik namun—

Sleb!

"Aaaaaa!"

Pisau itu menancap tepat di pintu samping kanannya.

Mata Alana memejam spontan lalu menatap gemetar ke arah Ayahnya yang kini tersenyum mengerikan. Mengambil kesempatan yang tersisa, Alana berlari keluar menyelamatkan dirinya.

"Tolong!"

Angin malam itu menjadi saksi betapa derasnya air mata Alana mengalir di pipi. Lecet kakinya menjadi bukti sekuat apa ia berusaha berlari. Tanpa alas kaki.

"Ibu..." lirih Alana terisak di tengah larinya, ia berharap Ibunya akan baik-baik saja. Jika pun nantinya ia akan bernasib sama dengan adiknya— Joe— yang mati di tangan Ayahnya sendiri.

Sedang Marlo terus mengejar Alana dengan tongkat kayu yang dibawanya. Mata pria itu memerah namun terlihat kosong. Dingin rona wajahnya membuat siapapun yang melihatnya ketakutan.

Ia seperti pembunuh berdarah dingin.

Alana menyeka air matanya dengan punggung tangannya. Sesak dadanya ditengah ketakutan ini. Nasibnya malang sekali.

Alana menoleh ke arah belakang, dan seketika itu juga ia melihat Ayahnya yang seakan tidak membiarkannya lolos. Walau tanpa berlari, kaki panjang Marlo yang berjalan cepat dapat menyusulnya, menjadikannya hanya berjarak beberapa meter darinya.

The King's Flower Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang